Labels

Showing posts with label KELAINAN RAHIM. Show all posts
Showing posts with label KELAINAN RAHIM. Show all posts

Monday, October 24, 2016

Pendarahan Diluar Siklus Haid Karna Trauma


PERDARAHAN DILUAR SIKLUS HAID KARENA TRAUMA (PERDARAHAN POST COITUS)

DEFINISI

Perdarahan di luar masa haid adalah perdarahan yang terjadi setelah masa haid berhenti atau dapat didefinisikan perdarahan yang terjadi pada seorang wanita dimana wanita tersebut tidak berada  pada siklus menstruasi.Jika terjadi di luar masa haid, meskipun darah yang keluar cuma sedikit atau sekadar vlek, tetap disebut perdarahan(dr. Arju Arnita Sp.OG).
Sedangkan yang dimaksud dengan perdaran diluar siklus haid karena trauma disini adalah dimana seorang wanita mengalami perdarahan baik sedikit ataupun banyak diluar siklus haidnya dikarenakan adanya suatu benda asing yang masuk ke dalam  alat reproduksi wanita yang menimbulkan suatu trauma seperti lecet atau perdarahan yang terjadi setelah melakukan hubungan seksual (post coitus bleeding).

ETIOLOGI

Penyebab perdarahan di luar masa haid dapat dikarenakan banyak hal, sehingga harus diketahui penyebab pasti dari perdarahannya, agar penanganan yang dilakukan tepat. Perdarahan yang terjadi meliputibeberapa lokasi yaitu : perdarahan pada vagina, perdarahan pada leher rahim (servik), perdarahan pada rahim, dimana perdarahan pada vagina dan servik lebih mudah dalaam mendeeteksi dengan menggonakan pemeriksaan inspikulo untuk melihat daerah yang mengalami lecet atau trauma. Sedangkan pada daerah uterus dperlukan pemeriksaan seperti USG untuk melihat lokasi yang mengalami trauma. Peradangan pada serviks (leher rahim) dimana hubungan seksual dapat menyebabkan perdarahan. Kondisi ini disebut dengan erosi serviks, umum terjadi pada wanita muda, wanita hamil, dan mereka yang memakai kontrasepsi pil. Kebanyakan perdarahan berasal dari mulut rahim atau dari dalam rahim, dan jarang yang berasal dari vagina Yang jelas akan mengganggu keadaan umum. HB (hemoglobin) turun, kepala pusing, tekanan darah menurun, nadi meningkat.
Perdarah diluar siklus haid karena trauma yang paling sering ditemukan yaitu perdarahan setelah melakukan hubungan seksual (post coitus bleeding). Dimana  penyebab  pendarahan setelah melakuakan hubungan seksual diantaranya yaitu:
  1. Cervical dysplasia :  (Displasia serviks) merupakan perubahan pra-kanker pada leher rahim.  teorinya dikatakan disebabkan oleh Human Papilloma Virus (HPV).. Risiko meningkat dengan beberapa mitra seksual, hubungan seks sebelum usia 18, melahirkan sebelum usia 16, atau sejarah masa lalu dari PMS. Cara deteksi displasia dilakukan dengan pemeriksaan Pap Smear.
  2. Chlamydia : merupakan infeksi bakteri yang biasanya ditularkan melalui aktivitas seksual yaitu dapat ditularksn melalui   kontak dengan cairan semen, cairan vagina, atau darah orang terinfeksi.
  3. Gonorea : biasanya penyakit disebabkan oleh bakteri. Farmasi beberapa perawatan yang tersedia.
  4. Vaginitis atau Cervicitis: merupakan  peradangan atau bengkak dan infeksi pada vagina atau cervix. Dimama terjadi kekurangan hormon estrogen, terutama pada wanita post menopause. Kurangnya lendir pada vagina menyebabkan hubungan seksual menjadi nyeri dan dapat terjadi perdarahan Pengobatan yang dapat dilakukan disesuaikan dengan penyebab dari vaginitis atau cervisitis itu sendiri.
  5. Cervical polyps: Cervical polyps yang halus, merah atau ungu, seperti growths-jari yang tumbuh dari lapisan lendir di cervix atau cervical kanal. Cervical polyps sangat rapuh, memperluas dari cervix.
  6. Trichomoniasis: disebabkan oleh  protozoan. Dapat masuk ke vagina paga proses bersalin karena kurangnya hiegyne selama proses persalinan.  Meskipun jarang, transmisi juga mungkin melalui  keran air, hot tubs, air seni, di WC duduk, dan di kolam renang. Dapat menyebabkan vaginitis.
  7. Vaginal Yeast Infection: Adalah pertu,buhan jamur yang terlalu cepat pada daerah vagina. Umumnya gejala yang sering dirasakan yaitu: rasa gatal, membakar, dan keluar keputihan yang kental, tetapi tidak berbau.
  8. Endometritis atau adenomyosis: Endometritis didefinisikan oleh Dorland's Medical Dictionary, 27. Edition sebagai peradangan pada endometrium (lapisan yang paling dalam dari rahim).
  9. Polip rahim, mirip dengan polip serviks, tetapi bedanya polip rahim  tumbuh didalam rongga rahim.
  10. Fibroid Tumors: adalah massa yang solid yang terbuat dari serabut jaringan. Fibroid Tumors jarang ganas. Gejala fibroid Tumors bervariasi antara perempuan, dengan beberapa perempuan tidak pernah mengalami semua gejala sama sekali. Perempuan yang dapat menunggu sampai mati haid akan melihat fibroids mereka bersembunyi dan hilang setelah tubuh mereka berhenti memproduksi estrogen.
  11. Penyakit peradangan pelvis (PID, pelvic inflammatory disease) akut paling banyak disebabkan oleh infeksi yang naik (ascending) dari vagina atau serviks, yang merupakan peradangan pada traktus genitalia bagian atas. Hal ini dapat menimbulkan kombinasi dari salpingitis, endometriosis, ooforitis, peritonitis pelvis, dan pembentukan abses tubo-ovarian

