Thursday, November 27, 2014

HIPOGLIKEMIA PADA BAYI BARU LAHIR







PENGERTIAN


Hipoglikemi adalah keadaan hasil pengukuran kadar glukose darah kurang dari 45 mg/dL (2.6 mmol/L).


PATOFISIOLOGI

· Hipoglikemi sering terjadi pada BBLR, karena cadangan glukosa rendah.

· Pada ibu DM terjadi transfer glukosa yang berlebihan pada janin sehingga respon insulin juga meningkat pada janin. Saat lahir di mana jalur plasenta terputus maka transfer glukosa berhenti sedangkan respon insulin masih tinggi (transient hiperinsulinism) sehingga terjadi hipoglikemi.

· Hipoglikemi adalah masalah serius pada bayi baru lahir, karena dapat menimbulkan kejang yang berakibat terjadinya hipoksi otak. Bila tidak dikelola dengan baik akan menimbulkan kerusakan pada susunan saraf pusat bahkan sampai kematian.

· Kejadian hipoglikemi lebih sering didapat pada bayi dari ibu dengan diabetes melitus.

· Glukosa merupakan sumber kalori yang penting untuk ketahanan hidup selama proses persalinan dan hari-hari pertama pasca lahir.

· Setiap stress yang terjadi mengurangi cadangan glukosa yang ada karena meningkatkan penggunaan cadangan glukosa, misalnya pada asfiksia, hipotermi, hipertermi, gangguan pernapasan.

DIAGNOSIS

Anamnesis

· Riwayat bayi menderita asfiksia, hipotermi, hipertermi, gangguan pernapasan

· Riwayat bayi prematur

· Riwayat bayi Besar untuk Masa Kehamilan (BMK)

· Riwayat bayi Kecil untuk Masa Kehamilan (KMK)

· Riwayat bayi dengan ibu Diabetes Mellitus

· Riwayat bayi dengan Penyakit Jantung Bawaan

· Bayi yang beresiko terkena hipoglikemia

- Bayi dari ibu diabetes (IDM)

- Bayi yang besar untuk masa kehamilan (LGA)

- Bayi yang kecil untuk masa kehamilan (SGA)

- Bayi prematur dan lewat bulan

- Bayi sakit atau stress (RDS, hipotermia)

- Bayi puasa

- Bayi dengan polisitemia

- Bayi dengan eritroblastosis

- Obat-obat yang dikonsumsi ibu, misalnya sterorid, beta-simpatomimetik dan beta blocker


GEJALA KLINIS/Pemeriksaan fisik

Gejala Hipoglikemi : tremor, jittery, keringat dingin, letargi, kejang, distress nafas

 Jitteriness

 Sianosis

 Kejang atau tremor

 Letargi dan menyusui yang buruk

 Apnea

 Tangisan yang lemah atau bernada tinggi

 Hipotermia

 RDS


DIAGNOSIS BANDING

insufisiensi adrenal, kelainan jantung, gagal ginjal, penyakit SSP, sepsis, asfiksia, abnormalitas metabolik (hipokalsemia, hiponatremia, hipernatremia, hipomagnesemia, defisiensi piridoksin).

Penyulit :
 Hipoksia otak
Kerusakan sistem saraf pusat


PENATALAKSANAAN

a. Monitor

Pada bayi yang beresiko (BBLR, BMK, bayi dengan ibu DM) perlu dimonitor dalam 3 hari pertama :

o Periksa kadar glukosa saat bayi datang/umur 3 jam

· Ulangi tiap 6 jam selama 24 jam atau sampai pemeriksaan glukosa normal dalam 2 kali pemeriksaan

· o Kadar glukosa ≤ 45 mg/dl atau gejala positif tangani hipoglikemia

o Pemeriksaan kadar glukosa baik, pulangkan setelah 3 hari penanganan hipoglikemia selesai

b. Penanganan hipoglikemia dengan gejala :

- Bolus glukosa 10% 2 ml/kg pelan-pelan dengan kecepatan 1 ml/menit

- Pasang jalur iv D10 sesuai kebutuhan (kebutuhan infus glukosa 6-8 mg/kg/menit).

