Showing posts with label ANC. Show all posts
Showing posts with label ANC. Show all posts

Wednesday, June 24, 2015

HEPATITIS DALAM KEHAMILAN








Definisi


Hepatitis adalah penyakit infeksi dengan gejala utama berhubungan erat dengan adanya nekrosis pada hati, yang disebabkan oleh virus yaitu virus hepatitis A, virus hepatitis B, virus hepatitis C dan virus-virus lain (Arif Mansjoer, 1999: 513). Pada kasus hepatitis B dapat terjadi penularan lewat darah atau cairan tubuh orang yang terinfeksi masuk ke dalam tubuh orang lain. Cairan tubuh ini mencakup ludah, basahan vagina, dan air mani (Susan Klein dan Fiona Thompson, 2008: 427).
Ada 4 macam bentuk kemungkinan perjalanan penyakit hepatitis B, yaitu:
  1. Hepatitis fulminan yang umumnya berakhir dengan kematian 
  2. Hepatitis akut dengan penyembuhan 
  3. Hepatitis akut yang menjadi kronik 
  4. Bentuk laten yang menjadi kronik 

Hepatitis dikatakan kronik bila penyakit menetap, tidak menyembuh secara klinis atau laboratorium atau pada gambaran patologi anatomi selama 6 bulan. Ada 2 bentuk hepatitis kronik, yaitu:
  1. Hepatitis kronik persisten 
  2. Hepatitis kronik aktif 
Tanda-tanda Hepatitis

Menurut Susan Klein dan Fiona Thompson (2008) tanda-tanda penderita hepatitis adalah:
  1. Tidak ada selera makan 
  2. Merasa lelah dan lemah 
  3. Mata kuning dan kadang-kadang kulitnya juga (khususnya pada telapak tangan, telapak kaki dan kuku-kukunya) 
  4. Rasa sakit di perut atau mual-mual 
  5. Urine berwarna coklat dan feses terlihat keputihan 
  6. Tidak menunjukkan tanda-tanda sama sekali 
Selain itu manifestasi klinik dari hepatitis adalah (Arif Mansjoer, 1999: 513):
  • Stadium praikterik berlangsung selama 4-7 hari. Pasien mengeluh sakit kepala, lemah, anoreksia, mual, muntah, demam, nyeri otot, dan nyeri di perut kanan atas. Urin menjadi lebih coklat.
  • Stadium ikterik yang berlangsung 3-6 minggu. Ikterus mula-mula terlihat pada sclera, kemudian pada kulit seluruh tubuh. Keluhan-keluhan berkurang, tetapi pasien masih lemah, anoreksia dan muntah. Tinja mungkin berwarna kelabu atau kuning muda. Hati membesar dan nyeri tekan.
  • Stadium pascaikterik (rekonvalesensi). Ikterus mereda, warana urin dan tinja menjadi normal lagi. Penyembuhan pada anak-anak lebih cepat dari orang dewasa, yaitu pada akhir bulan kedua, karena penyebab yang biasanya berbeda.

Pencegahan

Menurut Arif Mansjoer (1999) pencegahan yang dapat dilakukan terhadap virus hepatitis A yaitu:
Penyebaran secar fekal-oral, pencegahan masih sulit karena adanya karier dari virus tipe A yang sulit ditetapkan.
Virus ini resisiten terhadap cara-cara sterilisasi biasa, termasuk klorinasi. Sanitasi yang sempurna, kesehatan umum dan pembuangan tinja yang baik sangat penting. Tinja, darah dan urin pasien harus dianggap infeksius. Virus dikeluarkan di tinja mulai sekitar 2 minggu sebelum ikterus


Pencegahan terhadap hepatitis B yaitu:

Dapat ditularkan melalui darah dan produk darah. Darah tidak dapat disterilkan dari virus hepatitis. Pasien hepatitis sebaiknya tidak menjadi donor darah.

Usaha pencegahan yang paling efektif adalah imunisasi. Imunisasi hepatitis B dilakukan pada bayi-bayi setelah dilakukan penyaring HBsAg pada ibu-ibu hamil. Namun saat ini dibeberapa negara, bayi-bayi yang lahir diberi vaksinasi hepatitis B tanpa melakukan pemeriksaan penyaring pada ibunya.


Cara Menangani

Menurut Susan Klein dan Fiona Thompson (2008 : 427) dijelaskan bahwa tidak ada obat yang bisa menyembuhkan hepatitis. Faktanya, obat malah akan menyakiti hati lebih jauh. Namun banyak orang bisa sembuh dari hepatitis B. kesembuhan terjadi bukan karena obat, melainkan karena banyak istirahat, menyantap makanan yang bergizi yang bisa dicerna dan tidak minum alcohol.


