Imunisasi
adalah suatu usaha untuk memberikan kekebalan kepada tubuh dengan kuman, virus,
bakteri yang sudah dilemahkan atau toxin bakteri yang sudah dimatikan sehingga
tubuh bisa membentuk antibody.
2.1.2 Tujuan
Imunisasi
Turunnya
angka kesakitan, kecacatan dan kematian akibat penyakit yang dapat dicegah
dengan imuniasasi (PD3I).
Jenis-jenis
penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi meliputi penyakit menular tertentu
antara lain :
a)
TBC, Difteri, pertusis,
campak, polio, hepatitis B, Hepatitis A, Meningitis, meningokokus, influenza,
haemophilus influenza tipe B, kolera, rabies, Japanese encepahalitis, tipus
abdominalis, pneumonia, pneumokokus, yellow fever, rubella, varicella,
parotitis, epidemica,dan rotavirus.
1) Jenis-jenis
penyakit menular yang saat ini masuk ke dalam program imunisasi adalah
Tuberculosis, dipteri, pertusis, polio, campak, tetanus, dan hepatitis B.
2) Jenis-jenis
penyakit menular yang saat ini masuk ke dalam program imunisasi di Subdit Haji
adalah meningitis meningokokus
3) Jenis-jenis
penyakit menular yang saat ini masuk kedalam program imunisasi di Subdit
Kesehatan Pelabuhan adalah demam kuning atau yellow fever.
4) Jenis-jenis
penyakit menular yang saat ini masuk ke dalam program imunisasi di Subdit
zoonosis adalah rabies.
b) Jenis-jenis
penyakit lainnya yang dengan perkembangan ilmu pengetahuan akan menjadi
penyakit yang dapat dicegah melalaui pemberian imunisasi antara lain malaria,
demam berdarah, HIV / AIDS, Avian influensaakan ditetapkan tersendiri.
2.1.3
Sasaran Imunisasi
1. Sasaran
berdasarkan usia yang di imunisasi
a) Imunisasi
rutin
1)
Bayi di bawah 1 tahun
2)
Wanita Usia Subur (WUS)
ialah wanita yang berusia 15 sampai 39 tahun, termasuk ibu hamil dan calon
pengantin.
3)
Anak usia sekolah
tingkat dasar
b) Imunisasi
tambahan
Bayi dan anak
2. Sasaran
berdasarkan tingkat kekebalan yang di timbulkan
a) Imunisasi
dasar
Bayi
b) Imunisasi
lanjutan
1) Anak
usia sekolah tingkat dasar
2) Wanita
Usia Subur
3. Sasaran
wilayah atau lokasi
Seluruh desa atau kelurahan di wilayah Indonesia
2.1.4
Jenis- jenis Vaksin
Ada
beberapa jenis vaksin di antaranya meliputi :
1.
Vaksin
BCG (Bacillus Calmette Guerine)
a) Indikasi
Untuk pemberian kekebalan aktif terhadap
tuberculosis
b) Cara
pemberian dan dosis
- Sebelum disuntikkan vaksin BCG harus
dilarutkan terlebih dahulu. Melarutkan dengan menggunakan alat-alat suntik
steril dan menggunakan cairan pelarut (NacL 0,9 %) sebanyak 4 cc
- Dosis pemberian 0,05 ml sebanyak 1 kali
- Disuntikkan secara intracutan di daerah
lengan kanan atas pada insersio musculus deltoideus
- Vaksin harus digunakan sebelum lewat 3 jam
dan Vaksin akan rusak bila terkena sinar matahari langsung. Botol kemasan,
biasanya terbuat dari bahan yang berwarna gelap untuk menghindari cahaya karena
cahaya atau panas dapat merusak vaksin BCG sedangkan pembekuan tidak merusak vaksin BCG. Vaksin
BCG di buat dalam vial, di mana kemasannya ada 1 cc dan 2 cc.
