Showing posts with label PNC. Show all posts
Showing posts with label PNC. Show all posts

Wednesday, June 24, 2015

POST PARTUM PSIKOSA


Pengertian

Post Partum Psikosa adalah depresi yang terjadi pada minggu pertama dalam 6 minggu setelah melahirkan. Post partum psikosa sangat jarang terjadi, kejadiannya hanya berkisar 1 atau 2 kasus dalam setiap 1000 kelahiran.

Penyebab

Disebabkan karena wanita menderita bipolar disorder atau masalah psikiatrik lainnya yang disebut schizoaffektif disorder. Wanita tersebut mempunyai resiko tinggi untuk terkena post partum psikosa.

Gejala

Gejala yang sering terjadi adalah:
  • delusi
  • halusinasi
  • gangguan saat tidur
  • obsesi mengenai bayi

Gambaran Klinik, Pencegahan dan Penatalaksanaan

Pada wanita yang menderita penyakit ini dapat terkena perubahan mood secara drastis, dari depresi ke kegusaran dan berganti menjadi euforia dalam waktu singkat. Penderita kehilangan semangat dan kenyamanan dalam beraktifitas, sering menjauhkan diri dari teman atau keluarga, sering mengeluh sakit kepala dan nyeri dada, jantung berdebar-berdebar serta nafas terasa cepat.

Untuk mengurangi jumlah penderita ini sebagai anggota keluarga hendaknya harus lebih memperhatikan kondisi dan keadaan ibu serta memberikan dukungan psikis agar tidak merasa kehilangan perhatian.


Saran kepada penderita :
  1. Beristirahat cukup. Tidurlah selama bayi tidur.
  2. Mengkonsumsi makanan dengan gizi yang seimbang.
  3. Bergabung dengan orang-orang yang baru
  4. Bersikap fleksible
  5. Berbagi cerita dengan orang terdekat, sarankan untuk berkonsultasi dengan tenaga medis
  6. Hentikan membebani diri sendiri untuk melakukan semuanya sendiri. Kerjakan apa yang dapat dilakukan dan berhenti saat merasa lelah. Biarkan pekerjaan yang tersisa dilakukan kemudian
  7. Mintalah bantuan untuk mengerjakan pekerjaan rumah tangga dan pemberian makan pada waktu malam hari. Mintalah pada suami untuk mengangkat bayi untuk disusui saat malam hari sehingga ibu dapat menyusui di tempat tidur tanpa harus banyak bergerak. Bila memungkinkan, carilah tenaga bantuan dari teman, keluarga atau tenaga professional untuk membantu selama diperlukan.
  8. Bicarakan dengan suami, keluarga, teman, mengenai perasaan yang dimiliki.
  9. Jangan sendirian dalam jangkan waktu lama. Berdandan dan keluarlah dari rumah. Pergilah ke suatu tempat atau berjalan kakilah keluar untuk merubah suasana hati. 
  10. Bicaralah dengan Ibunda agar dapat saling bertukar pengalaman.
  11. Bicaralah dengan ibu-ibu lain agar dapat sharing pengalaman.
  12. Ikuti grup suport untuk perempuan dengan depresi. 
  13. Jangan membuat perubahan hidup yang sangat drastis selama kehamilan,(tambahan: seperti pindah pekerjaan, pindah rumah, ganti pasangan hidup, kembali ke sekolah).

Thursday, November 27, 2014

POST PARTUM BLUES

1.      Pengertian  Post Partum Blues
Post Partum Blues adalah gangguan psikologis yang terjadi pada masa post partum yang biasanya muncul kira-kira Pada hari ke- 3 dan ke-5 setelah melahirkan, dimana ibu akan mengalami depresi, mudah menangis dan kurang istirahat yang biasanya disebabkan oleh penurunan kadar estrogen dan progesterone yang tiba-tiba. (Hamilton, PM.1995)
Pada  masa nifas wanita kadang-kadang mengalami kemurungan sehabis melahirkan, gangguan ini berkisar mulai dari bentuk perasaan mudah tersinggung dan terluka sehingga nafsu makan dan pola tidurterganggu. Manifestasinya disebut dengan Post partum Blues
Hal-hal lain yang berkontribusi dengan post partum blues adalah rasa tidak nyaman, kelelahan dan kehabisan tenaga. Denga  menangis, sering dapat menurunkan tekaanan. Bila orang tua mengeri hal ini maka timbul rasa bersalah yang dapat mengakibatkan depresi, untuk itu perlu diadakan penyuluhan sebelumnya, untuk mengetahui bahwa hal ini adalah normal.