Selain itu menurut Arif Mansjoer (1999 : 514) penatalaksanaan hepatitis yaitu:
  • Istirahat
    Pada periode akut dan keadaan lemah diharuskan cukup istirahat. Istirahat mutlak tidak terbukti dapat mempercepat penyembuhan. Kecuali diberikan pada mereka yang dengan umur tua dan keadaan umum yang buruk. 
  • Diet
    Jika pasien mual, tidak nafsu makan atau muntah-muntah, sebaiknya diberikan infuse. Jika sudah tidak mual lagi, diberikan makanan yang cukup kalori (30-35 kalori/kg BB) dengan protein cukup (1 g/kg BB). Pemberian lemakn sebenarnya tidak perlu dibatasi. Dulu ada kecendrungan untuk membatasi lemak, karena disamakan dengan penyakit kandungan empedu. Dapat diberikan diet hati II-III
Medikamentosa 

  • Kortikosteroid tidak diberikan bila untuk mempercepat penurunan billirubin darah. Kortikosteroid dapat diberikan pada kolestasis yang berkepanjangan.
  • Berikan obat-obat yang bersifat melindungi hati.
  • Antibiotik tidak jelas kegunaannya.
  • Jangan diberikan antiemetik.
  • Vitamin K diberikan pada kasus dengan kecendrungan perdarahan. Bila pasien dalam keadaan prekoma atau koma, penanganan seperti pada koma hepatik

Hepatitis B dan Kehamilan

Menurut Susan Klein dan Fiona Thompson (2008 : 428), jika wanita memiliki tanda-tanda hepatitis B saat hamil, dia harus segera meminta bantuan medis. Di sana dia akan divaksinasi agar bayinya tidak terinfeksi.




Thursday, December 4, 2014

Kehamilan






DEFINISI KEHAMILAN
Masa kehamilan dimulai dari konsepsi sampai lahirnya janin. Lamanya hamil normal adalah 280 hari (40 minggu atau 9 bulan 7 hari) dihitung dari haid terakhir (HPHT). Kehamilan dibagi dalam 3 triwulan yaitu:

a. Triwulan I = Mulai dari konsepsi sampai 3 bulan .

b. Triwulan II = Bulan ke-4 sampai 6 bulan

c. Triwulan III = Bulan ke-7 sampai 9 bulan.

I. Proses kehamilan
Kehamilan terjadi karena adanya pertemuan dan persenyawaan antara sel telur (ovum) dan sel mani (spermatozoon). Waktu ovulasi sel telur masih diliputi oleh korona radiata dan spermatozoa mempunyai enzim hyaluronidase yang dapat mencairkan korona radiata tersebut sehingga salah satu spermatozoon dapat menembus dinding sel telur. Persenyawaan antara sel telur dan sel mani biasanya terjadi pada ampulla tuba. Setelah persenyawaan tersebut terjadi maka sel telur disebut zygote.

Dalam persiapan untuk perbuahan, baik sel benih pria maupun wanita tersebut mengalami sejumlah perubahan yang melibatkan kromosom maupun sitoplasma. Sel somatik manusia mengandung 23 pasang atau jumlah kromoson yang diploid.Ada 22 pasang kromoson autosom dan 1 pasang kromoson seks. Kalau pasangan kromoson seks tersebut adalah XX, individu tersebut secara genetika wanita, kalau pasangan kromoson seks tersebut XY individu tersebut secara genetika laki-laki. Salah satu kromoson pada tiap pasangan berasal dari ibu dan yang lain berasal dari ayah.

Spormatozoa bergerak dengan cepat dari vagina ke rahim dan selanjutnya masuk kedalam saluran telur. Untuk dapat membuahi oosit, spermatozoa harus mengalami kapasitasi dan reaksi akrosom. Segera setelah spermatozoa memasuki oosit. Sel telur menanggapi dengan 3 cara yang berbeda yaitu reaksi kontikal dan zona, melanjutkan pembelahan meiosis kedua dan penggiatan metabolik sel telur. Hasil utama pembuahan tersebut adalah pengembalian menjadi jumlah kromoson diploid lagi. Penentuan janin kelamin individu baru dan dimulainya pembelahan Zigot mencapai tingkat 2 sel kira-kira 30 jam setelah pembuahan, tingkat 4 sel kira-kira 40 jam setelah pembuahan. Kira-kira 3 hari setelah pembuhan, sel-sel embrio membelah membentuk manik dengan 16 sel. Sel-sel bagian dalam merula merupakan masa sel dalam yang akan membentuk jaringan-jaringan embrio yang sebenarnya dan sel-sel sekitar membentuk masa sel luar yang akan menjadi trofoblas yang kemudian ikut membentuk placenta. Hasil pembelahan ini akan bergerak ke arah rongga rahim oleh getaran silia dan kontraksi tuba dan tiba dalam kavum uteri pada stadium blastula. Blastula akan mengalami nidasi ke dalam endometrium yang menyebabkan luka kecil sehingga kadang kadang pada saat nidasi terjadi sedikit pendarahan (tanda Hartman).


Umumnya nidasi pada dinding depan atau belakang rahim dekat fudus uteri. Setelah terjadi nidasi, sel sel trofoblas di atas kutub embrioblas makin menyusup diantara sel epitel mukosa rahim sehingga pada hari ke 8 sebagian blastokista terbenam dalam stroma endometrium dimana pada hari ke 8 ini trofoblas berdiferensiasi menjadi 2 lapisan yaitu silotrofoblas dan sinsitic trofoblas dan embrioblas berdiferensiasi menjadi hipoblas dan epiblas. Pada hari ke 9 blastokista semakin dalam terbenam di dalam endometrium dan luka bekas penembusan pada endometrium ditutup oleh endapan fibin. Blastokista terbenam seluruhnya pada hari ke 11 sampai hari ke 12. Pada saat ini terjadilah sirkulasi uteroplasenta. Menjelang akhir minggu ke 2 sinsitiotropoblas telah memproduksi cukup banyak hormone HCG dimana fungsinya untuk mempertahankan korpus luteum untuk dapat menghasilkan progestenon sendiri. Placenta lengkap terbentuk pada umur kehamilan 16 minggu.