PENANGANAN

Perdarahan yang abnormal yang terjadi diluar siklus haid merupakan suatu keadaaan yang membahayakan. Dimana pada saat wanita mengalami perdarahan diluar siklus menstruasinya, terlebih lagi apabila wanita tersebut mengalami perdarahaa setelah melakukan hubungan seksual (post coitus bleeding) dicurigai perdarahan ini merupakan suatu gejala keganasan. Untuk mengantisipasi hal tersebut perlu dilakukan pemeriksaan secara didi untuk mengetahui penyebabnya. Untuk mengatasi perdarahan harus diketahui penyebab pasti dari perdarahan tersebut. Semakin dini dilakukan pemeriksaan, semakin dini pula terapi yang akan didapatkan, sehingga kemungkinan untuk teratai akan lebih besar.
Selain itu juga harus diketahui dimana lokasi perdarahan serta penyebab pastinya.  maka dilakukan pemeriksaan penunjang yaitu USG. Dengan melakukan pemeriksaan USG maka dapat diketahui secara lebih pasti.
Hal yang paling penting dilakukan untuk menghindari masalah-masalah tersebut yaitu dengan melakukan pemeriksaan Pap Smear secara teraatur untuk mendeteksi secara dini kelainan-kelainan yang terjadi pada organ reproduksi. Semua wanita yang sudah pernah melakukan hubungan seksual dianjurkan untuk melakukan tes ini secara rutin, minimal setahun sekali.. Pap smear dilakukan sebagai pencegahan supaya bisa mendeteksi kelainan lebih dini, sehingga terapinya lebih ringan. Kalau stadiumnya sudah tinggi, maka penanganan yang dilakukan juga lebih sulit walaupun dengan melakukan pengangkatan rahim sekalipun belum tentu dapat menjadi solusi yang tepat, karena sel kanker sudah kemana-mana. Jika terdeteksi ada masalah, pap smear bisa dilakukan lebih rutin. 


Pendarahan Diluar Haid Karna Polip


PENDARAHAN DI LUAR HAID KARENA POLIP

HIPERMENOROE

PENGERTIAN
Pendarahan di luar haid (hipermenorea) ialah pendarahan haid yang lebih banyak dari normal atau lebih lama dari normal (lebih dari 8 hari). Merupakan perdarahan yang terjadi diluar haid dengan penyebab kelainan hormonal atau kelainan organ genitalia.
Pada haid normal, jumlah darah yang keluar tidak lebih dari 40 ml dan berhenti setelah proses pengelupasan endometrium berakhir.
Perdarahan terjadi dalam masa antara 2 haid. Perdarahan ini tampak terpisah dan dapat dibedakan dari haid, atau 2 jenis pendarahan ini menjadi satu; yang pertama dinamakan metroragia, yang kedua menometroragia. 

PENYEBAB

Sebab - sebab perdarahan organic dari uterus, tuba dan ovarium adalah adanya kelainan pada :
  • Serviks uteri, seperti polipus servisis uteri, erosio porsionis uteri, ulkus pada porsio uteri, karsinoma sevisitis uteri.
  • Korpus uteri, seperti polip endometrium, abortus imminens, abortus sedang berlangsung, abortus inkompletus, mola hidatidosa, koriokarsinoma, subinvolusio uteri, karsinoma korporis, uteri, sarcoma uteri, mioma uteri.
  • Tuba fallopi, seperti kehamilan ektopik terganggu, radang tuba, tumor tuba.
  • Ovarium, seperti radang ovarium, tumor ovarium. 

Sebab - sebab fungsional :
Perdarahan dari uterus yang tidak ada hubungannya dengan sebab organic dinamakan perdarahan disfungsional. Perdarahan disfungsional dapat terjadi pada setiap umur antara menarche dan menopause.

PATOLOGI

  Schroder pada tahun 1915, setelah penelitian histopatologik pada uterus dan ovarium pada waktu yang sama, menarik kesimpulan bahwa gangguan perdarahan yang dinamakan metropatia hemoragika terjadi karena persistensi folikel yang tidak pecah sehingga tidak terjadi ovulasi dan pembentukan korpus liteum. Akibatnya terjadilan hyperplasia endometrium karena stimulasi estrogen yang berlebihan dan terus menerus. Penjelasan ini masih dapat diterima untuk sebagian besar kasus-kasus perdarahan disfungsional.
Pembagian endometrium dalam endometrium jenis non sekresi penting artinya, karena , karena dengan demikian dapat dibedakan perdarahan yang anovulatoar dari yang uvoltoar, klasifikasi ini mempunyai nilai-nilai klinik karena kedua jenis perdarahan disfungsional ini mempunyai dasar etiologi yang berlainan dan memerlukan penanganan yang berbeda. Pada perdarahan disfungsional yang ovulatoar, gangguan dianggap berasal dari faktor-faktor neuromuscular, vasomotorik, atau hematoogik, yang mekanismenya be,um seberapa dimengerti, sedangkan perdarahan anovulaoar biasanya dianggap bersumber pada gangguan endokrin.

