2.1. Pengertian
EASTMAN : Abortus adalah keadaan terputusnya suatu kehamilan dimana
fetus belum sanggup hidup sendiri di luar uterus. Belum sanggup diartikan
apabila fetus itu beratnya terletak antara 400 – 1000 gram, atau usia kehamilan
kurang dari 28 minggu (Sinopsis Obsetri, Fisiologis, Pathologis : 209).
JEFFCOAT : Abortus adalah pengeluaran dihasil konsepsi sebelum usia
kehamilan 28 rninggu, yaitu fetus belurn viable by low (Sinopsis Obsetris
Fisiologi Pathologi : 209)
HOLNER : Abortus adalah terputusnya kehamilan sebelum minggu ke 16
di mana proses plarentasi belum selesai (Sinopsis Obsetris Fisiologi, Pathologi
: 209)
Abortus pun dibagi bagi lagi menjadi beberapa bagian, antara lain :
1. Abortus Komplit Seluruh hasil konsepsi telah keluar dari rahim pada kehamilan kurang dari 20 minggu.
2. Abortus Incomplit sebagian hasil konsepsi telah keluar dari rahim dan masih ada yang tertinggal.
3. Abortus Insifien Abortus yang sedang mengancam yang ditandai dengan serviks yang telah mendatar, sedangkan hasil konsepsi masih berada lengkap di dalam rahim.
4. Abortus Iminens Abortus tingkat permulaan, terjadi perdarahan per vaginam, sedangkan jalan lahir masih tertutup dan hasil konsepsi masih baik di dalam rahim.
5. Missed Abortion Abortus yang ditandai dengan embrio atau fetus telah meninggal dalam kandungan sebelum kehamilan 20 minggu dan hasil konsepsi seluruhnya masih dalam kandungan.
6. Abortus Habitualis Abortus yang terjadi sebanyak tiga kali berturut turut atau lebih.
1. Abortus Komplit Seluruh hasil konsepsi telah keluar dari rahim pada kehamilan kurang dari 20 minggu.
2. Abortus Incomplit sebagian hasil konsepsi telah keluar dari rahim dan masih ada yang tertinggal.
3. Abortus Insifien Abortus yang sedang mengancam yang ditandai dengan serviks yang telah mendatar, sedangkan hasil konsepsi masih berada lengkap di dalam rahim.
4. Abortus Iminens Abortus tingkat permulaan, terjadi perdarahan per vaginam, sedangkan jalan lahir masih tertutup dan hasil konsepsi masih baik di dalam rahim.
5. Missed Abortion Abortus yang ditandai dengan embrio atau fetus telah meninggal dalam kandungan sebelum kehamilan 20 minggu dan hasil konsepsi seluruhnya masih dalam kandungan.
6. Abortus Habitualis Abortus yang terjadi sebanyak tiga kali berturut turut atau lebih.
Tanda dan gejala abortus
Tanda dan gejala abortus
antara lain nyeri
abdomen
bawah, nyeri lepas, uterus terasa lemas, perdarahan berlanjut, lemah,
lesu, demam, sekret vagina berbau, sekret & pus dari serviks
dan nyeri
goyang serviks. Komplikasinya adalah infeksi / sepsis.
Penanganannya adalah mulai memberikan antibiotik sesegera mungkin sebelum
melakukan aspirasi vakum manual. Antibiotiknya berupa ampisilin 2 gr IV tiap 6
jam ditambah gentamisin 5 mg/kgbb IV tiap 24 jam ditambah metronidazol 500 mg
IV tiap 8 jam sampai ibu bebas demam 48 jam.
Tanda dan gejala lainnya adalah nyeri / kaku pada abdomen, nyeri lepas,
distensi abdomen, abdomen terasa tegang & keras, nyeri bahu, mual-muntah,
dan demam. Komplikasinya adalah perlukaan uterus, vagina atau usus.
