Showing posts with label PNC. Show all posts
Showing posts with label PNC. Show all posts

Friday, November 14, 2014

Bendungan ASI

1.      Pengertian Bendungan ASI
Bendungan ASI adalah pembendungan air susu karena penyempitan duktus laktiferi atau oleh kelenjar-kelenjar tidak dikosongkan dengan sempurna atau karena kelainan pada puting susu.
Pembendungan ASI menurut Pritchar (1999) adalah pembendungan air susu karena penyempitan duktus lakteferi atau oleh kelenjar-kelenjar tidak dikosongkan dengan sempurna atau karena kelainan pada puting susu (Buku Obstetri Williams).
Bendungan air susu adalah terjadinya pembengkakan pada payudara karena peningkatan aliran vena dan limfe sehingga menyebabkan bendungan ASI dan rasa nyeri disertai kenaikan suhu badan. (Sarwono, 2007:700).
Kepenuhan fisiologis menurut Rustam (1998) adalah sejak hari ketiga sampai hari keenam setelah persalinan, ketika ASI secara normal dihasilkan, payudara menjadi sangat penuh. Hal ini bersifat fisiologis dan dengan penghisapan yang efektif dan pengeluaran ASI oleh bayi, rasa penuh tersebut pulih dengan cepat. Namun dapat berkembang menjadi bendungan. Pada bendungan, payudara terisi sangat penuh dengan ASI dan cairan jaringan. Aliran vena limpatik tersumbat, aliran susu menjadi terhambat dan tekanan pada saluran ASI dengan alveoli meingkat. Payudara menjadi bengkak, merah dan mengkilap.
2.      Faktor- factor penyebab bendungan ASI
Beberapa faktor yang dapat menyebabkan bendungan ASI, yaitu:
a)      Pengosongan mamae yang tidak sempurna
Dalam masa laktasi, terjadi peningkatan produksi ASI pada Ibu yang produksi ASI-nya berlebihan. apabila bayi sudah kenyang dan selesai menyusu, & payudara tidak dikosongkan, maka masih terdapat sisa ASI di dalam payudara. Sisa ASI tersebut jika tidak dikeluarkan dapat menimbulkan bendungan ASI).
b)      Faktor hisapan bayi yang tidak aktif
Pada masa laktasi, bila Ibu tidak menyusukan bayinya sesering mungkin atau jika bayi tidak aktif mengisap, maka akan menimbulkan bendungan ASI).
c)      Faktor posisi menyusui bayi yang tidak benar
Teknik yang salah dalam menyusui dapat mengakibatkan puting susu menjadi lecet dan menimbulkan rasa nyeri pada saat bayi menyusu. Akibatnya Ibu tidak mau menyusui bayinya dan terjadi bendungan ASI).
d)     Puting susu terbenam
Puting susu yang terbenam akan menyulitkan bayi dalam menyusu. Karena bayi tidak dapat menghisap puting dan areola, bayi tidak mau menyusu dan akibatnya terjadi bendungan ASI).(Manuaba: 317)
e)      Puting susu terlalu panjang
Puting susu yang panjang menimbulkan kesulitan pada saat bayi menyusu karena bayi tidak dapat menghisap areola dan merangsang sinus laktiferus untuk mengeluarkan ASI. Akibatnya ASI tertahan dan menimbulkan bendungan ASI). (Manuaba:317)
f)          Pengeluaran ASI
Bendungan juga dapat terjadi pada ibu yang ASI nya tidak keluar sama sekali (agalaksia), ASI sedikit (oligolaksia) dan ASI terlalu banyak (poligalaksia) tapi tidak dikeluarkan/ disusukan. (Manuaba:317)

3.      Tanda dan Gejala Bendungan ASI menurut Prawirohardjo, (2007: 700)
Keluhan ibu adalah payudara yang terbendung,  bengkak, keras, panas dan nyeri, terlihat mengkilap dan puting susu teregang menjadi rata. ASI tidak mengalir dengan mudah dan bayi sulit menghisap ASI sampai bengkak berkurang

4.      Pencegahan
Adapun beberapa hal yang dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya bendungan ASI adalah:
A.    Perawatan Payudara pada Masa Nifas Menurut Depkes, RI (1993) adalah
Dengan tangan yang sudah dilicinkan dengan minyak lakukan pengurutan 3 macam cara :
a.     Tempatkan kedua telapak tangan diantara ke 2 payudara kemudian urut keatas, terus kesamping, kebawah dan melintang hingga tangan menyangga payudara, kemudian lepaskan tangan dari payudara.
b.     Telapak tangan kiri menopang payudara kiri dan jari-jari tangan saling dirapatkan, kemudian sisi kelingking tangan kanan mengurut payudara dari pangkal ke arah puting, demikian pula payudara kanan.
c.     Telapak tangan menopang payudara pada cara ke – 2 kemudian jari tangan kanan dikepalkan kemudian buku-buku jari tangan kanan mengurut dari pangkal ke arah puting.