GAMBARAN KLINIK

Perdarahan ovulatoar
Perdarahan ini merupakan kurang lebih 10% dari perdarahan disfungsional dengan siklus pendek (polimenorea) atau panjang (oligomenorea), perdarahan ovulatoar perlu dilakukan kerokan pada masa mendekati haid. Jika karena perdarahan yang lama dan tidak teratur siklus haid tidak dikenali lagi. 
Perdarahan berasal dari endometrium tipe sekresi tanpa adanya sebab organik, maka harus dipikirkan sebagai etiologinya :
  1. Korpus leteum persistens; dalam hal ini dijumpai perdarahan kedang-kadang bersamaan dengan ovarium membesar. Sindrom ini harus dibedakan dari kehamilan ektopik.
  2. Insifisiensi korpus luteum dapat menyebabkan premenstrual spotting, menoragia atau polimenorea.
  3. Apopleksia uteri; pada wanita dengan hipertensi dapat terjadi pecahnya pembuluh darah dalam uterus.
  4. Kelainan darah; seperti anemia, purpura trombositopenik, dan gangguan dalam mekanisme pembekuan darah.


Perdarahan anovulatoar
Stimulasi dengan estrogen menyebabkan tumbuhnya endometrium. Dengan menurunnya kadar estrogen di bawah tingkat tertentu, timbul perdarahan yang kadang-kadang bersifat siklis, kadang-kadang tidak teratur sama sekali. Fluktuasi kadar estrogen ada sangkut pautnya dengan jumlah folikel yang pada suatu waktu fungsional aktif.

DiAGNOSIS
  Perlu ditanyakan bagaimana mulainya perdarahan, apakah didahului oleh siklus yang pendek atau oleh oligomenorea/amenorea, sefat perdarahan (banyak atau sedikit-sedikit, sakit atau tidak), lama perdarahan dan sebagainya. Kecurigaan terhadap salah satu penyakit tersebut hendaknya menjadi dorongan untuk melakukan pemeriksaan dengan teliti kearah penyakit yang bersangkutan.

PENANGANAN
  Pengeluaran darah pada perdarahan disfungsional sangat banyak, dalam hal ini penderita harus istirahat baring dan diberi transfuse darah. Setelah pemeriksaan ginekologik menunjukan bahwa perdarahan berasal dari uterus dan tidak ada abortus incomplete, perdarahan untuk sementara waktu dapat dipengaruhi dengan hormon steroid.
Dapat diberikan :
  • Estroten dalam dosis tinggi, supaya kadarnya dalam darah meningkat dan perdarahan berhenti. Dapat diberikan secara intramuskulus dipriopionas estradiol 2,5 mg, atau benzoas estradiol1,5 mg, atau valeras estradiol 20 mg. keberatan terapi ini adalah bahwa setelah suntikan dihentikan, perdarahan timbul lagi.
  • Progesteron: pertimbangan disini adalah bahwa sebagian besar perdarahan fungsional bersifat anovulatoar, sehingga pemberian progesterone mengimbangan pengaruh estrogen terhadap endometrium. Dapat diberikan kaproas hidrokksi-progesteron 125 mg, secara intramuscular, atau dapat diberikan per os sehari norethondrone 15 mg atau asetas medroksi-progesteron (Provera) 10 mg, yang dapat diulangi. Terapi ini berguna pada wanita dalam masa pubertas.


POLIP

PENGERTIAN
Polip adalah pertumbuhan bertangkai vaskular jinak yang biasanya muncul pada endometrium serviks dan menonjol melebihi ostium uteri eksternaum. Polip lazim menyebabkan pendarahan serviks, karena ujungnya cenderung mudah berdarah pada sentuhan (pencuncian atau sanggama). Polip juga sering berdarah beberapa hari setelah atau sebelum haid.
Polip-polip kandungan adalah pertumbuhan-pertumbuhan yang terlalu cepat, atau tonjolan-tonjolan yang tidak berbahaya dari jaringan normal yang melapisi kandungan kedalam rongga kandungan. Polip-polip mungkin juga ditemukan pada cervix kandungan. Polip-polip biasanya melekat pada kandungan yang mendasarinya dengan dasar atau batang, dan mereka bervariasi dalam ukuran. Polip-polip hanya jarang mengandung sel-sel kanker. Mereka adalah paling umum pada wanita-wanita berumur 40an.

GEJALA
Polip-polip kandungan mungkin tidak menghasilkan segala gejala-gejala. Bagaimanapun, beberapa wanita-wanita mungkin mengalami: 
perdarahan vagina yang tidak beraturan, 
perdarahan setelah hubungan seksual, atau 
perdarahan menstruasi yang berat. 

DIAGNOSA
Adakalanya, polip-polip keluar melalui mulut cervix (leher rahim) sehingga mereka terlihat sewaktu pemeriksaan speculum, seperti sewaktu pap smear. Diagnosis adalah dengan ultrasound atau pemeriksaan dibawah mikroskop dari jaringan yang dikeluarkan sewaktu sampling (pengambilan contoh) kandungan. Diagnosis dapat juga dibuat dengan hysteroscopy, pemasukan dari scope yang mengizinkan visualisasi dari rongga kandungan dari dalam. Adalah seringkali mungkin untuk mengeluarkan polip-polip sewaktu prosedur ini. Curettage, prosedur dimana lapisan kandungan dikeluarkan, dapat digunakan untuk menyembuhkan polip-polip endometrial pada kebanyakan kasus-kasus. 
Tes Sitologi serviks (Apusan Pap): Apusan sitologi serviks dan sambungan skuamolummer dan endoserviks sangat bermaat untuk evaluasi penyakit serviks yang tidak terlihat. Gambaran dysplasia atau kemungkinan keganasan menunjukkan kebutuhan untuk evaluasi diagnostic tambahan.
Biakan serviks: memberikan diagnosi bakteriologi spesifik bila diduga gonorre atau bila terlihat secret purulen.
Kolposkopi : sering dianjurkan untuk evaluasi lesi pada serviks yang mencurigakan atau apusan sitologi yang abnormal.
Biopsi : memberikan diagnosis histologi definitive. Biopsi yang diarahkan dengan kolkoskopi ditambah kuretase endoserviks dpat menyingkirkan atau memastikan keganasan serviks.