Penanganannya yaitu lakukan laparotomi untuk memperbaiki perlukaan dan lakukan
aspirasi vakum manual secara berurutan. Mintalah bantuan lebih lanjut jika
dibutuhkan
Setelah tahu tentang apa itu abortus,
mulailah sekarang kita membahas, apa yang menyebabkan terjadinya abortus. Abortus pada wanita hamil bisa
terjadi karena beberapa sebab diantaranya :
- Kelainan
pertumbuhan hasil konsepsi. Kelainan inilah yang paling umum menyebabkan
abortus pada kehamilan sebelum umur kehamilan 8 minggu. Beberapa faktor
yang menyebabkan kelainan ini antara lain : kelainan kromoson/genetik,
lingkungan tempat menempelnya hasil pembuahan yang tidak bagus atau kurang
sempurna dan pengaruh zat zat yang berbahaya bagi janin seperti radiasi,
obat obatan, tembakau, alkohol dan infeksi virus.
- Kelainan
pada plasenta. Kelainan ini bisa berupa gangguan pembentukan pembuluh
darah pada plasenta yang disebabkan oleh karena penyakit darah tinggi yang
menahun.
- Faktor
ibu seperti penyakit penyakit khronis yang diderita oleh sang ibu seperti
radang paru paru, tifus, anemia berat, keracunan dan infeksi virus
toxoplasma.
- Kelainan
yang terjadi pada organ kelamin ibu seperti gangguan pada mulut rahim,
kelainan bentuk rahim terutama rahim yang lengkungannya ke belakang
(secara umum rahim melengkung ke depan), mioma uteri, dan kelainan bawaan
pada rahim.
Penanganan
Jika dicurigai suatu abortus tidak aman terjadi, periksalah adanya tanda-tanda infeksi atau adanya perlukaan uterus, vagina dan usus, lakukan irigasi vagina untuk mengeluarkan tumbuh-tumbuhan, obat-obat lokal atau bahan lainnya.
Jika dicurigai suatu abortus tidak aman terjadi, periksalah adanya tanda-tanda infeksi atau adanya perlukaan uterus, vagina dan usus, lakukan irigasi vagina untuk mengeluarkan tumbuh-tumbuhan, obat-obat lokal atau bahan lainnya.
Penanganan abortus imminens :
1. Tidak perlu pengobatan khusus atau tirah baring
total.
2. Jangan melakukan aktifitas fisik berlebihan atau
hubungan seksual.
3. Jika perdarahan :
§
Berhenti :
lakukan asuhan antenatal seperti biasa, lakukan penilaian jika perdarahan
terjadi lagi.
§
Terus
berlangsung : nilai kondisi janin (uji kehamilan atau USG). Lakukan konfirmasi
kemungkinan adanya penyebab lain. Perdarahan berlanjut, khususnya jika
ditemukan uterus yang lebih besar dari yang diharapkan, mungkin menunjukkan
kehamilan ganda atau mola.
§
Tidak perlu terapi hormonal (estrogen atau
progestin) atau tokolitik (misalnya salbutamol atau indometasin) karena
obat-obat ini tidak dapat mencegah abortus.
Penanganan abortus insipiens :
1. Jika usia kehamilan kurang 16 minggu, lakukan
evaluasi uterus dengan aspirasi
vakum
manual. Jika evaluasi tidak dapat, segera lakukan :
–
Berikan ergometrin 0,2 mg intramuskuler (dapat diulang setelah 15 menit bila
perlu) atau misoprostol 400 mcg per oral (dapat diulang sesudah 4 jam
bila
perlu).
– Segera
lakukan persiapan untuk pengeluaran hasil konsepsi dari uterus.
2. Jika usia kehamilan lebih 16 minggu :
– Tunggu
ekspulsi spontan hasil konsepsi lalu evaluasi sisa-sisa hasil konsepsi.
– Jika
perlu, lakukan infus 20 unit oksitosin dalam 500 ml cairan intravena
(garam fisiologik atau larutan ringer laktat) dengan kecepatan 40 tetes
per
menit
untuk membantu ekspulsi hasil konsepsi.
4.