B. Menyusui bayi segera setelah lahir, bila memungkinkan tanpa dijadwal (on-demand)(Kapita Selekta Kedokteran 1:323)

C   Keluarkan ASI dengan pompa /tangan bila produksi ASI terlalu berlebihan bagi kebutuhan bayi (ASI dapat disimpan di Kulkas). (Kapita Selekta Kedokteran 1:323)
D    Pada payudara yang putting susunya terbenam/datar, dapat dilakukan diperbaiki dengan melakukan gerakat Hoffman, yaitu dengan meletakkan kedua jari telunjuk/ ibu jari di areola mammae kemudian di masase ke arah berlawanan saat kehamilan 7 bulan dan dilakukan 2 kali sehari sebanyak masing-masing 30 kali ,dan dapat dengan menggunakan bantuan pompa putting pada  minggu terakhir kehamilan . (Kapita Selekta Kedokteran 1 :324)
E.  Pada payudara dengan putting susu lecet dapat dilakukan hal berikut untuk mencegah bendungan ASI (Kapita Selekta Kedokteran 1 : 324)
a.       jangan membersihkan putting payudara dengan sabun, lotion, salep dan obat-obat iritan lainnya.
b.      Tetap menyusui dimulai dari putting yang tidak sakit
c.       Kurangi frekuensi dan  menyusui pada putting yang sakit
d.      Bila ibu tidak bisa menyusui karena puttingnya sangat nyeri saat menyusui, istirahat menyusui selama 1-2 hari, putting dapat di olesi dengan ASI

F.       Menyusui dengan tehknik yang baik dan benar (Kapita Selekta Kedokteran 1: 322)
a.       Pastikan posisi ibu nyaman dapam posisi duduk maupun tidur
b.      Keluarkan sedikit ASI dan oleskan pada putting, sebaiknya saat menyusui BH dilepaskan
c.       Pastikan putting dan areola masuk semua ke dalam mulut bayi agar putting tidak lecet dan bayi dapat  menyusu optimal
d.      Saat menyusui, lakukan pada kedua payudara secara bergantian, dimulai daroi payudara yang terakhir disusui sebelumnya
e.       Setelah menyusui oleskan ASI seperti sebelum menyusui dan biarkan kering (untuk mencegah putting susu lecet), hal ini dapat dilakukan sambil menyendawakan bayi.


5.      Penatalaksanaan
A. Terapi dan Pengobatan pada bendungan ASI Menurut Prawirohardjo  (2007:700) adalah
a.   Anjurkan ibu untuk tetap menyusui bayinya, dapat dilakukan pemijatan ringan sebelum menyusui
b.   Anjurkan ibu untuk melakukan perawatan payudara
c.   Lakukan pengompresan dengan air hangat sebelum menyusui dan kompres dingin sesudah menyusui untuk mengurangi rasa nyeri  masing – masing selama 5 menit
d.  Gunakan BH yang menopang yang pas menopang payudara
e.   Berikan analgesik dan antipiretik untuk mengurangi rasa nyeri dan menurunkan  panas.
f.  Terkadang perlu diberikan stilbestol / lynoral 3 kali sehari 1 mg selama 2-3 hari (untuk mengurangi produksi ASI)
Jika ibu menyusui:
- Sebelum menyusui, pijat payudara dengan lembut, mulailah dari luar kemudian perlahan-lahan bergerak ke arah puting susu dan lebih berhati-hati pada area yang mengeras
- Menyusui sesering mungkin dengan jangka waktu selama mungkin, susui bayi dengan payudara yang sakit jika ibu kuat menahannya, karena bayi akan menyusui dengan penuh semangat pada awal sesi menyususi, sehingga bisa mengeringkannya dengan efektif
- Lanjutkan dengan mengeluarkan ASI dari payudara itu setiap kali selesai menyusui jika bayi belum benar-benar menghabiskan isi payudara yang sakit tersebut
- Tempelkan handuk halus yang sudah dibasahi dengan air hangat pada payudara yang sakit beberapa kali dalam sehari (atau mandi dengan air hangat beberapa kali), lakukan pemijatan dengan lembut di sekitar area yang mengalami penyumbatan kelenjar susu dan secara perlahan-lahan turun ke arah puting susu
- Kompres dingin pada payudara di antara waktu menyusui.
- Bila diperlukan berikan parasetamol 500 mg per oral setiap 4 jam.
- Lakukan evaluasi setelah 3 hari untuk mengevaluasi hasilnya.
2. Jika ibu tidak menyusui:
- Gunakan bra yang menopang
- Kompres dingin pada payudara untuk mengurangi bengkak dan nyeri
- Berikan parasetamol 500 mg per oral setiap 4 jam
- Jangan dipijat atau memakai kompres hangat pada payudara.
- Lakukan evaluasi setelah 3 hari untuk mengevaluasi hasilnya.