2.      Penyebab Post Partum Blues
a.       Berbagai perubahan yang terjadi dalam tubuh wanita selama kehamilan
b.      Perubahan cara hidup setelah mempunyai bayi
c.       Perubahan peran sebagai ibu
d.      Perubahan hormonal yang cepat
e.       Adanya perasaan kehilangan secara fisik sesudah melahirkan yang menjurus kepada suatu reaksi perasaan sedih
Kemurungan akan menjadi semakin parah oleh adanya ketidaknyamanan jasmani, rasa letih, stress atau kecemasan yang tidak diharapkan karena adanya ketegangan dalam keluarga atau adanya cara penanganan yang tidak peka oleh petugas.

3.      Gejala  Post Partum Blues
a.       Gejala Psikologis
Gejala yang dialami oleh wanita yang terpisah dari keluarganya dan dari bayinya, sering terjadi di mana peraturan besuknya sangat ketat, kebijaksanaan perawatannya sangat kaku dan tidak membenarkan adanya rawat gabungan (rooming in)
b.      Gejala fisiologis
Perubahan hormone yang cepat terjadi pada saat tubuh kembali ke keadaan sebelum hamil dan saat siklus laktasi sedang dimulai atau ditekan
c.       Gejala fisik
·         Rasa nyeri setelah melahirkan
·         Nyeri Jahitan
·         Pembesaran payudara
·         Kurang tidur

4.      Tanda Post Partum Blues
a.       sangat emosional, mudah tersinggung, sensitive
b.      sedih/ khawatir
c.       cemas
d.      merasa hilang semangat
e.       mudah marah
f.       sedih tanpa ada sebab
g.      menangis berulang kali

5.      Dampak Post Partum Blues
Ibu akan mengabaikan bayinya sehingga bayi tersebut tidak mendapatkan perawatan dan kebutuhan nutrisi bayi tidak terpenuhi :


a.       Kulit bayi mengalami iritasi , karena saat kencing pakaian bayi tidak segera diganti
b.      Berat Badan bayi akan cepat drastis menurun. Karena ibu malas meneteki dan dampak kecemasan ibu dapat mengurangi produksi ASI
c.       Perubahan suhu
d.      Setelah tali pusat diputus bayi harus bernafas sendiri karena pada saatdalam rahim , pernafasan/ pembuangan melalui tali pusat
e.       Mengisap dan menelan tidak optimal dimana refleks-refleks ini belum sempurna sehingga berat badan bayi menurun

6.      Cara mengatasi post partum Blues
a.       Memberikan penyuluhan kepada ibu bahwa persalinan dan masa  nifas merupakan hal yang alamiah
b.      Berikan kesempatan kepada ibu untuk bertanya, bicarakan apa yang terjadi selama proses persalinan dan biarkan ibu mengungkapkan apa yang dirisaukannya
c.       Doronglah seorang wanita lain dalam keluarga untuk merawat ibu dan bayinya dengan baik
d.      Biarkan bayi bersama ibunya
e.       Berikan dukungan pada ibu untuk merawat bayinya
f.       Memberikan penyuluhan kepada ibu untuk dapat mengandalkan diri agar perhatian untuk bayinya tidak terabaikan
g.      Memberikan penyuluhan kepada suami dan keluarga untuk mendukung ibu
h.      Menganjurkan ibu untuk sesering mungkin merawat bayinya. Diusahakan sesering ungkin terjadi kontak mata antara ibu dengan bayinya sambil menyusui .
i.        Menyediakan tempat istirahat yang nyaman bagi bayi dan ibu. Ketika bayi istirahat ibu juga ikut istirahat , peluk bayi dan bicaralah lembjut dengannya
j.        Kontak antara kulit bayi dan ibu dapat menurunkan tingkat depresi baik pada ibu maupun pada bayinya.
k.      Melibatkan anggota keluarga lain dalam merawat bayi. Ajak bayi keluar rumah untuk menghirup  udara bersih dan segar, karena hal ini dapat memperbaiki moodnya
l.        Untuk mencegah terjadinya post partum blues lakukan deteksi dini dengan instrument ysng mudah bagi petugas.