MACAM-MACAM POLIP

POLIP SERVIKS
Polip yang berukuran kecil, tumbuh tumbuh di muka serviks atau pada saat endoservik dan menonjol pada mulut serviks. Polip serviks adalah proliferasi local mukosa servikal yang muncul sebagai lesi lunak, merah, ludah berdarah, yang biasanya menggantung. Lesi ini biasanya  bertingkai pendek tetapi dasar yang lebar.ujungnya bertangkai berasal dari mukosa intraservikal tapi dapat pula tumbuh dari portio.

MAKROKOSPIS
Ini biasanya hanya berdiameter beberapa millimeter tetapi dapat mencapai beberapa sentimeter, dapat tunggal atau multiple dan rapuh kadang-kadang tangkainya jadi panjang dan menonjol dari introitus. Kalau asalnya dari portio konsistensinya lebih keras dan pucat dengan tangkai yang tebal. Vaskularisasai, ulserasi, dan infeksi sekunder menerangkan pendarahan yang ditimbulkan oleh lesi yang kecil ini. Meskipun keganasan sangat rendah, karsinoma skuama dan adenokarsinoma dapat berkembang pada polip ini.

PENYEBAB
Belum jelas meskipun penampilannya menggambarkan respon epitel endoservix terhadap peradangan.

TANDA dan GEJALA
Polip servix menimbulkan pendarahan pada vagina. Pendarahan  pasca coitus atau pada saat pencuciaan merupakan gejala yang tersering dijumpai. Banyak polip sevix tidak memberikan gejala, tetapi ada gejala utama adalah dasar diagnose pendarahan intermiten dan gejala-gajal umum ketiga bentuk abnormal tersebut:
  • Leukorea yang sulit disembuhkan.
  • Terasa discomfort dalam vagina.
  • Kontak berdarah.
  • Terdapat infeksi. 

DIAGNOSA
Diagnosisnya dibuat dengan menginspeksi servik. Jika terdapat perdarahan, harus dilakukan pemeriksaan untuk menyingkirkan kelainan, terutama keganasan serviks dan endometrium. Diagnosis dibuat dengan melakukan inspeksi pada servik. Diagnosa secara mikroskopis 
Asal/patologi : serviks
Asal : - servik - bertangkai 
Identitas : - agak padat - tertutup epitel - bernanah - warna merah

PENANGANAN atau TERAPI
Bila polip mempunyai tangkai kurus, tangkainya digenggam dengan forsep polip dan diputar beberapa kali sampai dasar polipnya terlepas dari jaringan servik dasarnya. Bila terdapat perdarahan pervaginam abnormal, maka diperlukan curettage di RS untuk menyingkirkan keganasan servik dan endometrium.

TERAPI:
Dilakukan ekstervasi pada tangkainya
Dilakukan curettage sehingga seluruhnya dapat dikeluarkan 
Cauterisasi

POLIP ENDOMETRIUM
Polip endometrium menggambarkan diagnosis dini nyata. Polip yang muncul di daerah endometrium dapat berupa suatu mioma, karsinoma, karsinokarsinoma, atau hanya suatu hyperplasia endometrium polipoid,. Histerektomi memberikan diagnosis nyata dan tepat, tetapi diagnosis patologik hanya dapat dilakukan dengan pemeriksaan histologi. 
Sekitar 5 % dari polip endometrium disertai dengan keganasan, kebanyakan pada pada wanita pasca menopause. Sebagian besar polip endometrium terdiridari jaringan endometrium yang benigna dan cukup banyak diantaranya yang asimptomatik. Tetapi sebagian besar disertai dengan pendarahan abnormal (terutama perdarahan antar haid atau pasca menopause) terutama kalau polip itu cukup besar untuk menonjol keluar menembus mulut serviks. Diagnosis danterapi harus berupa D dan C fraksional dengan menggunakan forsep polip endometrium. Polip endometrium dapat terlewatkan pada D dan C yang tidak dilakukan dalam hubungannya dengan histerektomi.

PENATALAKSANAAN
Dapat diavulsi dengan memutar tangkai lepas dari perlekatannya ke endoserviks. Dengan pedikel yang lebar maka titik perlekatan diklem dan ikatan dibuat antara klem dan serviks. Polip yang dieksisi dikirimkan ke laboratorium patologi untuk pemeriksaan mikroskopi. Jika tangkainya lebar atau ada riwayat pendarahan yang abnormal maka pengangkatan dalam kamar operasi lebih dianjurkan.

Wednesday, June 24, 2015

PELVICITIS


Pengertian

Pelvisitis atau peradangan pada organ-organ pelvis merupakan suatu istilah umum yang biasanya digunakan untuk menggambarkan keadaan atau kondisi dimana pelvis (uterus, tuba falopii atau ovarium) diserang oleh mikroorganisme patogen. Organisme-organisme ini biasanya bakteri, mereka melakukan multiplikasi dan menghasilkan suatu reaksi peradangan. Penyebarannya dari serviks melalui rongga endometrium ke dalam endosalping atau melalui jalur vena dan saluran getah bening dari ligamentum

Gejala infeksi genital yang dikatakan sebagai penyakit radang pelvis (PID) sering merupakan suatu gabungan yang dihasilkan berbagai derajat peradangan yang melibatkan endometrium dan tuna, walaupun bakteri dapat mencapai uterus, tuba dan ovarium melalui aliran darah, jalur penyebaran yang umum adalah :
  • Migrasi ke atas dari serviks melalui rongga endometrium ke dalam endosalping (jalur umum infeksi gonore).
  • Jalur vena dan saluran getah bening dari ligamentum latum.