Seiring terbentuknya placenta embrio juga mengalami pertumbuhan dan perkembangan yang awalnya terdiri dari 3 lapisan yaitu ectoderm, mesoderm dan endoderm sampai terbentuk fetus mulai umur kehamilan 5 minggu yang akhirnya tumbuh dan berkembang. Placenta mempunyai fungsi yang sangat penting bagi embrio yaitu pemberi makanan pada janin, pertukaran produk-produk metabolisme dan gas, pertukaran nutrient dan elektrolit, pemindahan antibodi ibu, produksi hormon dan alat penyaring obat-obatan. Selain placenta, keberadaan amnion juga sangat penting bagi janin yaitu sebagai bantalan pelindung dimana cairan amnion ini akan menyusup goncangan-goncangan, mencegah perlekatan mudigah pada amnion, memberikan ruang gerak pada janin dan pada saat lahir ketuban (amnion) akan membantu membersihkan jalan lahir.

II. Diagnosa Kehamilan
Untuk dapat menegakkan diagnosa kehamilan dilakukan penelitian terhadap beberapa tanda dan gejala kehamilan yaitu :

1. Tanda-tanda Dugaan Hamil

a. Amenorrea (tidak dapat haid)

b. Mual dan Muntah (Nausea dan Vomiting)

c. Mengidam (ingin makanan khusus)

d. Tidak tahan suatu bau-bauan.

e. Pingsan

f. Tidak ada selera makan (anoreksia)

g. Lelah (fatigue)

h. Payudara membesar, tegang dan nyeri

i. Miksi sering karena kandung kemih tertekan oleh rahim yang membesar.

j. Konstipasi / obstipasi.

k. Pigmentasi kulit.

l. Epulis yaitu hipertropi dari papil gusi.

m. Pemekaran vena-vena (varises) dapat terjadi pada kaki, betis dan vulva biasanya dijumpai pada triwulan akhir.

2. Tanda tidak pasti kehamilan

a. Pembesaran abdomen

b. Perubahan pada organ pelvik

· Tanda chadwik : vulva dan vagina berwarna ungu kebiruan

· Tanda hegar : segmen bawah uterus teraba lunak / lembek

· Tanda piskacek : uterus membesar ke salah satu jurusan

· Tanda godels : servik teraba lunak

· Tanda Braxton hicks : kontraksi intermitten tanpa rasa nyeri pada wanita hamil.

· Tanda ballottement : pantulan yang terjadi setelah uterus teraba.


3. Tanda pasti kehamilan

Tanda pasti kehamilan dan tidak pasti kehamilan tergantung pada perubahan yang dapat dirasakan dan dilihat oleh ibu dan pemeriksaan. Bukti absolute merupakan kenyataan yang dikuatkan oleh janin itu sendiri yang mencakup :

· Terdengar DJJ
DJJ dapat didengar dengan menggunakan funduskup pada umur kehamilan 18-20 minggu dan bisa juga didengar dengan menggunakan system Doppler pada kehamilan 12 minggu. Djj normal yaitu : 120 – 160 x / menit

· Teraba bagian bagian janin
Dapat dirasakan dengan pemeriksaan Leopold

· Pada pemeriksaan USG
Tampak hasil konsepsi (janin) dan DJJ

· Pemeriksaan pergerakan janin
Pemeriksaan janin sering disebut quickening dan yang dirasakan oleh pemeriksaan merupakan tanda pasti kehamilan. Pada primi gerakan janin mulai dirasakan pada minggu ke 18-20 minggu dan pada multi 16-20 minggu .

· Pemeriksaan rontgen
Pada pemeriksaan rontgen terlihat kerangka janin

· Mencatat elektrokardiogram janin
Impuls yang terjadi dalam jantung janin terekam dengan meletakan elektroda dari dari CTG pada abdomen ibu. Ini penting pada kehamilan dengan resiko/komplikasi untuk menentukan kesejahteraan janin.



III. Menentukan usia kehamilan dan tafsiran kehamilan


1. Menentukan usia kehamilan

· Dari HPHT ( Haid Pertama Hari Terakhir )
· Dari Tinggi Fundus Uteri
· Dari saat mulainya terasa pergerakan janin
· Dari saat mulainya terdengar DJJ
· Dari masuk atau tidak masuknya kepala ke dalam rongga panggul Dari USG dengan mengetahui diameter biparietal
· Dengan pemeriksaan amniocentesis.

2. Menentukan tafsiran persalinan
Saat persalinan tergantung dari saat ovulasi dan oleh karena saat ovulasi ditentukan oleh lamanya siklus maka Hukum Naegle menggunakan rumus tanggal + 7 bulan -3 tahun + 1.