7.      KIE yang dapat diberikan kepada ibu post partum
a.       Banyak istirahat sebisanya. Tidurlah selama bayi tidur
b.      Hentikan membebani diri sendiri untuk melakukan semuanyasendiri. Kerjakan apa yang dapat dilakukan dan berhenti saaat merasa lelah.
c.       Mintalah bantuan untuk mengerjakan pekrjaan rumah tangga dan bila perlu cari tenaga profesional untuk membantu merawat bayi selama diperlukan
d.      Bicarakan dengan suami atau orang yang dipercaya mengenai perasaan yang dimiliki
e.       Jangan sendirian dalam jangka waktu lama, lakukan aktivitas seperti merawat diri, olah raga seperti biasanya
f.       Sharing dengan ibunda maupun ibu-ibu yang telah berpengalaman

8.      KIE bagi suami

  1. jadilah suami yang penuh pengertian,berikan kasih sayang yang tulus karena emosi istri masih sangat labil dan membutuhkan perhatian lebih
  2. bila memungkinkan ambil cuti untuk membantu istri melewati masa-masa kritis itu
  3. Bantu istri dalam mengurus bayi, bersama-sama dan kompak
  4. Waspadai gejala depresi tanyakan kepada istri dengan halus apakah ia bisa makan dan tidur degan nyaman, tanyakan pula kondisi hatinya dan hal-hal lain sehingga anda bisa mengetahui apakah ditemukan gejala-gejala tersebut pada istri anda.

Wednesday, November 26, 2014

INFEKSI PAYUDARA / MASTITIS

PENGERTIAN
Infeksi payudara atau disebut juga mastitis merupakan peradangan pada payudara infeksi terjadi melalui luka pada puting susu, tapi mungkin juga melalui peredarah darah (Prawirohadjo,2005:701) Penyebab infeksi biasanya Staphylococcus aureus. Mastitis diakibatkan oleh sumbatan saluran susu yang berlanjut. Keadaan ini disebabkan kurangnya ASI dihisap atau dikeluarkan secara tidak efektif. Dapat juga terjadi akibat tekanan BH atau baju. Para wanita yang baru pertama kali menyusui cenderung lebih sering terkena mastitis. Mastitis ini dapat terjadi kapan saja sepanjang periode menyusui, tapi paling sering terjadi antara hari ke-10 dan hari ke-28 setelah kelahiran.
Menurut Sarwono (2005:482) tidak jarang mastitis dibarengi oleh kanker payudara, yang menyebabkan jalannya penyakit menjadi lebih cepat. Mastitis tidak akan membawa dampak negatif bagi bayi karena kuman yang menyebabkan mastitis terdapat pada peredaran darah dan tidak mempengaruhi saluran ASI, sehingga tidak mempengaruhi ASI. 


PENYEBAB
Penyebab terjadinya infeksi payudara yaitu:
  1. Bayi tidak mau menyusu sehingga ASI tidak diberikan secara adekuat.
  2. Lecet pada puting susu yang menyebabkan kuman staphylococcus aureus masuk menyebabkan infeksi mastitis
  3. Personal higiene ibu kurang, terutama pada puting susu
  4. Bendungan air susu yang tidak adekuat di tangani sehingga menyebabkan mastitis (Pelayanan Kesehatan Maternal Dan Neonatal, 2001)

JENIS-JENIS MASTITIS ATAU INFEKSI PAYUDARA

Secara garis besar mastitis dibagi menjadi 2 yaitu:
  1. Non Infektif Mastitis
    Non infektif mastitis terjadi karena saluran air susu yang tersumbat atau juga karena posisi menyusui yang salah.
  2. Infektif Mastitis
    Yaitu yang telah terinfeksi bakteri yang diakibatkan oleh kuman yang masuk ke saluran air susu di puting payudara melalui perantaraan mulut atau hidung bayi. Pada mastitis infeksius, ASI dapat terasa asin akibat kadar natrium dan klorida yang tinggi dan merangsang penurunan aliran ASI. Ibu harus tetap menyusui.