REFERENSI
Mochtar, Rustam. 1998. Sinopsis Obstetri : Obstetri Fisiologi, Obstetri Patologi Jilid 1. Jakarta : EGC
Pritchard : Maedonal, Bant. 1999. Obstetri Williams. Surabaya : Airlangga University

Prawirohardjo, Sarwono. 2007. Ilmu Kebidanan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka

Prawirohardjo, Sarwono. 2007. Acuan Nasional Pelayanan Maternal dan Neonatal. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka

Depkes RI. 1993. Cara kerja di Puskesmas. Jakarta

Arief, Mansjoer dkk. 2001. Kapita Selekta Kedokteran Jilid 1. Jakarta : Media Aesculaplus

Manuaba. Gde. 1998. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan & Keluarga Berencana untuk Pendidikan Bidan. Jakarta : ECG


ASUHAN MASA NIFAS / PNC (POST NATAL CARE)

2.1.2  Pengertian Masa Nifas (Post Partum)
Masa Nifas (puerperium) adalah masa waktu antara kelahiran placenta dan membran (yang menandai berakhirnya periode inpartu), sampai waktu menuju kembalinya fungsi organ reproduksi wanita tersebut ke kondisi tidak hamil.
Pada Masa Nifas ini terjadi perubahan-perubahan fisiologis, yaitu :
·         Perubahan fisik
·         Involusi uterus dan pengeluaran lokia
·         Laktasi/pengeluaran ASI
·         Perubahan sistem tubuh lainnya
·         Perubahan psikis
2.1.3  Tujuan Asuhan Masa Nifas
·         Menjaga kesehatan ibu dan bayinya baik fisik maupun psikologis
·         Melaksanakan skrining yang komprehensif, mendeteksi masalah,
      mengobati atau merujuk bila terjadi komplikasi pada ibu maupun bayinya.
·         Memberikan pendidikan kesehatan tentang perawatan kesehatan diri,
      nutrisi, keluarga berencana, menyusui, pemberian imunisasi pada bayi dan
      perawatan bayi sehat.
·         Memberikan pelayanan KB.
2.1.4  Program Kebijakan Teknis
Paling sedikit 4 kali kunjungan masa nifas dilakukan untuk menilai status ibu dan bayi baru lahir dan untuk mencegah, mendeteksi, dan menangani masalah-masalah yang terjadi.

Kunjungan
Waktu
Tujuan
1.
6-8 jam setelah persalinan
·   Mencegah perdarahan masa nifas karena atonia uteri.
·   Mendeteksi dan merawat penyebab lain perdarahan : rujuk bila perdarahan berlanjut.
·   Memberikan konseling pada ibu atau salah satu anggota keluarga bagaimana mencegah perdarahan masa nifas karena atonia uteri.
·   Pemberian ASI awal
·   Melakukan hubungan antara ibu dan bayi baru lahir.
·   Menjaga bayi tetap sehat dengan cara mencegah hipotermi.
   Jika petugas kesehatan menolong persalinan, ia harus tinggal dengan ibu dan bayi baru lahir untuk 2 jam pertama setelah kelahiran atau sampai ibu dan bayi dalam keadaan stabil.

2.
6 hari setelah persalinan
·  Memastikan involusi uterus berjalan
 normal, uterus berkontraksi, fundus
 dibawah umbilikus, tidaka ada
 perdarahan abnormal, tidak ada bau.
·  Menilai adanya tanda-tanda demam,
 infeksi atau perdarahan abnormal.
·  Memastikan ibu mendapatkan cukup
 makanan, cairan, dan istirahat.
·  Memastikan ibu menyusui dengan baik   
 dan tidak memperlihatkan tanda-tanda
 penyulit.
·  Memberikan konseling pada ibu
 mengenai asuhan pada bayi, tali pusat,
 menjaga bayitetap hangat dan merawat
 bayi sehari- hari
3.
2 minggu setelah persalinan
Sama seperti diatas (6 hari setelah persalinan).
4.
6 minggu setelah persalinan
·  Menanyakan pada ibu tentang penyulit-
 penyulit yang ia atau bayi alami.
·  Memberikan konseling tentang KB.