Infeksi pelvis dapat dipisahkan ke dalam tiga kategori dasar :
  1. Infeksi yang terjadi setelah kuretase dan postabortus serta infeksi postpartum.
  2. Infeksi postoperatif biasanya berkembang dari organisme-organisme yang terbawa ke dalam tempat operasi dari kulit, vagina atau yang lebih jarang dari traktus gastrointestinalis sewaktu pembedahan.
  3. Infeksi pelvis yang terjadi pada pasien yang tidak hamil tanpa didahului pembukaan bedah rongga abdomen atau endometrium.

Bakteri yang biasanya bertanggung jawab terhadap infeksi pelvis adalah organisme eksogen (diperoleh dari masyarakat atau rumah sakit) atau organisme endoogen (normal ditemukan dalam saluran genital wanita atau saluran usus). Biasanya tidak patogen, namun organisme endogen ini dapat menjadi patogen pada keadaan di mana ketahanan pejamu berubah. Infeksi pelvis akut sering etiologinya polimikrobial, infeksi campuran mikroorganisme aerob dan anaerob.

Resistensi pejamu terhadap infeksi tampaknya menurun setelah abortus, melahirkan, pembedahan, pecah ketuban yang memanjang dan trauma. Faktor-faktor presdiposisi lainnya dari infeksi pelvis meliputi pemakaian AKDR, produk konsepsi yang tertinggal, mentrusasi dan salpingitis gonokokus sebelumnya.

Infeksi anaerob spesimen yang memadai untuk biakan anaerob meliputi darah, cairan kavum douglasi, dan aspirasi abses. Sangat penting bahwa spesimen dikirimkan ke laboratorium bakterologi dalam suatu medium transpor yang telah direduksi sebelumnya arau dalam spuit bertutup bebas udara.

Tanda dan Gejala 

Gejala muncul setelah siklus menstruasi penderita mengeluh nyeri pada perut bagian bawah yang semakin memburuk dan disertai mual muntah. Gejala lain:
  • Keputihan berwarna dan berbau tidak normal
  • Demam lebih dari 370C
  • Spotting
  • Dismenore
  • Dispareunia à nyeri saat berhubungan seksual
  • Postcoital bleeding
  • Nyeri punggung bagian bawah
  • Kelelahan
  • Nafsu makan berkurang
  • Poliuria
  • Disuria

Infeksi bakteroides dicurigai apabila terdapat keadaan-keadaan berikut :
  • Infeksi sistemik yang menyulitkan manipulasi traktur gastrointestinalis atau oragan pelvis wanita.
  • Eksudar berbau busuk yang mengadung basil garam negatif yang tidak berhasil tumbuh dalam biakan aerob rutin.
  • Adanya gas didalam abses.
  • Adanya tromboflebitis septik pelvis dan atau embolis septik.
  • Tidak ada respon terhadap antibiotik bakterisidal yang lazim digunakan.
  • Adanya garam negatif, batang plemorfik yang buruk menyerap warna terutama bila sejumlah mikroorganisme tersebut intrasuler.
Diagnosa

Diagnosa ditegakan berdasarkan gejala dan hasil dari pemeriksaan fisik yang dilakukan pemeriksaan panggul dan perabaan perut. Pemeriksaan lainya dilakukan :
  1. Pemeriksaan darah lengkap
  2. Pemeriksaan cairan dari serviks
  3. Kuldosintesi
  4. Laparaskopi
  5. USG panggul

Penanganan

Pelviksitis tanpa komplikasi bisa diobati dengan antibiotik dan penderita tidak perlu dirawat. Jika terjadi komplikasi/ penyebaran infeksi maka penderita harus dirawat di RS. Jika tidak ada respon terhadap pemberian obat antibiotik, mungkin perlu dilakukan pembedahan. Pasangan penderita juga sebaiknya menjalani pengobatan secara bersamaan dan selama menjalani pengobatan jika melakukan hubungan seksual pasangan penserita sebainya menggunakan kondom.

Terapi antibiotik pinisilin G sering efektif sebagai agen primer dalam pengobatan infeksi yang disebabkan oleh streptococcus, clostridium, neisseria gonorrhoeae dan bakteri anaerob dengan percecualiar bakteriodes.

Uji suseptibilitas harus dilakukan. Pemilihan antibiotik didasarkan pada :
  • Kemungkinan sumber infeksi (didapat dari masyarakat atau dari rumah sakit.
  • Sediaan apus dengan perwarnaan garam.
  • Terapi antibiotik lainya.
  • Penilaian patogen yang paling mungkin dari pengalaman infeksi serupa sebelumnya.
  • Pola resistensi bakteri terakhir dari rumah sakit dan masyarakat.
  • Riwayat pasien terhadap alergi atau atau seksifitas

Contoh regimen kombinasi yang dianjurkan adalah :
  1. Doksisiklin (600 mg, IV, dua kali sehari) dengan sefeksitis (2,0 gr, IV, empat kali sehari) memberikan pengamatan terhadap N. Gonorrhoeae, meliputi PPNG, dan c. Trachomatis, akan tetap tidak memberikan pengobatan optimal terhadap anaerob, masa pelvis atau infeksi pelvis yang berkaitan dengan alat kontrasepsi dalam rahim (AKDR).
  2. Klindamisin (600 mg, IV, empat kali sehari) dengan gentamisin atau tobramisis (2,0 mg/kg, IV, diikuti dengan 1,5 mg.kg, IV, tiga kali sehari pada pasien dengan fungsi ginjal yang normal) dapat memberikan aktivitas optimal terhadap bakteri anaerob dan batang garam negatif fakultatif, tetapi tidak memberikan aktivitas optimal terhadap C. Tracformatif dan N. Gonorrhoeae.
  3. doksisiklin (100 mg, IV, dua kali sehari) dengan metronidazol (1,0 g, IV, dua kali sehari) memberikan penanganan yang baik tehadap anaerob dan C. Trachomatis.