IV. Tanda-Tanda Bahaya Pada Kehamilan.


1. Trimester I.
a. Tidak adanya pertambahan berat badan atau bahkan ada tanda-tanda kurang gizi (malnufrisi).
b. Rasa lelah sampai tidak mampu untuk melakukan aktivitas sehari-hari.
c. Keputihan sangat banyak atau warna abu-abu dengan bau busuk atau menyengat.
d. Perdarahan pervaginam.
e. Sakit kepala yang terus berlanjut.
f. Dehidrasi.
g. Demam ≥ 38,5 0 C

2. Trimester II.
a. Keletihan yang berlebihan
b. Tanda-tanda depresi.
c. Keputihan sangat banyak disertai bau busuk atau menyengat.
d. Pengeluaran cairan (selaput ketuban pecah)
e. Perdarahan pervaginaan.
f. Rasanyeri hebat di abdomen.
g. Tidak ada penambahan berat badan atau ada tanda dan gejala kekurangan gizi.
h. Nyeri epigastrium disertaidengan sakit kepala, tekanan darah tinggi dan edema patologis.
i. Pusing sampai kehilangan kesadaran.
j. Demam ≥ 38 0 C.

3. Trimester III.
a. Edema pada muka dan badan.
b. Nyeri epigastrium disertai dengan sakit kepala hebat dan tekanan darah tinggi.
c. Dysuria.
d. Keletihan yang berlebihan sampai tidak mampu beraktifitas.
e. Tanda-tanda depresi.
f. Keputihan yang sangat banyak dan berbau menyengat.
g. Pengeluaran cairan (selaput ketuban pecah) sebelum aterm.
h. Perubahan visual secara tiba-tiba.
i. Janin tidak bergerak seperti biasanya.
j. Rasa nyeri hebat di abdomen kuadran kanan bawah


PENGERTIAN LMR (Locus Menorus Resisten)

Kehamilan yang disertai riwayat pembedahan atau operasi pada uterus sekali atau lebih misalnya sectio caesaria atau pasca miomektomi pada kehamilan sebelumnya.

I. Indikasi
1. Pada Ibu
· Disproporsi kepala panggul/CPD
· Disfungsi uterus
· Distosia jaringan lunak
· Plasenta previa

2. Pada Bayi
· Janin Besar
· Gawat Janin
· Letak Lintang


II. JENIS SECTIO SESARIA

1. Transperitonialis Propunda
Adalah dilakukan insisi di segmen bawah uterus.Pembedahan ini paling banyak dilakukan dewasa ini.

Keuntungan pembedahan ini :
- Perdarahan luka insisi tidak besar
- Bahaya peritonitis tidak besar
- Perut pada uterus umumnya kuat sehingga bahaya rupture uteri di kemudian hari tidak besar karena dalam masa nifas segmen bawah uterus tidak seberapa banyak mengalami kontraksi seperti korpus uteri, sehingga luka dapat sembuh lebih sempurna.

2. Sectio Sesaria Korporal

Dilakukan pada korpus uteri. Pembedahan ini agak lebih mudah untuk dilakukan, hanya dilakukan bila ada halangan untuk melakukan sc transperitonialis profundal atau apabila bermaksud untuk melakukan histerektomi. Pembedahn ini disebabkan oleh lebih besarrnya bahaya peritonitis kira-kirra 4 kali lebih besar bahaya ruptur uteri pada kehamilan yang akan datang, oleh karena itu sesudah sectio sesaria klasik sebaiknya dilakukan sterilisasi/histerektomi.


III. TINDAKAN SECTIO SESARIA DIBAGI MENJADI 2 YAITU :

1. SC Elektif

SC ini direncanakan lebih dulu karena sudah diketahui bahwa kehamilan harus diselesaikan dengan pembedahan.

Keuntungan :
Waktu pembedahan dapat ditentukan oleh dokter yang akan menolongnya dan segala persiapan dapat dilakukan dengan baik.

Kerugian :
Oleh karena persalinannya belum mulai, segmen bawah uterus belum terbentuk dengan baik sehingga menyulitkan pembedahan dan lebih mudah terjadi atonia uteri dengan perdarahan karena uterus belum mulai berkontraksi.

2. Sectio Sesaria tidak terencana
Sectio ini dilakukan dengan segera karena tidak bisa dilahirkan pervaginam atau karena terjadi kegawatan pada ibu dan janin.tindakan ini hanya mengutamakan keselamatan ibu dan bayi.


IV. KOMPLIKASI

1. Komplikasi Ibu
· Perdarahan banyak.
· Luka operasi baru di perut.
· Cedera pada rahim bagian bawah atau cedera pada kandung kemih (robek).
· Pada kasus bekas operasi sebelumnya dapat ditemukan perlekatan organ dalam panggul.
· Emboli air ketuban yang dapat terjadi selama tindakan operasi.
· Infeksi pada rahim/endometritis, alat-alat berkemih, usus, dan luka operasi.
· Nyeri bila buang air kecil, luka operasi bernanah, luka operasi terbuka dan sepsis (infeksi yang sangat berat).
· Ruptur uteri spontan pada kehamilan mendatang

2. Komplikasi Janin

· Depresi susunan saraf pusat janin akibat penggunaan obat-obatan anestesia (fetal narcosis).
· Anak yang dilahirkan tidak spontan menangis mealinkan harus dirangsang sesaat untuk bisa menangis, yang mengakibatkan kelainan hemodinamika dan mengurangi agar score terhadap anak.
· Pengeluaran lender atau sisa air ketuban di saluran napas tidak sempurna.
· Penyakit hyalin membrane disease.
· Trauma persalinan.
· Sistem kekebalan janin tidak segera didapat karena bayi berhadapan langsung dengan lingkungan steril, berbeda pada bayi yang lahir melewati vagina.