Berdasarkan penyebabnya mastitis dapat dibedakan menjadi 3 yaitu:
  1. Mastitis periductal
    Biasanya muncul pada wanita di usia menjelang menopause (wanita di atas 45 tahun), penyebab utamanya tidak jelas diketahui. Akibat perubahan hormonal dan aktivitas menyusui di masa lalu. Pada saat menjelang menopause terjadi penurunun hormon estrogen yang menyebabkan adanya jaringan yang mati. Tumpukan jaringan mati dan air susu menyebabkan penyumbatan pada saluran di payudara. Penyumbatan menyebabkan buntunya saluran dan akhirnya melebarkan saluran di belakangnya, yang biasanya terletak di belakang puting payudara. Hasil akhirnya ialah reaksi peradangan yang disebut mastitis periductal. Jenis mastitis ini jarang terjadi.
  2. Mastitis puerperalis
    Ini disebabkan karena infeksi pada jaringan payudara. Mastitis ini terjadi pada wanita yang sedang menyusui karena adanya perpindahan kuman dari mulut bayi atau mulut dari suaminya. Kuman yang paling banyak menyebabkan mastitis puerperalis adalah Staphylococcus aureus. Selain itu kuman dapat masuk ke payudara karena suntik silikon atau injeksi kolagen sehingga menyebabkan peradangan. Pada mastitis puerperalis kuman berasal dari luar yang masuk ke dalam payudara.
  3. Mastitis supurativa
    Mastitis jenis ini ialah yang paling sering ditemui. Mirip dengan jenis sebelumnya, mastitis jenis ini juga disebabkan kuman staphylococcus. Selain itu bisa juga disebabkan oleh jamur, kuman TBC, bahkan sifilis. Mastitis jenis ini harus mendapatkan penanganan yang tepat dan cepat agar tidak terjadi abses atau luka bernanah dalam jaringan payudara. Kuman dari mastitis supurative berasal dari dalam tubuh yang masuk ke dalam jaringan payudara lewat aliran darah.

TANDA-TANDA INFEKSI PAYUDARA ATAU MASTITIS

Ada beberapa tanda-tanda infeksi payudara yaitu:
  • Pembesaran payudara hanya pada satu sisi
  • Nyeri dan bengkak pada payudara yang terkena infeksi
  • Demam, mual dan muntah. Semua gejala infeksi payudara hampir disertai dengan demam, adapun gejala mual dan muntah tidak selalu muncul.
  • Keluar cairan dari puting payudara, dapat berupa bening hingga pus (nanah).
  • Bengkak, nyeri, terasa panas dan kemerahan pada payudara yang terkena infeksi
  • Pembesaran jaringan limfe ketiak jika infeksi telah menyebar keluar dari payudara.
  • Rasa panas dingin disertai kenaikan suhu
  • Demam, sakit-sakit seperti flu, serta payudara terasa panas dan lembek.
  • Penderita merasa lesu
  • Tidak ada nafsu makan
  • Mamma membesar/ bengkak dan nyeri
  • Mamma merah
  • Nyeri perabaan
  • Kadang terjadi abses
  • Nanah yang menyebar ke bagian tubuh lain dapat menyebabkan meriang/demam tinggi dan menggigil, keringat banyak, turunnya daya tahan tubuh, bahkan hingga menurunnya kesadaran.

DIAGNOSA INFEKSI PAYUDARA

Umumnya diagnosa infeksi payudara sangatlah mudah yaitu dengan adanya gejala – gejala di atas disertai dengan pemeriksaan fisik pada payudara yang mengalami infeksi, seorang dokter sudah bisa mendiagnosa infeksi payudara. Adapun pemeriksaan pelengkap untuk mendiagnosa infeksi payudara adalah dengan kultur bakteri untuk mengetahui jenis bakterinya, dan biopsi untuk mengambil contoh jaringan payudara yang mengalami infeksi dan sudah mengalami abses. Pemeriksaan lainnya adalah mammografi.