Saturday, November 15, 2014

ULKUS PORTIO

1. Pengertian
Ulkus portio adalah suatu pendarahan dan luka pada portio berwarna merah
dengan batas tidak jelas pada sotium uteri eksternum .
2. Etiologi
Penggunaan IUD, pemakaian pil, perilaku seksual yang tidak sehat, trauma.
3.Patofisiologi
Proses terjadinya ulkus portio dapat disebabkan adanya rangsangan dari luar
misalnya IUD.
IUD yang mengandung polyethilien yang sudah berkarat membentuk ion Ca,
kemudian bereaksi dengan ion sel sehat PO4 sehingga terjadi denaturasi / koalugasi
membaran sel dan terjadilah erosi portio.
Bisa juga dari gesekan benang IUD yang menyebabkan iritasi lokal sehingga
menyebabkan sel superfisialis terkelupas dan terjadilah ulkus portio dan akhir nya
menjadi ulkus. Dari posisi IUD yang tidak tepat menyebabkan reaksi radang non spesifik
sehingga menimbulkan sekresi sekret vagina yang meningkat dan menyebabkan
kerentanan sel superfisialis dan terjadilah erosi portio.Dari semua kejadian ulkus portio
itu menyebabkan tumbuhnya bakteri patogen, bila sampai kronis menyebabkan metastase
keganasan leher rahim.
4. Gejala
a. Adanya fluxus
b. Portio terlihat kemerahan dengan batas tidak jelas
c. Adanya kontak bloding
d. Portio teraba tidak rata
5. Komplikasi
a. Terjadi keganasan
6. Penanggulangan
a. Membatasi hubungan suami istri
b. Menjaga kebersihan vagina
c. Lama pemakaian IUD harus diperhatikan
7. Efek samping penggunaan IUD dan penanggulangannya
a. Infeksi
1.) Gejala :
· Keluarnya cairan putih yang baru
· Nyeri perut bagian bawah
· Suhu ≥ 37ºC
2.) Penyebab
Akibat dari pemasangan tidak sesuai dengan standar baku dan tidak steril.
Partner seksual yang banyak dan lama pemakaian IUD.
3.) Penanggulangan
· Saling setia pada pasangannya
· Lama pemakaian IUD harus diperhatikan
· Pengobatan dengan albotyl vagina 1x selama satu minggu.
b. Keputihan
1.) Gejala :
Keluarnya cairan jernih, tidak berbau dan tidak ada gatal dari vagina
2.) Penyebab
Karena adanya reaksi endometrium.
3.) Penanggulangan
· Menjaga kebersihanvagina agar tidak lembab
· Sering kontrol, jangan kalau ada keluhan saja
· USG
· Pengobatan dengan albotyl 36 % nystatisn 1x / minggu.
c. Ekspulsi
1.) Gejala
· Nyeri pada keluhan
· Terabanya bagian IUD di dalam vagina.
2.) Penyebab
· Karena ukuran IUD yang tidak sesuai
· Karena letak IUD yang tidak sempurna.
3.) Penanggulangan
· Melepas IUD
· Pemasangan yang sesuai standar
· Ukuran IUD disesuaikan dengan ukuran uterus.
d. Translokasi IUD
1.) Gejala
· Klien merasakan rasa nyeri yang hebat pada waktu pemasangan
· Klien tampak menyeringai.
2.) Penyebab
· Pemasangan yang sulit sehingga dilakukan pemaksaan
· Pemasukan inserter dengan arah yang salah
· Teknik pemasangan IUD dengan push ini.
3.) Penggulangan
· Kolaborasi dengan dokter untuk USG
· Angakat IUD dengan laparotomi.
e. Rasa mules / nyeri / kram perut bawah
1.) Gejala
· Nyeri / mules / sakit pinggang terutama pada hari pertama sesudah
pemasangan
· Wajah klien menyeringai
· Nyeri tekan pada atas sympisis pada adneksa.
2.) Penyebab Psikis.
· Letak IUD yang tidak tepat
· IUD merangsang pembentukan prostaglandin pada waktu haid.
3.) Penanggulangan
· Beri konseling pada akseptor
· IUD dilepas bila nyeri hebat

· Beri antibiotik 3x 500 mg/hr selama 1 minggu.