V. PENGELOLAAN KEHAMILAN DAN PERSALINAN PADA BEKAS SECTIO CAESAR

1. Seorang wanita yang telah mengalami SC sebaiknya tidak hamil selama 2 tahun.

2. Apabila wanita hamil setelah mengalami SC, ada beberapa ketentuan yang perlu diperhatikan :

Versi luar tidak boleh dilakukan

Wanita harus dirawat mulai kehamilan 38 minggu


3. Seorang wanita dengan riwayat SC harus melahirkan di RS besar

Wanita diperbolehkan melahirkan pervaginam dengan ketentuan sebagai berikut

· Tidak dibenarkan pemakaian oxytocin dalam kala I untuk memperbaiki his

· Kala II harus dipersingkat : Ibu diperbolehkan mengedan selama 15 menit , jika dalam waktu 15 menit ini bagian terendah anak turun dengan pesat, maka diperbolehkan lagi mengedan selama 15 menit. Jika setelah 15 menit kepala tidak turun dengan cepat dapat dilakukan vacuum extraksi bila syarat-syarat terpenuhi.


VI. PENANGANAN

1. Saat ANC
· Perawatan antenatal seperti biasa, antisipasi kemungkinan komplikasi

· Lebih banyak istirahat saat kehamilan 7 bulan sampai aterm


2. Saat persalinan

· Diharapkan pervaginam kecuali anak pertama letak lintang
· Kalau perlu inisiasi persalinan dengan pemecahan ketuban
· Drip oksitosin bukan kontraindikasi absolute
· Setelah anak pertama lahir, lakukan membuat posisi membujur untuk anak II tunggu his dan lakukan amniotomi. Persalinan bisa spontan , vakum atau berbagai manuver pertolongan letak sungsang tergantung posisi anak II. Versi ektraksi hanya dilakukan pada letak lintang anak II, yang gagal dibuat membujur atau ada indikasi emergency obstetric.



REFERENSI
Gde Manuaba, Prof dr Ida Bagus Ilmu Kebidanan Penyakit Kandungan & Keluarga Berencana Untuk Pendidikan Bidan. Buku Kedokteran

Prawirohardjo, Sarwono. 2002. Ilmu Kebidanan Jakarta : YBP.SP

Arisman. 2004. Gizi dalam daur kehidupan. Jakarta: EGC.

Bobak, Jensen, 2005. Perawatan Maternitas dan ginekologi. Jakarta : EGC.

Mochtar, Rustam, 1998. Sinopsis Obstetri Jilid I Edisi 2. Jakarta : Buku Kedokteran EGC.

Wednesday, November 26, 2014

KEHAMILAN DENGAN ASTHMA

1.1  Kajian Teori
1.1.1    Pengertian
Asthma Bronkiale merupakan salah satu penyakit saluran nafas yang sering dijumpai dalam kehamilan dan persalinan. Pengaruh kehamilan terhadap timbulnya asma tidak sama pada setiap penderita, bahkan pada seorang penderita asma, serangannya tak sama pada kehamilan pertama dan berikutnya. Kurang dari sepertiga penderita asthma akan membaik dalam kehamila, lebih dari 1/3 akan menetap, serta kurang dari 1/3 lagi akan menjadi buruk atau serangan bertambah. Biasanya serangan akan timbul mulai UK 24-36 minggu dan pada akhir kehamilan jarang terjadi serangan. (Sarwono Prawirohardjo, 2002)

1.1.2        Tanda dan Gejala Ibu Hamil Menderita Asthma
1)      Gejala dan tanda yang khas:
·         Wheezing
2)      Gejala dan tanda yang kadamg-kadang ada:
·         Batuk dengan dahak
·         Ronkhi
·         Rales

1.1.3        Masalah
Pemeriksaan yang dilakukan oleh tim ahli asthma Kalifornia (tahun 1983) pada 120 kasus asthma yang hamil, dan terkontrol baik, terdapat 90% dari penderita tidak pernah dapat serangan dalam persalinan, 2,2% menderita serangan ringan dan hanya 0,2% yang menderita asthma berat yang dapat ditasi dengan obat-obat intravena. Pengaruh asma pada ibu dan janin sangat tergantung dari sering dan beratnya serangan, karena ibu dan janin akan kekurangan oksigen (O2) atau hipoksia. Keadaan hipoksia bila tidak segera diatasi tentu akan berpengaruh pada janin dan sering terjadi keguguran, partus premature atau berat janin tidak sesuai dengan usia kehamilan (gangguan petumbuhan janin). (Sarwono Prawirohardjo, 2002)

1.1.4        Etiologi
Factor pencetus timbulnya asma antara lain zat-zat alergi, infeksi saluran nafas, pengaruh udara dan factor psikis. Penderita selama kehamilan perlu mendapat pengawasan yang baik, biasanya penderita mengeluh nafas pendek, berbunyi, sesak, dan batuk-batuk. Diagnosis dapat ditegakkan seperti asma diluar kehamilan.