c)
Kontra indikasi
-
Uji Tuberculin > 5
mm
-
Sedang menderita HIV
-
Gizi buruk
-
Demam tinggi
-
Infeksi kulit luas
-
Pernah menderita TBC
d) Efek
samping
Imunisasi BCG tidak
menyebabkan reaksi umum seperti demam. Setelah 1-2 minggu penyuntikan biasanya
akan timbul indurasi dan kemerahan di tempat suntikan yang akan berubah menjadi
pustula dan akan pecah menjadi luka dan hal ini tidak perlu pengobatan dan akan
sembuh spontan dalam 8-12 minggu dengan jaringan parut. Kadang-kadang terjadi
pembesaran kelenjar limfe di ketiak atau pada leher yang terasa padat dan tidak
sakit serta tidak menimbulkan demam. Reaksi ini normal dan tidak memerlukan
pengobatan dan akan hilang dengan sendirinya.
2. Vaksin
DPT
Vaksin DPT adalah
vaksin yang terdiri dari Toksoid Difteri (menyebabkan penyakit pernafasan),
Bakteri pertusis (penyebab batuk rejan) dan tetanus toksoid (menyebabkan
penyakit system saraf yang disebut Lockjaw). Difteri disebabkan oleh bakteri
yang menular melalui batuk atau bersin. Jika tidak didiagnosa dan ditangani
dengan benar dapat menimbulkan komplikasi serius yang dihasilkan bakteri.
Pertusis atau batuk rejan adalah penyakit yang sangat menular melalui kontak
personal, batuk atau bersin. Pertusis paling berat berdampak pada anak kurang
dari 1 tahun. Tetanus disebabkan oleh Bakteri yang masuk ke dalam tubuh melalui
luka di kulit. Anak-anak dapat terkena Dan dapat disimpan pada suhu 2-8˚C.
a) Indikasi
Untuk memberikan
kekebalan secara simultan terhadap difteri, pertusis dan tetanus.
b) Cara
Pemberian dan Dosis
-
Sebelum digunakan
vaksin harus dikocok terlebih dahulu agar suspensi menjadi homogen. Disuntikkan
secara intramuscular dengan dosis pemberian 0,5 ml sebanyak 3x.
-
Dosis pertama diberikan
pada umur 2 bulan, dosis selanjutnya diberikan dengan interval 4 minggu.
c) Kontraindikasi
Gejala-gejala
keabnormalan otak pada periode Bayi Baru Lahir atau gejala serius keabnormalan
pada saraf merupakan kontraindikasi pertusis.
Anak yang mengalami
gejala-gejala parah pada dosis pertama, untuk yang kedua komponen pertusis
harus dihindarkan dan untuk meneruskan imunisasi dapat diberiakan DT.
d) Efek
samping
Gejala-gejala yang
bersifat sementara seperti lemas, demam, kemerahan pada tempat penyuntikan
dapat diberikan analgetik-antipiretik sebanyak 10 mg/kg BB. Kadang-kadang
terjadi gejala berat seperti demam tinggi, iritabilitas yang terjadi 24 jam
setelah imunisasi.
3. Vaksin
TT
Vaksin TT adalah vaksin
yang mengandung Tetanus Toksoid yang telah dimurnikan dan telah terabsorbsi ke
dalam 3 mg/ml aluminium fosfat. Thimersosal 0,1 mg/ml digunakan sebagai
pengawet. 1 dosis 0,5 ml mengandung potensi sedikitnya 40 unit. Dipergunakn
untuk mencegah tetanus pada Bayi Baru Lahir dengan mengimunisasi WUS atau ibu
hamil. Vaksin TT akan rusak bila kena panas atau apabila dibekukan.
a) Indikasi
Untuk
memberikan kekebalan simultan tehadap tetanus
b) Cara
pemberian dan dosis
-
Sebelum digunakan
vaksin harus dikocok terlebih dahulu agar suspense menjadi homogen.
-
Disuntikkan secara
intramuscular atau subcutan dalam(45˚) dengan dosis 0,5 ml. Dianjurkan untuk
anak usia 8 tahun. Untuk usia 8 tahun atau lebih diberikan vaksin DT.
c) Kontraindikasi
Gejala-gejala
berat karena dosis pertama TT
d) Efek
samping
Efek samping jarang
terjadi dan bersifat ringan. Gejala-gejala seperti lemas dan kemerahan pada
lokasi suntikan yang bersifat sementara dan kadang-kadang gejala demam.