SERVICITIS

Serviks uteri adalah penghalang penting bagi masuknya kuman-kuman kedalam genitalia interna, dalam hubungan ini seorang nulipara dalam keadaan normal kanalis servikalis bebas kuman. Pada multipara dengan ostium uteri eksternum sudah lebih terbuka, batas keatas dari daerah bebas kuman ialah ostium uteri internum. Radang pada serviks uteri bisa terdapt pada portio uteri diluar ostium uteri eksternum dan atau pada endoserviks uteri. Pada beberapa penyakit kelamin, seperti gonoroe, sifilis, ulkus mole, dan granuloma inguinale serta pada tuberculosis dapat ditemukan radang pada serviks.
1. DEFENISI
Servisitis adalah peradangan dari selaput lendir dari kanalis servikalis. karena epitel selaput lendir kanalis servikalis hanya terdiri dari satu lapisan sel selindris sehingga lebih mudah terinfeksi dibanding selaput lendir vagina. Juga merupakan :
§ Infeksi non spesifik dari serviks
§ Erosi ringan ( permukaan licin ), erosi kapiler ( permukaan kasar ), erosi folikuler ( kistik )
§ Biasanya terjadi pada serviks bagian posterior
2. ETIOLOGI
Servisitis disebabkan oleh kuman-kuman seperti : trikomonas vaginalis, kandida dan mikoplasma atau mikroorganisme aerob dan anaerob endogen vagina seperti streptococcus, enterococus, e.coli, dan stapilococus. Kuman-kuman ini menyebabkan deskuamasi pada epitel gepeng dan perubahan inflamasi kronik dalam jaringan serviks yang mengalami trauma.
Dapat juga disebabkan oleh robekan serviks terutama yang menyebabkan ectropion, alat-alat atau alat kontrasepsi, tindakan intrauterine seperti dilatasi, dan lain-lain.
3. GEJALA KLINIS
§ Flour hebat, biasanya kental atau purulent dan biasanya berbau.
§ Sering menimbulkan erusio ( erythroplaki ) pada portio yang tampak seperti daerah merah menyala.
§ Pada pemeriksaan inspekulo kadang-kadang dapat dilihat flour yang purulent keluar dari kanalis servikalis. Kalau portio normal tidak ada ectropion, maka harus diingat kemungkinan gonorhoe
§ Sekunder dapat terjadi kolpitis dan vulvitis
§ Pada servisitis kroniks kadang dapat dilihat bintik putih dalam daerah selaput lendir yang merah karena infeksi. Bintik-bintik ini disebabkan oleh ovulonobothi dan akibat retensi kelenjer-kelenjer serviks karena saluran keluarnya tertutup oleh pengisutan dari luka serviks atau karena peradangan.
§ Gejala-gejala non spesifik seperti dispareuni, nyeri punggung, dan gangguan kemih
§ Perdarahan saat melakukan hubungan seks
4. KLASIFIKASI
a) Servisitis Akuta
Infeksi yang diawali di endoserviks dan ditemukan pada gonorroe, infeksi postabortum, postpartum, yang disebakan oleh streptococcus, sthapilococus, dan lain-lain. Dalam hal ini streptococcus merah dan membengkak dan mengeluarkan cairan mukopurulent, akan tetapi gejala-gejala pada serviks biasanya tidak seberapa tampak ditengah-tengah gejala lain dari infeksi yang bersangkutan.
Pengobatan diberikan dalam rangka pengobatan infeksi tersebut. Penyakitnya dapat sembuh tanpa bekas atau dapat menjadi kronika.
b) Servisitis Kronika
Penyakit ini dijumpai pada sebagisn wanita yang pernah melahirkan. Luka-luka kecil atau besar pada servik karena partus atau abortus memudahkan masuknya kuman-kuman kedalam endoserviks serta kelenjar-kelenjarnya sehingga menyebabkan infeksi menahun.
Beberapa gambaran patologis dapat ditemukan :
1) Serviks kelihatan normal, hanya pada pemeriksaan mikroskopis ditemukan infiltrasi leukosit dalam stroma endoserviks. Servicitis ini menimbulkan gejala, kecuali pengeluaran secret yang agak putih-kuning.
2) Di sini ada portio uteri disekitar ostium uteri eksternum, tampak daerah kemerah-merahan yang tidak dipisahkan secara jelas dari epitel porsio disekitarnya, secret yang dikeluarkan terdiri atas mucus bercampur nanah.
3)  Sobeknya pada serviks uteri disini lebih luas dan mukosa endoserviks lebih kelihatan dari luar (ekstropion). Mukosa dalam keadaan demikian mudah terkena infeksi dari vagina. Karena radang menahun, serviks bisa menjadi hipertropis dan mengeras, secret mukopurulent bertambah banyak.
5. DIAGNOSA BANDING
§ Karsinoma
§ Lesi tuberculosis
§ Herpes progenitalis
6. PEMERIKSAAN KHUSUS
1) Pemeriksaan dengan speculum
2) Sediaan hapus untuk biakan dan tes kepekaan
3) Pap smear
4) Biakan dan media
5) Biopsy
7. PENATALAKSANAAN
1.      Antibiotika terutama kalau dapat ditemukan gonococcus dalam secret
2.      Kalau cervicitis tidak spesifik dapat diobati dengan rendaman dalam AgNO3 10 % dan irigasi.
3.      Cervicis yang tak mau sembuh ditolong operatif dengan melakukan konisasi, kalau sebabnya ekstropion dapat dilakukan lastik atau amputasi.
4.      Erosion dapat disembuhkan dengan obat keras seperti, AgNO3 10 % atau Albothyl yang menyebabkan nekrose epitel silindris dengan harapan bahwa kemudian diganti dengan epitel gepeng berlapis banyak
5.      Servisitis kronika pengobatannya lebih baik dilakukan dengan jalan kauterisasi-radial dengan termokauter atau dengan krioterapi.
8. PROGNOSIS:
§ Biasanya baik

§ Dapat kambuh

SALPINGITIS

Salpingitis adalah terjadinya inflamasi pada tuba fallopi. Tuba fallopi perpanjangan dari uterus, salpingitis adalah salah satu penyebab umum terjadinya infertitas pada wanita. Apabila salpingitis tidak ditangani dengan segera, maka infeksi ini akan menyebabkan kerusakan pada tuba fallopi secra permanen sehingga sel telur yang dikeluarkan dari ovarium tidak dapat bertemu dengan seperma. Tanpa penanganan yang cepat infeksi bisa terjadi secara permanen merusak tuba fallopi sehingga sel telur yang dikeluarkan pada proses menstruasi tidak bisa bertemu dengan sperma