Contoh : BB 3 kg, kebutuhan glukosa 3 kg x 6 mg/kg/mnt = 18 mg/mnt = 25920 mg/hari. Bila dipakai D 10% artinya 10 g/100cc, bila perlu 25920 mg/hari atau 25,9 g/hari berarti perlu 25,9 g/ 10 g x 100 cc= 259 cc D 10% /hari.



Atau cara lain dengan GIR

Konsentrasi glukosa tertinggi untuk infus perifer adalah 12,5%, bila lebih dari 12,5% digunakan vena sentral.

Untuk mencari kecepatan Infus glukosa pada neonatus dinyatakan dengan GIR.

Kecepatan Infus (GIR) = glucosa Infusion Rate

GIR (mg/kg/min) = Kecepatan cairan (cc/jam) x konsentrasi Dextrose (%)

                                                               6 x berat (Kg)


Contoh : Berat bayi 3 kg umur 1 hari


Kebutuhan 80 cc/jam/hari = 80 x 3 = 240 cc/hari = 10 cc/jam


GIR = 10 x 10 (Dextrose 10%) = 100 = 6 mg/kg/min

               6 x 3 18

- Periksa glukosa darah pada : 1 jam setelah bolus dan tiap 3 jam


- Bila kadar glukosa masih < 25 mg/dl, dengan atau tanpa gejala, ulangi seperti diatas


- Bila kadar 25-45 mg/dl, tanpa gejala klinis :


· Infus D10 diteruskan


· Periksa kadar glukosa tiap 3 jam


· ASI diberikan bila bayi dapat minum


- � Bila kadar glukosa ≥ 45 mg/dl dalam 2 kali pemeriksaan


· Ikuti petunjuk bila kadar glukosa sudah normal


· ASI diberikan bila bayi dapat minum dan jumlah infus diturunkan pelan-pelan


· Jangan menghentikan infus secara tiba-tiba


c. Kadar glukosa darah < 45 mg/dl tanpa GEJALA :


· ASI teruskan


· Pantau, bila ada gejala manajemen seperti diatas


· Periksa kadar glukosa tiap 3 jam atau sebelum minum, bila :


- Kadar < 25 mg/dl, dengan atau tanpa gejala tangani hipoglikemi


- Kadar 25-45 mg/dl naikkan frekwensi minum


- Kadar ≥ 45 mg/dl manajemen sebagai kadar glukosa normal


d. Kadar glukosa normal IV teruskan


· IV teruskan


· Periksa kadar glukosa tiap 12 jam


· � Bila kadar glukosa turun, atasi seperti diatas � � � �


· Bila bayi sudah tidak mendapat IV, periksa kadar glukosa tiap 12 jam, bila 2 kali pemeriksaan dalam batas normal, pengukuran dihentikan.
    


e. Persisten hipoglikemia (hipoglikemia lebih dari 7 hari)


· konsultasi endokrin


· terapi : kortikosteroid hidrokortison 5 mg/kg/hari 2 x/hari iv atau prednison 2 mg/kg/hari per oral, mencari kausa hipoglikemia lebih dalam.


· bila masih hipoglikemia dapat ditambahkan obat lain : somatostatin, glukagon, diazoxide, human growth hormon, pembedahan. (jarang dilakukan)



REFERENSI

1. Gomella TL, Cunningham MD, Eyal FG, Zenk KE. Neonatology, management, procedures, on call problems disease and drugs; edisi ke-5. New York : Lange Books/Mc Graw-Hill, 2004; 262-66.


2. Khosim S, Indarso F, Irawan G, Hendrarto TW. Buku acuan pelatihan pelayanan obstetri Neonatal Emergensi Dasar. Jakarta : Depkes RI, 2006; 56-7.


3. Wilker RE. Hypoglycemia and hyperglycemia Dalam: Cloherty JP, Stark AR, eds. Manual of neonatal care; edisi ke-5. Boston : Lippincott Williams & Wilkins, 2004; 569-76.


4. Khosim MS, Surjono A, Setyowireni D, et al. Buku panduan manajemen masalah bayi baru lahir untuk dokter, bidan dan perawat di rumah sakit. Jakarta : IDAI, MNH-JHPIEGO, Depkes RI, 2004; 35-6.

No comments:

Post a Comment