4. Vaksin
DT
Vaksin ini merupakan
vaksin yang mengandung Toksoid Difteri dan Tetanus yang telah dimurnikan.
a) Indikasi
Untuk pemberian
kekebalan simultan terhadap difteri dan tetanus
b) Cara
Pemberian dan dosis
-
Sebelum digunakan
vaksin harus dikocok terlebih dahulu agar suspensi menjadi homogeny.
-
Disuntikkan secara
intramuscular atau Subcutan dalam dengan dosis pemberian 0,5 ml. Dianjurkan
untuk anak usia 8 tahun atau lebih.
c) Kontraindikasi
Gejala-gejala
berat karena dosis pertama DT
d) Efek
samping
Gejala-gejala seperti
lemas dan kemerahan pada lokasi suntikan yang bersifat sementara dan
kadang-kadang gejala demam.
5. Vaksin
POLIO
Vaksin oral POLIO hidup
adalah vaksin POLIO trivalent yang terdiri dari suspensi virus Poliomielitis
tipe 1,2 dan 3 (strain sabin) yang sudah dilemahkan, dibuat dalam biakan
jaringan ginjal kera dan di stabilkan dengan sucrose. Kemasan sebanyak 1 cc
atau 2 cc dalam flakon dilengkapi dengan pipet untuk meneteskan vaksin.
Penyimpanan vaksin POLIO dalam suhu 2-8˚C stabil dalam waktu 6 minggu. Vaksin
POLIO oral sangat mudah dan cepat rusak bila terkena panas dibandingkan dengan
vaksin lainnya.
a) Indikasi
Untuk pemberian
kekebalan aktif terhadap Poliomyelitis
b) Cara
pemberian dan dosis
-
Diberikan secara oral
sebanyak 2 tetes di bawah lidah langsung dari botol tanpa menyentuh mulut bayi.
Diberikan 4 x dengan interval waktu minimal 4 minggu
-
Setiap membuka vial baru harus menggunakan
penetes (dropper) yang baru.
c) Kontraindikasi
-
Pada individu yang
menderita imunedeficiency tidak ada efek yang berbahaya yang timbul akibat
pemberian POLIO pada anak yang sedang sakit. Namun, jika ada keraguan misalnya
sedang menderita diare, maka dosis ulangan dapat di berikan setelah sembuh.
-
Pasien yang mendapat
imunosupresan
d) Efek
samping
Pada umumnya tidak ada
efek samping.
6. Vaksin
CAMPAK
Bibit penyakit yang
menyebabkan CAMPAK adalah virus Measles. Vaksin CAMPAK merupakan vaksin hidup
yang dilemahkan. Kemasan dalam flakon berbentuk gumpalan-gumpalan yang beku dan
kering untuk dilarutkan dalam 5 cc pelarut aquabidest. Setiap dosis vaksin CAMPAK
0,5 ml mengandung kurang lebih 1000 infektive unit virus strain. Vaksin CAMPAK
mudah rusak oleh panas , vaksin kering tidak akan rusak pada pembekuan. Vaksin
CAMPAK disimpan pada suhu 2-8˚C .
a) Indikasi
Untuk pemberian
kekebalan aktif terhadap penyakit CAMPAK
b) Cara
Pemberian dan Dosis
-
Sebelum disuntikkan
vaksin CAMPAK terlebih dahulu harus dilarutkan dengan pelarut steril yang telah
tersedia berisi 5 ml.
-
Dosis pemberian 0,5 ml
disuntikkan secara Subcutan dengan sudut 45˚ pada lengan kiri atas.
- Pada usia 9-11 bulan dan ulangan (boster) dalam usia 6-7 tahun (kelas 1 SD).
c) Kontraindikasi
-
Individu yang mengidap
penyakit immunodeficiency atau individu yang diduga menderita gangguam respon
immune karena leukemia dan limfoma.