PENCEGAHAN

Mastitis atau infeksi payudara dapat dicegah dengan melakukan beberapa hal sebagai berikut:

  1. Perawatan puting susu atau perawatan payudara
    Perawatan ini dilakukan dengan membersihkan puting susu sebelum dan sesudah menyusui untuk menghilangkan kerak dan susu yang sudah mengering. Selain itu bayi juga harus terbebas dari infeksi stafilokokus. Bila ada retak atau luka pada puting, sebaiknya bayi tidak menyusu pada mamma yang bersangkutan sampai luka itu sembuh. Air susu ibu dikeluarkan dengan pijatan. Pengurutan payudara sebelum laktasi merupakan salah satu tindakan yang sangat efektif untuk menghindari terjadinya sumbatan pada duktus. 
  2. Usahakan untuk selalu menyusui dengan posisi dan sikap yang benar. Menggunakan penyangga bantal saat menyusui juga cukup membantu menciptakan posisi menyusui yang lebih baik.
  3. Menggunakan bra atau pakaian dalam yang memiliki penyangga yang baik pada bagian payudaranya.
  4. Susukan bayi setiap saat tanpa jadwal. Susui bayi sesering mungkin dan jangan memperpanjang jarak antar tiap waktu menyusui.
  5. Keluarkan kelebihan ASI dengan segera. ASI yang tidak dikeluarkan akan menumpuk dan menimbulkan penyumbatan di dalam payudara yang dapat berujung peradangan. Jika payudara sudah terasa penuh ASI, bujuklah bayi untuk menyusui. 

KOMPLIKASI INFEKSI PAYUDARA

Jika infeksi payudara sangat berat maka kemungkinan dapat terjadi abses. Jika telah terjadi abses maka pengobatannya adalah dengan melakukan drainase yaitu pembersihan dan pengaliran cairan dan nanah pada payudara yang mengalami abses.


PENANGANAN 

Beberapa tindakan yang dapat dilakukan pada infeksi payudara yaitu :
  1. Istirahat
    Istirahat akan menghilangkan stres dan meningkatkan kekebalan tubuh. 
  2. Kompres payudara.
    Secara bergantian, kompres payudara dengan kompres hangat dan dingin. Kompres dingin menghilangkan rasa nyeri, sedangkan kompres panas membantu memerangi peradangan. 
  3. Pijat daerah yang sakit. Pemijatan akan meningkatkan sirkulasi, mengurangi penyumbatan payudara serta membantu meningkatkan faktor imunitas di payudara. Pijatlah payudara sambil mandi air hangat atau berendam air hangat. 
  4.  Jangan berhenti menyusui meskipun payudara meradang. Penghentian ini dapat menyebabkan terjadinya infeksi kuman penyakit pada payudara yang dapat berlanjut menjadi abses payudara (payudara bernanah). 
  5. Susuilah lebih sering di payudara yang meradang.Susuilah payudara yang meradang sampai kosong, karena apabila ada yang tersisa akan lebih mudah terinfeksi lagi. Sebaiknya langsung susui bayi (jangan dipompa), kecuali jika terpaksa karena bayi menolak menyusu, keluarkan ASI dengan tangan atau dipompa. Mulailah menyusui dengan payudara yang sehat, setelah itu baru ganti ke payudara yang sakit. Cara ini akan mengurangi nyeri saat menyusu.
  6. Apabila bayi menolak untuk menyusu pada payudara yang meradang, ini dapat disebabkan karena peradangan kelenjar susu meningkatkan kadar sodium (garam) pada ASI sehingga rasanya jadi asin. Kebanyakan bayi tidak menyadari rasa asin ini, tetapi ada bayi yang menolak untuk meminumnya. Apabila bayi menolak, mulailah menyusui dari payudara yang sehat, baru selanjutnya tukar ke payudara yang meradang. 
  7. Sangga payudara dengan menggunakan bra atau pakaian dalam yang mampu menyangga payudara dengan baik
  8. Apabila peradangan terus berlanjut atau sudah terjadi abses, sebaiknya payudara yang sakit tidak boleh disusukan karena mungkin memerlukan tindakan bedah dan segeralah periksa ke dokter. 

REFERENSI
Manuaba. 1998. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan Keluarga Berencana untuk Pendidikan Bidan. Jakarta: EGC.
Prawiroharjo, Sarwono. 2008. Ilmu Kandungan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka.
Prawiroharjo, Sarwono. 2007. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka.
Prawiroharjo, Sarwono. 2007. Ilmu Kebidanan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka.
Pusdiknakes WHO, JHPIEGO, 2003. Asuhan Ante Natal.