1.1.5        Penatalaksanaan
Penanganan yang bisa diberikan pada ibu hamil yang disertai dengan penyakit asthma yaitu:
1)      Mencegah timbulnya stress
2)      Pemeriksaan oto thoraks dan laboratorium
3)      Gunakan alat monitor fungsi vital
4)      Menghindari factor resiko/pencetus yang sudah diketahui secara intensif.
5)      Mencegah penggunaan obat seperti aspirin dan semacamnya yang dapat menjadi pencetus timbulnya serangan
6)      Pada asma yang ringan dapat digunakan obat-obat local yang berbentuk inhalasi, atau peroral seperti isoproterenol
7)      Pada keadaan lebih berat penderita harus dirawat dan serangan dapat dihilangkan dengan atau lebih dari obat dibawah ini:
a.       Epinefrin yang telah dilarutkan (1:1000), 0,2-0,5 ml disuntikan SC
b.      Isoproterenol (1:100) berupa inhalasi 3-7 hari
c.       Oksigen
d.       Aminopilin 250-500 mg (6mg/kg) dalam infus glukosa 5 %
e.       Hidrokortison 260-1000 mg IV pelan-pelan atau per infus dalam D10%

Hindari penggunaan obat-obat yang mengandung iodium karena dapat membuat gangguan pada janin, dan berikan antibiotika kalau ada sangkaan terdapat infeksi. Upayakan persalinan secara spontan namun bila pasien berada dalam serangan, lakukan VE atau Forcep. SC atas indikasi asma jarang atau tak pernah dilakukan. Jangan berikan analgesik yang mengandung histamin tapi pilihlah morfin atau analgesik epidural.
Dokter sebaiknya memilih obat yang tidak mempengaruhi ASI. Aminopilin dapat terkandung dalam ASI sehingga bayi mengalami gangguan pencernaan, gelisah, dan ganggguan tidur. Namun obat anti asma lainnya dan kortikosteroid umumnya tidak berbahaya karena kadarnya dalam ASI sangat kecil.

KEHAMILAN POST MATUR / POST DATE / SEROTINUS


PENGERTIAN
Kehamilan posmatur adalah kehamilan yang berlangsung lebih dari 42 minggu, dihitung berdasarkan rumus neagle dengan siklus haid rata-rata 28 hari.Ada  penulisan yang menghitung waktu 42 minggu sesudah haid terakhir,ada pula yang yang mengambil 43 minggu. Partusnya disebut partus postmaturus atau serotinus dan bayinya disebut post maturitas (serotinus)

FREKUENSI
Apabila diambil batas waktu 42 minggu frekuensinya adalah 10,4-12 % dan apabila    diambil      batas waktu 43 minggu frekuensinya adalah 3,4-4%

ETIOLOGI
Etiologi pasti belum diketahui.Faktor yang dikemukakan adalah hormonal,yaitu kadar progesteron tidak cepat turun walaupun kehamilan telah cukup bulan,sehingga kepekan uterus terhadap oksitoksin berkurang. Faktor lain adalah herediter,karena postmaturitas sering dijumpai pada suatu keluarga tertentu.

DIAGNOSA
  1. Bila tanggal hari pertama haid terakhir di catat dan diketahui wanita hamil, diagnosis tidak sukar dan kemudian menjadi hamil.
  2. Bila wanita tidak tahu, lupa atau tidak ingat,atau sejak melahirkan yang lalu tidak dapat haid dan kemudian menjadi hamil,hal ini akan sukar memastikannya.hanyalah dengan pemeriksan antenatal yang teratur dapat diikuti tinggi dan naiknya fundus uteri,mulainya gerakan janin dan besarnya janin dapat membantu menegakkan diagnosis.
  3. Pemeriksaan berat badan ibu diikuti,kapan mulai berkurang,begitu pula lingkaran perut dan jum;lah air ketuban apakah berkurang.
  4. Pemeriksaan rontgenologik dapat di jumpai pusat-pusat penulangan pada bagian distal femur, bagian proksimal tibia,tulang kuboid,diameter biparietal 9,8cm atau lebih.
  5. Ultrasonografi:ukuran diameter biparietal,gerakan janin dan air ketuban.
  6. Pemeriksaan sitologik air ketuban:air ketuban diambil dengan amniosentesis baik transvaginal maupun transabdominal,air ketuban akan bercampur lemak dari sel-sel kulit yang dilepas janin setelah kehamilan mencapai lebih dari 36 minggu .air ketuban yang di peroleh dipulas dengan sulfat biru nil, maka sel-sel yang mengandung lemak akan berwarna jingga bila:Melebihi 10% =kehamilan diatas 36 mingguMelebihi 50% =kehamilan diatas 39 minggu
  7. Amnioskopi : melihat derajat kekeruhan air ketuban ,menurut warna katena di keruhi   oleh mekonium.
  8. Kardiotokografi : mengawasi dan membaca denyut jantung janin,karena insufisiensi placenta
  9. Uji oksitoksin (stress test): yaitu dengan infuse tetes oksitoksin dan diawasi reaksi janin terhadap kontraksi uterus.jika ternyata reaksi janin kurang baik,hal ini mungkin janin akan berbahaya dalam kandungan.
  10. Pemeriksaan kadar estriol dalam  urin.
  11. Pemeriksaan ph darah kepala janin.
  12. Pemeriksaan sitologi vagina.
  13. Tanda postmatur dapat dibagi dalam 3 stadium :
  • Stadium 1
Kulit menunjukkan kehilangan  verniks kaseosa dan maserasi berupa kulit kering, rapuh, dan mudah mengelupas.
·      Stadium 2
Pada stadium ini sama dengan ciri stadium 1 disertai pewarnaan mekonium (kehijauan) pada kulit.
·      Stadium 3
Terdapat pewarnaan kekuningan pada kuku, kulit dan tali pusat.