-
Infeksi akut disertai
demam, sedang mendapat terapy immunosupresif, alergi protein telur, kanamisin
dan eritromisin.
d) Efek
samping
Anak-anak mungkin panas
selama 1-3 hari setelah 1 minggu penyuntikan, kadang-kadang disertai kemerahan
seperti penderita CAMPAK ringan dan hal ini harus diberitahukan kepada ibu agar
jika 1 minggu setelah penyuntikan panasnya tinggi supaya diberi ¼ tablet
antipiretik dan beri keyakinan bahwa bila anaknya terkena penyakit CAMPAK
akibatnya jauh lebih berat bila dibandingkan dengan efek samping vaksinasi
CAMPAK.
7. Vaksin
HEPATITIS B
Vaksin Hepatitis B
adalah vaksin virus recombinan yang telah di inactivasikan dan bersifat non
infectious berasal dari HBsAg yang dihasilkan dalam sel ragi ( Hansenula)
Polymorpha menggunakan teknologi DNA recombinan. Imunisasi Hepatitis B perlu
diberikan sedini mungkin setelah lahir.
Depkes RI tahun 2005
memberikan vaksin monovalen (uniject)
saat lahir dilanjutkan dengan vaksin kombinasi DPT HB Combo pada umur
2,3 dan 4 bulan. Penyimpanan vaksin pada suhu 2-8˚C dan jangan sampai beku.
a) Indikasi
Untuk pemberian
kekebalan aktif terhadap infeksi yang disebabkan oleh virus Hepatitis B.
b) Cara
Pemberian dan Dosis
-
Sebelum digunakan vaksin
dikocok terlebih dahulu agar suspense menjadi homogeny
-
Vaksin disuntikan
dengan dosis 0,5 ml secara IM sebaiknya pada anterolateral paha.
-
Pemberian imunisasi
Hepatitis B sebanyak 3 x
-
Dosis pertama diberikan
pada usia 0-7 hari dan selanjutnya dengan interval waktu minimal 4 minggu.
c) Kontraindikasi
Hipersensitif terhadap
komponen vaksin dan penderita infeksi berat yang disertai kejang.
d) Efek
Samping
-
Reaksi local seperti
rasa sakit, kemerahan dan pembengkakkan disekitar tempat bekas penyuntikan.
-
Reaksi sistemik seperti
demam ringan, lesu dan perasaan tidak enak pada saluran cerna
Reaksi yang terjadi
akan hilang dengan sendirinya setelah 2 hari.
8. Vaksin
DPT/HB
Vaksin mengandung DPT
berupa toksoid difteri, tetanus toksoid yang dimurnikan serta pertusis yang
inaktivasi dan vaksin Hepatitis B yang merupakan subunit vaksin virus yang
mengandung HBsAg murni dan bersifat non infectious.
a) Indikasi
Untuk pemberian
kekebalan aktif terhadap penyakit difteri, pertusis, tetanus dan Hepatitis B.
b) Cara
Pemberian dan Dosis
Pemberian secara IM
dengan dosis 0,5 ml sebanyak 3x pemberian. Dosis pertama pada usia 2 bulan dan
selanjutnya dengan interval 4 minggu.
c) Kontraindikasi
-
Gejala-gejala
keabnormalan otak pada periode Bayi Baru Lahir atau gejala serius keabnormalan
pada saraf merupakan kontraindikasi pertusis. Anak yang mengalami gejala-gejala
parah pada pemberian pertama, komponen pertusis harus dihindarkan pada
pemberian kedua.
-
Infeksi berat yang
disertai kejang.
d) Efek
Samping
-
Gejala-gejala yang
bersifat sementara seperti demam, pembengkakkan dan atau kemerahan pada tempat
penyuntikan.
-
Kadang-kadang terjadi
gejala berat seperti demam tinggi, irritabilitas yang biasanya terjadi dalam 24
jam setelah penyuntikan.