Friday, November 14, 2014

PERDARAHAN POSTPARTUM


I.            Defenisi
Perdarahan postpartum adalah perdarahan lebih dari 500-600 ml selama 24 jam setelah anak lahir. Termasuk perdarahan karena retensio plasenta. Perdarahan post partum adalah perdarahan dalam kala IV lebih dari 500-600 cc dalam 24 jam setelah anak dan plasenta lahir (Prof. Dr. Rustam Mochtar, MPH, 1998).
Haemoragic Post Partum (HPP) adalah hilangnya darah lebih dari 500 ml dalam 24 jam pertama setelah lahirnya bayi (Williams, 1998)
HPP biasanya kehilangan darah lebih dari 500 ml selama atau setelah kelahiran (Marylin E Dongoes, 2001).

Perdarahan Post partum diklasifikasikan menjadi 2, yaitu:
- Early Postpartum : Terjadi 24 jam pertama setelah bayi lahir
- Late Postpartum : Terjadi lebih dari 24 jam pertama setelah bayi lahir

Tiga hal yang harus diperhatikan dalam menolong persalinan dengan komplikasi perdarahan post partum :
1. Menghentikan perdarahan.
2. Mencegah timbulnya syok.
3. Mengganti darah yang hilang.Frekuensi perdarahan post partum 4/5-15 % dari seluruh persalinan. Berdasarkan penyebabnya frekuensi hilangnya darah adalah :
1. Atoni uteri (50-60%).
2. Retensio plasenta (16-17%).
3. Sisa plasenta (23
4. Laserasi jalan lahir (4-5%).
5. Kelainan darah (0,5-0,8%).


II.            Etiologi
Penyebab umum perdarahan postpartum adalah:
1. Atonia Uteri
2. Retensi Plasenta
3. Sisa Plasenta dan selaput ketuban
- Pelekatan yang abnormal (plasaenta akreta dan perkreta)
- Tidak ada kelainan perlekatan (plasenta seccenturia)
4. Trauma jalan lahir
a. Episiotomi yang lebar
b. Lacerasi perineum, vagina, serviks, forniks dan Rahim
c. Rupture uteri
5. Penyakit darah
Kelainan pembekuan darah misalnya afibrinogenemia /hipofibrinogenemia.
Tanda yang sering dijumpai :
- Perdarahan yang banyak.
- Solusio plasenta.
- Kematian janin yang lama dalam kandungan.
- Pre eklampsia dan eklampsia.
- Infeksi, hepatitis dan syok septik.
6. Hematoma
7. Inversi Uterus
8. Subinvolusi Uterus
Hal-hal yang dicurigai akan menimbulkan perdarahan pasca persalinan, yaitu :
- Riwayat persalinan yang kurang baik, misalnya:
1. Riwayat perdarahan pada persalinan yang terdahulu.
2. Grande multipara (lebih dari empat anak).
3. Jarak kehamilan yang dekat (kurang dari dua tahun).
4. Bekas operasi Caesar.
5. Pernah abortus (keguguran) sebelumnya.
- Hasil pemeriksaan waktu bersalin, misalnya:
1. Persalinan/kala II yang terlalu cepat, sebagai contoh setelah ekstraksi vakum, forsep.
2. Uterus terlalu teregang, misalnya pada hidramnion, kehamilan kembar, anak besar.
3. Uterus yang kelelahan, persalinan lama.
4. Uterus yang lembek akibat narkosa.
5. Inversio uteri primer dan sekunder.


III.            Manifestasi Klinis
Gejala Klinis umum yang terjadi adalah kehilangan darah dalam jumlah yang banyak (> 500 ml), nadi lemah, pucat, lochea berwarna merah, haus, pusing, gelisah, letih, dan dapat terjadi syok hipovolemik, tekanan darah rendah, ekstremitas dingin, mual.