  1. Tanda & gejala
Ada pun tanda gejala gejala dari salpingitis adalah :

v  Nyeri pada kedua sisi perut
v  Demam
v  Mual muntah
v  Kelainan pada vagina seperti perubahan warna yang tidak seperti orang normal atau berbau.
v  Nyeri selama ovulasi.
v  Sering kencing
v  Disminorhoe

  1. Penyebab gangguan
Salpingitis disebabkan oleh bakteri penginfeksi. Jenis-jenis bakteri yang biasaya menyebabkan Salpingitis : Mycoplasma, staphylococcus, dan steptococus. Selain itu salpingitis bisa juga disebabkan penyakit menular seksual seperti gonorrhea,  Chlamydia, infeksi puerperal dan postabortum. Kira-kira 10% infeksi disebabkan oleh tuberculosis. Selanjutnya bisa timbul radang adneksa sebagai akibat tindakan (keroksn, laparatomi, pemasangan IUD, dan sebagainya) dan perluasan radang dari alat yang letaknya tidak jauh seperti appendiks.


  1. Patofisiologi
Salpingitis adalah salah satu penyebab terjadinya infertitas pada wanita. Apabila salpingitis tidak ditangani dengan segera, maka infeksi ini akan menyebabkan kerusakan pada tuba fallopi sehingga sel telur rusak dan sperma tidak bias membuahi sel telur.Radang tuba falopii dan radang ovarium biasanya biasanya terjadi bersamaan. Oleh sebab itu tepatlah nama salpingo-ooforitis atau adneksitis untuk radang tersebut. Radang itu kebanyakan akibat infeksi yang menjalar ke atas dari uterus, walaupun infeksi ini juga bias datang dari tempat ekstra vaginal lewat jalan darah dari jaringan-jaringan di sekitarnya.
Ada dua jenis dari salpingitis :
·         Salpingitis akut : pada  salpingitis akut, tuba fallopi menjadi merah dan bengkak, dan keluar cairan berlebih sehingga bagian dalam dinding tuba sering menempel secara menyeluruh. Tuba bisa juga menempel pada bagian intestinal yang terdekat. Kadang-kadang tuba fallopi penuh dengan pus. Hal yang jarang terjadi, tuba rupture dan menyebabkan infeksi yang sangat berbahaya pada kavum abdominal (Peritonitis).
·         Salpingitis Kronis : Biasanya mengikuti gejala akut. Infeksi terjadi  ringan, dalam waktu yang panjang dan tidak menunjukan banyak tanda dan gejala.

D.Gambaran Klinis


- Penderita mengeluh nyeri perut bagian bawah, unilateral atau bilateral. Nyeri
ini bertambah pada gerakan.
- Kadang terdapat perdarahan di luar siklus dan secret vagina berlebihan.
- Pada yang akut terdapat demam yang kadang disertai keluhan menggigil.
- Terdapat nyeri tekan di abdomen bagian bawah disertai nyeri pada pergerakan
serviks. Parametrium nyeri unilateral atau bilateral.



E.DIAGNOSIS
 Diagnosis salpingitis dapat dilakukan dengan :
·       Pemeriksaan pelvis
·       Kultur swab cervix
·       Laparoscopy
·       Kultur swab dari laparoscopy

Dapat terjadi kesalahan diagnosis salpingitis dengan beberapa penyakit yang memiliki
gejala hampir sama seperti :
·       Usus buntu
·       Hamil diluar kandungan
·       Radang panggul
·       Salpingo-ooporitis
·       Septic abortion
·       Kista ovarium koyak
·       Abses di tuba ovary
·       Degenerasi leipmyoma
·       Diverticulitis
·       Cystitis
·       Tuberculous salpingitis.
Pemeriksaan Fisik
Abdomen dan genetalia

- Nyeri tekan ++

- Tanda-tanda infeksi sistemik

- Mobilitas terbatas – sakit bila untuk berjalan


Pemeriksaan Penunjang

• Kultur

• Darah lengkap




Salpingitis bisa menyebabkan beberapa komplikasi meliputi :
·         Kehamilan ektopik.
·         Infeksi yang terjadi didaerah terdekat dengan tuba fallopi,            seperti ovarium atau uterus.
·         Infertilitas.
·         Menginfeksi orang yang diajak berhubungan seksual.

F.Terapi (treatment)
Perawatan penyakit salpingitis dilakukan dengan pemberian antibiotic (sesering mungkin sampai beberapa minggu). Antibiotik dipilih sesuai dengan mikroorganisnya yang menginfeksi. Pasangan yang diajak hubungan seksual harus dievaluasi, disekrining dan bila perlu dirawat, untuk mencegah komplikasi sebaiknya  tidak melakukan hubungan seksual selama masih menjalani perawatan untuk mencegah terjadinya infeksi kembali. Perawatan dapat dilakukan dengan beberapa cara yaitu :
ü  Antibiotik : untuk menghilangkan infeksi, dengan tingkat keberhasilan 85%dari kasus.
ü  Perawatan di rumah sakit : memberikan obat antibiotic melalui Intravena(infuse).
ü  Pembedahan : dilakukan jika pengobatan dengan antibiotic menyebabkan terjadinya resistan pada bakteri.

REFERENSI

Prawirohardjo, Sarwono. 2007. Ilmu Kandungan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono             Prawirohardjo