Pastikan untuk
tetap memantau kondisi ibu setelah penanganan.
Penanganan
abortus inkomplit :
1. Jika perdarahan tidak seberapa banyak dan
kehamilan kurang 16 minggu,
evaluasi
dapat dilakukan secara digital atau dengan cunam ovum untuk
mengeluarkan hasil konsepsi yang keluar melalui serviks. Jika perdarahan
berhenti, beri ergometrin 0,2 mg intramuskuler atau misoprostol 400 mcg
per
oral.
2. Jika perdarahan banyak atau terus berlangsung
dan usia kehamilan kurang 16
minggu,
evaluasi sisa hasil konsepsi dengan :
–
Aspirasi vakum manual merupakan metode evaluasi yang terpilih. Evakuasi
dengan kuret tajam sebaiknya hanya dilakukan jika aspirasi vakum manual
tidak
tersedia.
– Jika
evakuasi belum dapat dilakukan segera, beri ergometrin 0,2 mg
intramuskuler (diulang setelah 15 menit bila perlu) atau misoprostol 400
mcg
per
oral (dapat diulang setelah 4 jam bila perlu).
3. Jika kehamilan lebih 16 minggu :
–
Berikan infus oksitosin 20 unit dalam 500 ml cairan intravena (garam fisiologik
atau
ringer laktat) dengan kecepatan 40 tetes per menit sampai terjadi
ekspulsi hasil konsepsi.
– Jika
perlu berikan misoprostol 200 mcg per vaginam setiap 4 jam sampai
terjadi ekspulsi hasil konsepsi (maksimal 800 mcg).
–
Evaluasi sisa hasil konsepsi yang tertinggal dalam uterus.
4. Pastikan untuk tetap memantau kondisi ibu
setelah penanganan.
Penanganan abortus komplit
:
1. Tidak perlu evaluasi lagi.
2. Observasi untuk melihat adanya perdarahan
banyak.
3. Pastikan untuk tetap memantau kondisi ibu
setelah penanganan.
4. Apabila terdapat anemia sedang, berikan tablet
sulfas ferrosus 600 mg per hari
selama 2
minggu. Jika anemia berat berikan transfusi darah.
5.
Konseling
asuhan pasca keguguran dan pemantauan lanjut.
Pemantauan Pasca Abortus
Insidens abortus spontan kurang lebih 15% (1 dari
7 kehamilan) dari seluruh kehamilan.
Syarat-syarat memulai metode kontrasepsi dalam waktu 7 hari pada kehamilan
yang tidak diinginkan :
1. Tidak terdapat komplikasi berat yang membutuhkan penanganan lebih lanjut.
2. Ibu menerima konseling dan bantuan secukupnya dalam memilih metode
kontrasepsi yang paling sesuai.
1. Tidak terdapat komplikasi berat yang membutuhkan penanganan lebih lanjut.
2. Ibu menerima konseling dan bantuan secukupnya dalam memilih metode
kontrasepsi yang paling sesuai.
Komplikasi Abortus / keguguran
Akibat Dilakukannya Tindakan Abortus Provokatus /
Kriminalis Komplikasi Medis yang Dapat Timbul Pada Ibu:
1. Perforasi Dalam .
Melakukan
kerokan harus diingat bahwa selalu ada kemungkinan terjadinya perforasi dinding
uterus, yang dapat menjurus ke rongga peritoneum, ke ligamentum latum, atau ke
kandung kencing. Oleh sebab itu letak uterus harus ditetapkan lebih dahulu
dengan seksama pada awal tindakan, dan pada dilatasi serviks jangan digunakan
tekanan
berlebihan. Pada kerokan kuret dimasukkan dengan hati-hati, akan tetapi
penarikan kuret ke luar dapat dilakukan dengan tekanan yang lebih besar. Bahaya
perforasi ialah perdarahan dan peritonitis. Apabila terjadi perforasi atau
diduga terjadi peristiwa itu, penderita harus diawasi dengan seksama dengan
mengamati keadaan umum, nadi, tekanan darah, kenaikan suhu, turunnya
hemoglobin, dan keadaan perut bawah. Jika keadaan meragukan atau ada
tanda-tanda bahaya, sebaiknya dilakukan laparatomi percobaan dengan segera.