Gejala Klinis berdasarkan penyebab:
a. Atonia Uteri:
Gejala yang selalu ada: Uterus tidak berkontraksi dan lembek dan perdarahan segera setelah anak lahir (perarahan postpartum primer).
Gejala yang kadang-kadang timbul: Syok (tekanan darah rendah, denyut nadi cepat dan kecil, ekstremitas dingin, gelisah, mual dan lain-lain)
b. Robekan jalan lahir
Gejala yang selalu ada: perdarahan segera, darah segar mengalir segera setelah bayi lahir, kontraksi uteru baik, plasenta baik.
Gejala yang kadang-kadang timbul: pucat, lemah, menggigil.
c. Retensio plasenta
Gejala yang selalu ada: plasenta belum lahir setelah 30 menit, perdarahan segera, kontraksi uterus baik.
Gejala yang kadang-kadang timbul: tali pusat putus akibat traksi berlebihan, inversi uteri akibat tarikan, perdarahan lanjutan
d. Tertinggalnya bagian plasenta (sisa plasenta)
Gejala yang selalu ada : plasenta atau sebagian selaput (mengandung pembuluh darah ) tidak lengkap dan perdarahan segera.
Gejala yang kadang-kadang timbul: Uterus berkontraksi baik tetapi tinggi fundus tidak berkurang.
e. Inversio uterus
Gejala yang selalu ada: uterus tidak teraba, lumen vagina terisi massa, tampak tali pusat (jika plasenta belum lahir), perdarahan segera, dan nyeri sedikit atau berat.
Gejala yang kadang-kadang timbul: Syok neurogenik dan pucat


IV.            Patofisiologi
Dalam persalinan pembuluh darah yang ada di uterus melebar untuk meningkatkan sirkulasi ke sana, atoni uteri dan subinvolusi uterus menyebabkan kontraksi uterus menurun sehingga pembuluh darah-pembuluh darah yang melebar tadi tidak menutup sempurna sehingga perdarahan terjadi terus menerus. Trauma jalan lahir seperti epiostomi yang lebar, laserasi perineum, dan rupture uteri juga menyebabkan perdarahan karena terbukanya pembuluh darah, penyakit darah pada ibu; misalnya afibrinogemia atau hipofibrinogemia karena tidak ada atau kurangnya fibrin untuk membantu proses pembekuan darah juga merupakan penyebab dari perdarahan postpartum. Perdarahan yang sulit dihentikan bisa mendorong pada keadaan shock hemoragik.

A.    Perbedaan perdarahan pasca persalinan karena atonia uteri dan robekan jalan lahir adalah:
- Atonia uteri (sebelum/sesudah plasenta lahir).
1. Kontraksi uterus lembek, lemah, dan membesar (fundus uteri masih tinggi.
2. Perdarahan terjadi beberapa menit setelah anak lahir.
3. Bila kontraksi lemah, setelah masase atau pemberian uterotonika, kontraksi yang lemah tersebut menjadi kuat.
- Robekan jalan lahir (robekan jaringan lunak).
1. Kontraksi uterus kuat, keras dan mengecil.
2. Perdarahan terjadi langsung setelah anak lahir. Perdarahan ini terus-menerus. Penanganannya, ambil spekulum dan cari robekan.
3. Setelah dilakukan masase atau pemberian uterotonika langsung uterus mengeras tapi perdarahan tidak berkurang.

Perdarahan Postpartum akibat Atonia Uteri
Perdarahan postpartum dapat terjadi karena terlepasnya sebagian plasenta dari rahim dan sebagian lagi belum; karena perlukaan pada jalan lahir atau karena atonia uteri. Atoni uteri merupakan sebab terpenting perdarahan postpartum.
Atonia uteri dapat terjadi karena proses persalinan yang lama; pembesaran rahim yang berlebihan pada waktu hamil seperti pada hamil kembar atau janin besar; persalinan yang sering (multiparitas) atau anestesi yang dalam. Atonia uteri juga dapat terjadi bila ada usaha mengeluarkan plasenta dengan memijat dan mendorong rahim ke bawah sementara plasenta belum lepas dari rahim.
Perdarahan yang banyak dalam waktu pendek dapat segera diketahui. Tapi bila perdarahan sedikit dalam waktu lama tanpa disadari penderita telah kehilangan banyak darah sebelum tampak pucat dan gejala lainnya. Pada perdarahan karena atonia uteri, rahim membesar dan lembek.Terapi terbaik adalah pencegahan. Anemia pada kehamilan harus diobati karena perdarahan yang normal pun dapat membahayakan seorang ibu yang telah mengalami anemia. Bila sebelumnya pernah mengalami perdarahan postpartum, persalinan berikutnya harus di rumah sakit. Pada persalinan yang lama diupayakan agar jangan sampai terlalu lelah. Rahim jangan dipijat dan didorong ke bawah sebelum plasenta lepas dari dinding rahim.
Pada perdarahan yang timbul setelah janin lahir dilakukan upaya penghentian perdarahan secepat mungkin dan mengangatasi akibat perdarahan. Pada perdarahan yang disebabkan atonia uteri dilakukan massage rahim dan suntikan ergometrin ke dalam pembuluh balik. Bila tidak memberi hasil yang diharapkan dalam waktu singkat, dilakukan kompresi bimanual pada rahim, bila perlu dilakukan tamponade utero vaginal, yaitu dimasukkan tampon kasa kedalam rahim sampai rongga rahim terisi penuh. Pada perdarahan postpartum ada kemungkinann dilakukan pengikatan pembuluh nadi yang mensuplai darah ke rahim atau pengangkatan rahim.
Adapun Faktor predisposisi terjadinya atonia uteri : Umur, Paritas, Partus lama dan partus terlantar, Obstetri operatif dan narkosa, Uterus terlalu regang dan besar misalnya pada gemelli, hidramnion atau janin besar, Kelainan pada uterus seperti mioma uterii, uterus couvelair pada solusio plasenta.
Faktor sosio ekonomi yaitu malnutrisi.