TANDA-TANDA BAYI POST MATUR

·         Biasanya lebih berat dari  bayi matur
·         Tulang dan sutura kepala lebih keras dari bayi matur
·         Rambut lanugo hilang atau sangat kurang
·         Vernik caseosa di badan kurang
·         Kuku-kuku panjang
·         Rambut kepala agak tebal
·         Kulit agak pucat dengan deskuamasi epitel

PENGARUH  TERHADAP IBU DAN JANIN
v    Terhadap ibuPersalinan postmatur dapat menyebabkan terjadinya distosia karena :

  1. Aksi uterus tidak terkoordinir
  2. Bayi besar, maka akan sering dijumpai : partus lama, kesalahan letak, inersia uteri,distosia bahu,dan perdarahan postpartum. Hal ini akan menaikkan angka morbiditas dan mortalitas.
v    Terhadap janinJumlah kematian janin/bayi pada kehamilan 43 minggu 3 kali lebih besar dari kehamilan 40 minggu, karena postmaturitas akan menambah bahaya pada janin.Pengaruh postmaturitas pada janin bervariasi, berat badan janin dapat bertambah besar,tetap,dan ada yang berkurang,sesudah kehamilan 42 minggu. Ada pula yang bisa terjadi kematian janin dalam kandungan.

PENATALAKSANAAN

  1. Setelah usia kehamilan lebih dari 40-42 minggu yang penting adalah monitoring janin sebaik-baiknya.
  2. Apabila  tidak ada tanda-tanda insufisiensi plasenta,persalinan spontan dapat di tunggu dengan pengawasan ketat.
  3. Lakukan pemeriksaan dalam untuk menilai kematangan serviks, kalau sudah matang boleh dilakukan induksi persalinan dengan atau tanpa amniotomi.
  4. Bila: Riwayat kehamilan yang lalu ada kematian janin dalam rahim ; terdapat hipertensi, pre eklamsi ; kehamilan ini adalah anak pertama karena infertilitas ; Pada kehamilan lebih dari 40-42 minggu, maka ibu dirawat di rumah sakit.
  5. Tindakan oprasi seksio sesarea dapat di pertimbangkan pada (a )insufisiensi plasenta dengan keadaan serviks belum matang, (b) Pembukaan yang belum lengkap, persalinan lama dan terjadi tanda  gawat janin ,(c) Pada primigravida tua,kematian janin dalam kandungan,pre eklamsia,hipertensi menahun,anak berharga (infertilitas) dan kesalahan letak janin.
  6. Pada persalinan pervaginam harus di perhatikan bahwa partus lama akan sangat merugikan bayi , janin postmatur kadang-kadang besar,dan kemungkinan disproporsi sefalo-pelvik dan distosia janin perlu di pertimbangkan.Selain itu janin postmatur lebih peka terhadap sedative dan narkosa,jadi pakailah anastesi konduksi. Jangan lupa, perawatan neonatus postmaturitas perlu di bawah pengawasan dokter anak.

DIABETES GESTASIONAL (DMG)


Kehamilan merupakan hal yang fisiologis yang dialami oleh setiap wanita usia subur setelah berhubungan intim. Namun tidak semua kehamilan berjalan normal, seperti yang diharapkan. Kehamilanpun bisa menjadi patologi dan disertai oleh penyakit penyerta seperti diabetes pada kehamilan atau sering disebut dengan Diabetes gestasional (DMG).
1. PENGERTIAN
DMG ini adalah adanya intolerasnsi karbohidrat, baik ringan (Toleransi Glukosa Terganggu= TGT), maupun berat (Diabetes Millitus) yang terjadi atau diketahui pertama kali pada saat kehamilan berlangsung.
Tidak memandang apakah pasien dikelola dengan insulin / perencanaan makan saja, diabetes mellitus tersebut menetap setelah persalinan atau pasien yang sudah mengidap diabetes sebelum hamil.(prosedur tetap sanglah)
Diabetes yang muncul selama kehamilan disebabkan karena pada saat hamil kebutuhan karbohidrat ibu meningkat. Karena hormone insulin dalam tubuh tidak mecukupi untuk merubah karbohidrat tersebut menjadi gula, sehingga terjadilah penimbunan kadar gula yang tinggi dalam darah. Diabetes pada masa kehamilan ada yang bersifat sementara yang akan hilang setelah melahirkan, namun akan berdampak buruk bila tidak terdeteksi. (Wilson,1995)
Adapun gejala yang timbul pada ibu hamil dengan diabetes yaitu Trias Poly diantaranya:
·         Polyphogie (banyak makan)
·         Polyurie (banyak kencing)
·         Polydipsie (banyak minum)
2. FAKTOR RISIKO DMG
a.  Factor kebidanan
ü  Beberapa kali keguguran
ü  Riwayat pernah melahirkan anak mati tanpa sebab yang jelas.
ü  Riwayat pernah melahirkan anak dengan cacat bawaan.
ü  Pernag pre-eklampsi
ü  polihidramnion
b. Factor ibu
ü  Umur ibu hamil lebih dari 30 tahun
ü  Riwayat DM dalam keluarga
ü  Pernah DMG pada kehamilan sebelumnya
ü  Infeksi saluran kemih yang berulang-ulang sebelum hamil.
(Protap Sanglah)
3. DIAGNOSIS DMG
      Kriteria Diagnosis menurut WHO
KRITERIA
Glukosa Plasma Vena (mg/dl)
Puasa
2 jam
Normal
< 100
< 140
Diabetes Millitus
>  140
> 200
TGT
100-139
140-199