2.1.5  Tindakan yang baik untuk Asuhan Masa Nifas normal pada ibu.

Tindakan
Deskripsi dan Keterangan
Kebersihan Diri
· Anjurkan kebersihan seluruh tubuh
· Mengajarkan ibu bagaimana membersihkan daerah kelamin dengan sabun dan air. Pastikan bahwa ibu mengerti untuk membersihkan daerah disekitar vulva terlebih dahulu, dari depan ke belakang, baru kemudian membersihkan daerah sekitar anus. Nasehatkan ibu untuk membersihkan diri setiap BAB dan BAK.
· Sarankan ibu untuk mengganti pembalut atau kain pembalut setidaknya 2 kali sehari. Kain dapat digunakan ulang jika telah dicuci dengan baik dan keringkan dibawah sinar matahari lalu disetrika.
· Sarankan ibu untuk mencuci tangan dengan sabun dan air sebelum dan sesudah membersihkan daerah kelaminnya.
· Jika ibu mempunyai luka episiotomi atau laserasi, sarankan kepada ibu untuk menghindari menyentuh daerah luka.
Istirahat
· Anjurkan ibu untuk beristirahat cukup untuk mencegah kelelahan yang berlebihan.
· Sarankan ibu untuk kembali ke kegiatan-kegiatan RT biasa perlahan-lahan, serta untuk tidur siang atau beristirahat selagi bayi tidur.
· Kurang istirahat akan mempengaruhi ibu dalam bebrerapa hal :
ü  Mempengaruhi jumlah ASI yang diproduksi.
ü  Memperlambat proses involusi uterus dan  memperbanyak perdarahan.
ü  Menyebabkan depresi dan ketidakmampuaan untuk merawat bayi dan dirinya sendiri.
Latihan
·   Diskusikan pentingnya mengembalikan otot-otot perut dan panggul kembali normal. Ibu akan merasa lebih kuat dan ini menyebabkan otot perutnya menjadi kuat sehingga mengurangi rasa sakit pada punggung.
Gizi
Ibu harus menyusui :
· Mengkonsumsi tambahan 500 kalori tiap hari.
· Makan dengan diet berimbang untuk mendapatkan protein, mineral dan vitamin yang cukup.
· Minum sedikitnya 3 liter air setiap hari (anjurkan ibu untuk minum setiap kali menyusui).
· Pil zat besi harus diminum untuk menambah zat gizi setidaknya selama 40 hari pasca persalinan.
· Minum kapsul vitamin A.
Perawatan Payudara
· Menjaga payudara tetap bersih dan kering.
· Menggunaklan BH yang menyokong payudara.
· Apabila puting susu lecet oleskan kolostrum atau ASI yang keluar pada sekitar puting susu setiap kali selesai menyusui. Menyusui tetap dilakukan dimulai dari puting susu yang tidak lecet.
· Apabila lecet sangat berat dapat diistirahatkan selama 24 jam. ASI dikeluarkan dan diminumkan persendok.
· Untuk menghilangkan nyeri dapat minum paracetamol 1 tablet setiap hari 4-6 jam.
· Apabila payudara bengkak akibat bendungan ASI dapat dilakukan :
ü  Pengompresan payudara dengan menggunakan kain basah dan hangat selama 5 menit.
ü  Urut payudara dari arah pangkal menuju puting atau gunakan sisir untuk mengurut payudara dengan arah “Z” menuju puting.
ü  Keluarkan ASI sebagian dari bagian depan payudara sehingga puting susu menjadi lunak.
ü  Susukan bayi setiap 2-3 jam sekali. Apabila tidak dapat menghisap seluruh ASI dikeluarkan dengan tangan.
ü  Letakkan kain dingin pada payudara setelah menyusui.
ü  Payudara dikeringkan.
Hubungan perkawinan RT
Secara fisik aman melakukan hubungan suami istri begitu darah merah berhenti dan ibu dapat memasukkan satu atau dua jarinya kedalam vagina tanpa rasa nyeri.
KB
Idealnya pasangan harus menunggu sekurang-kurangya 2 tahun sebelum ibu hamil kembali. Srtiap pasangan harus menentukan sendiri alat kontrasepsi yang digunakan setelah mendapatkan penjelasan mengenai semua alat kontrasepsi dari bidan atau petugas kesehatan.