2. Luka pada serviks uteri.
Apabila jaringan serviks kerasdan dilatasi dipaksakan
maka dapat timbul sobekan pada serviks uteri yang perlu dijahit. Apabila
terjadi luka pada ostium uteri internum, maka akibat yang segera timbul ialah
perdarahan yang memerlukan pemasangan tampon pada serviks dan vagina. Akibat
jangka panjang ialah kemungkinan timbulnya incompetent cerviks.
3. Pelekatan pada kavum uteri.
Melakukan kerokan secara sempurna memerlukan pengalaman.
Sisa-sisa hasil konsepsi harus dikeluarkan, tetapi jaringan miometrium jangan
sampai terkerok, karena hal itu dapat mengakibatkan terjadinya perlekatan
dinding kavum uteri di beberapa tempat. Sebaiknya kerokan dihentikan pada suatu
tempat apabila pada suatu tempat tersebut dirasakan bahwa jaringan tidak begitu
lembut lagi.
4. Perdarahan.
Kerokan pada kehamilan agak tua atau pada mola hidatidosa
ada bahaya perdarahan. Oleh sebab itu, jika perlu hendaknya diselenggarakan
transfusi darah dan sesudah kerokan selesai dimasukkan tampon kasa ke dalam
uterus dan vagina.
5. Infeksi.
Apabila syarat asepsis dan antisepsis tidak diindahkan,
maka bahaya infeksi sangat besar. Infeksi kandungan yang terjadi dapat menyebar
ke seluruh peredaran darah, sehingga menyebabkan kematian. Bahaya lain
yang ditimbulkan abortus kriminalis antara lain infeksi pada saluran telur.
Akibatnya, sangat mungkin tidak bisa terjadi kehamilan lagi.
6. Lain-lain
Komplikasi yang dapat timbul dengan
segera pada pemberian NaCl hipertonik adalah apabila larutan garam masuk ke
dalam rongga peritoneum atau ke dalam pembuluh darah dan menimbulkan
gejala-gejala konvulsi, penghentian kerja jantung, penghentian pernapasan, atau
hipofibrinogenemia. Sedangkan komplikasi yang dapat ditimbulakan pada pemberian
prostaglandin antara lain panas, enek, muntah dan diare.
Komplikasi yang Dapat Timbul Pada
Janin:
Sesuai dengan
tujuan dari abortus itu sendiri yaitu ingin mengakhiri kehamilan, maka nasib
janin pada kasus abortus provokatus kriminalis sebagian besar meninggal.
Kalaupun bisa hidup, itu berarti tindakan abortus gagal dilakukan dan janin
kemungkinan besar mengalami cacat fisik.
Secara garis besar tindakan abortus
sangat berbahaya bagi ibu dan juga janin yaitu bisa menyebabkan kematian pada
keduanya
2.3. Tindakan Operatif Penanganan Abortus
2.3.1. PengeIuaran Secara digital
Hal ini sering kita laksanakan pada keguguran yang sedang berlangsung dan
keguguran yang kadang-kadang berlangsung
dan keguguran bersisa. Pembersihan
secara digital hanya dapat dilakukan bila telah ada pembentukan wrviks uteri
yang
dapat dilalui oleh satu janin longgar dan dm k a m uteri cukup luas, karena
manipulasi ini akan menimbul kan rasa nyeri.
2.3.2. Kuretose (kerokan)
Adalah cara menimbulkan hasil konsepsi memakai alat kuretase (sendok
kerokan) sebelum melakukan kuratase, penolong harus melakukan pemeriksaan dalam
untuk menentukan letak uterus, keadaan serviks dan besarnya uterus.
2.3.3 Vacum
kuretase
Adalah cara
mengeluarkan hasil konsepsi dengan alat vakum
No comments:
Post a Comment