      Cara lain yang bisa dilakukan untuk mengetahui diagnose dari DMG yaitu dengan melakukan tes urine reduksi dan didapatkan hasil ++, dan kisaran berat badan janin dalam kehamilan melebihi 4000 gr.(Protap Sanglah)
3. PENGARUH DMG
a.       Kemungkinan gestose 4x lebih besar
b.      Infeksi lebih mudah terjadi terutama pyelitis dan pyelonefritis
c.       Kemungkinan abortus dan prematurus sedikit lebih besar
d.      Diabetes dapat berdampak pada kelahiran bayi yaitu berat badan bayi melebihi 4000 gram. Disuga sebabnya ialah hormone pertumbuhan yang berlebihan atau factor genetis. Walaupun anaknya besar, fungsuonil sering bersifat sebagai anak prematur sehingga disebut “foetus dysmaturus”.
e.       Selain itu, bayi juga bisa meninggal dalam kehamilan terutama terjadi pada usia kehamilan 34-36 minggu. Diduga akibat hypoglycaemia.
f.       Saat persalinan, bisa terjadi distosia (persalinan macet), dimana his yang bagus namun tidak ada kemajuan persalinan sehingga kepala bayi pun turun.
g.      Diabetes pada ibu hamil dapat menyebabkan berbagai gangguan pada bayi yang dilahirkannya. Gangguan tersebut antara lain : hipoglikemia, makrosomia, Respiratory distress syindrome (RDS).cacat congenital, Hipokalsemia. Bayi cenderung montok dan besar akibat bertambahnya lemak tubuh. Gejala klinis yang sering ditemukan dan merupakan ciri khas bayi hipoglikemia adalah tremor, lertargi, malas minum, serta gejala lain yaitu hiperpnea, apnea, sianosis, pernafasan berat, kejang, apatis, hipotonin, iritabilitas, tangisan melengking.
h.      Hydramnion sering terjadi; kalau terjadi hidramnion maka kematian janin intrauterine meningkat sampai 35%.
i.        Kelainan congenital sering dijumpai
j.        Perdarahan postpartum lebih besar kemungkinannya
k.      Laktasi kadang-kadang kurang.
(Unpad,1981)

4. PENANGANAN DMG
Adapun penanganan yang dapat dilakukan pada ibu dengan diabetes yaitu
-          ANC lebih ketat
-          Penilaian kesejahteraan janin. Penilaian ini dilakukan sejak  UK 34 minggumeliputi pengukuran TFU, mendengarkan DJJ, USG, KTG.
-          Perencanaan makanan yang sesuai kebutuhan
-           Dapat dengan rutin mengkonsumsi obat. Setelah mengetahui bahwa dirinya hamil sebaiknya mengkonsumsi obat oral yang digantikan dengan obat suntikan, karena sebagian besar obat-obatan oral bersifat teratogenik yang bisa menimbulkan kelainan pada pertumbuhan janin. (Protap sanglah)
-          Persalinan dianjurkan 2-3 minggu sebelum saat persalinan yang diperhitungkan, mengingat kemungkinan kematian janin menjelang akhir kehamilan. Apakah persalinan anjuran dilaksanakan dengan induksi atau SC tergantung keadaan servik dan turunnya kepala. Keadaan yang mengarah ke SC antara alain : adanya gestose, anaknya sangat besar, primi tua, adanya kelahiran mati pada anamnesa. (Unpad,1981)
      Sementara pada bayi, semua bayi yang lahir dari ibu dibetes harus mendapat pengamatan dan perawatan intensif.
Adapun penatalaksanaan umum yang dilakukan adalah:
a.   Periksa kadar gula darah bayi segera setelah lahir. Selanjutnya, control setiap jam sampai kadar gula darah normal dan stabil.
b.   Jika kondisi bayi baik, berikan minuman setelah 2-3 jam kelahiran. Jika bayi sulit mengisap, beri makanan melalui intravena.
c.   Mengatasi hipoglikemia dengan cara memberi infuse glukosa 10% , injeksi bolus glukosa kadar tinggi harus dihindarkan karena dapat menyebabkan hiper insulinemia.

REFERENSI
Sarwono. 2007. Ilmu Kebidanan. Jakarta : YBP-SP
Fk. Unpad. 1983. Obstetri Fisiologi. Bandung : Eleman
Protap RSUP Sanglah

Wilson.1995. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Jakarta : EGC