KARAKTERISTIK
VAKSIN DALAM PROGRAM IMUNISASI
Jen-is
vaksin
|
Kemasan/
Warna kemasan
|
Bentuk
vaksin
|
Sifat
vaksin
|
Suhu
|
Dosis
vaksin
|
Ket.
|
BCG
|
Vial/ampul
coklat/gelap
|
Beku
kering
|
Mudah
rusak bila terkena sinar matahari langsung dan panas
|
2-8˚C
|
0,05
ml
|
Pelarut
NaCl 0,9 % 1ml
|
DPT
|
Vial
bening
|
cairan
|
rusak
terhadap suhu di bawah 0˚ dan sinar matahari langsung
|
2-8˚C
|
0,5
ml
|
|
TT
|
Vial
bening
|
cairan
|
rusak
terhadap suhu di bawah 0˚ dan sinar matahari langsung
|
2-8˚C
|
0,5
ml
|
|
DT
|
Vial
bening
|
cairan
|
rusak
terhadap suhu di bawah 0˚ dan sinar matahari langsung
|
2-8˚C
|
0,5
ml
|
|
POLIO
|
Vial
bening
|
cairan
|
Mudah
dan cepat rusak jika kena panas
|
2-8˚C
|
0,5
ml
|
Dilengkapi
pipet tetes
|
CAMPAK
|
Vial
bening
|
beku
kering
|
Mudah
rusak jika terkena sinar matahari langsung dan pana, tidak rusak karena
pembekuan
|
2-8˚C
|
0,5
ml
|
Pelarut
aquabidest (5 ml)
|
HB
|
Vial
putih bening
|
cairan
|
Rusak
terhadap suhu di bawah 0˚ dan sinar matahari langsung
|
2-8˚C
|
0,5
ml
|
|
Uniject
putih bening
|
cairan
|
Rusak
terhadap suhu di bawah < 0˚ dan sinar matahari langsung
|
2-8˚C
|
0,5
ml
|
JADWAL
PEMBERIAN IMUNISASI PADA BAYI DENGAN MENGUNAKAN
VAKSIN DPT/HB COMBO
UMUR
|
VAKSIN
|
TEMPAT
|
Bayi
Lahir di Rumah
|
Rumah
|
|
0
bulan
|
HB0
|
Posyandu
|
1
bulan
|
BCG,Polio
1
|
Posyandu
|
2
bulan
|
DPT/HB
C 1, Polio 2
|
Posyandu
|
3
bulan
|
DPT/HB
C 2, Polio 3
|
Posyandu
|
4
bulan
|
DPT/HB
C 3, Polio 4
|
Posyandu
|
9
bulan
|
Campak
|
Posyandu
|
BAYI
LAHIR di RUMAH SAKIT dan BIDAN PRAKTEK SWASTA
UMUR
|
VAKSIN
|
TEMPAT
|
0
bulan
|
HB0,
BCG,Polio 1
|
RS
atau BPS
|
2
bulan
|
DPT/HB
C 1, Polio 2
|
RS
atau BPS
|
3
bulan
|
DPT/HB
C 2, Polio 3
|
RS
atau BPS
|
4
bulan
|
DPT/HB
C 3, Polio 4
|
RS
atau BPS
|
9
bulan
|
Campak
|
RS
atau BPS
|
DAFTAR
PUSTAKA
A.
Aziz Alimul H., 2005. Pengantar Ilmu
Keperawatan Anak 1 Edisi Pertama, Jakarta : Salemba Medika
Arul, 2009. Trackback (online), available : http://apotekalrasyid.wordpress.com/ (2009, Oktober 3rd)
Hand
out Nyoman Ardhani, Spd tentang imunisasi
Hand
out dr. Ngurah alit Sp. A tentang imunisasi
pada Balita
Hand
out dr. I ketut Budiasa Sp. A
tentang tumbuh kembang anak
Modul
Pelatihan Tenaga Pelaksanaan Imunisasi Puskesmas Kerjasama Dirjen PP dan PL
serta Pusdiklat SDM Kesehatan Depkes RI Tahun 2006.
Pedoman Teknis Vaksin dan Cold Chain,
Direktorat Jenderal PPM dan PL Departemen Kesehatan RI Tahun 2002.
Pedoman Penyelenggaraan Imunisasi,
Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta, 2007.Online available : (2009, Oktober 1st)