B.     Perdarahan Pospartum akibat Retensio Plasenta
Retensio plasenta adalah keadaan dimana plasenta belum lahir selama 1 jam setelah bayi lahir.
Penyebab retensio plasenta :
1. Plasenta belum terlepas dari dinding rahim karena melekat dan tumbuh lebih dalam. Menurut tingkat perlekatannya :
a. Plasenta adhesiva : plasenta yang melekat pada desidua endometrium lebih dalam.
b. Plasenta inkreta : vili khorialis tumbuh lebih dalam dan menembus desidua endometrium sampai ke miometrium.
c. Plasenta akreta : vili khorialis tumbuh menembus miometrium sampai ke serosa.
d. Plasenta perkreta : vili khorialis tumbuh menembus serosa atau peritoneum dinding rahim.
2. Plasenta sudah terlepas dari dinding rahim namun belum keluar karena atonia uteri atau adanya lingkaran konstriksi pada bagian bawah rahim (akibat kesalahan penanganan kala III) yang akan menghalangi plasenta keluar (plasenta inkarserata).
Bila plasenta belum lepas sama sekali tidak akan terjadi perdarahan tetapi bila sebagian plasenta sudah lepas maka akan terjadi perdarahan. Ini merupakan indikasi untuk segera mengeluarkannya.Plasenta mungkin pula tidak keluar karena kandung kemih atau rektum penuh. Oleh karena itu keduanya harus dikosongkan.


C.     Perdarahan Postpartum akibat Subinvolusi
Subinvolusi adalah kegagalan uterus untuk mengikuti pola normal involusi, dan keadaan ini merupakan salah satu dari penyebab terumum perdarahan pascapartum. Biasanya tanda dan gejala subinvolusi tidak tampak, sampai kira-kira 4 hingga 6 minggu pascapartum. Fundus uteri letaknya tetap tinggi di dalam abdomen/ pelvis dari yang diperkirakan. Keluaran lokia seringkali gagal berubah dari bentuk rubra ke bntuk serosa, lalu ke bentuk lokia alba. Lokia bisa tetap dalam bentuk rubra, atau kembali ke bentuk rubra dalam beberapa hari pacapartum. Lokia yang tetap bertahan dalam bentuk rubra selama lebih dari 2 minggu pascapatum sangatlah perlu dicurigai terjadi kasus subinvolusi. Jumlah lokia bisa lebih banyak dari pada yang diperkirakan. Leukore, sakit punggung, dan lokia berbau menyengat, bisa terjadi jika ada infeksi. Ibu bisa juga memiliki riwayat perdarahan yang tidak teratur, atau perdarahan yang berlebihan setelah kelahiran.


D.    Perdarahan Postpartum akibat Inversio Uteri.
Inversio Uteri adalah keadaan dimana fundus uteri terbalik sebagian atau seluruhnya masuk ke dalam kavum uteri. Uterus dikatakan mengalami inverse jika bagian dalam menjadi di luar saat melahirkan plasenta. Reposisi sebaiknya segera dilakukan dengan berjalannya waktu, lingkaran konstriksi sekitar uterus yang terinversi akan mengecil dan uterus akan terisi darah.
Pembagian inversio uteri :
1. Inversio uteri ringan : Fundus uteri terbalik menonjol ke dalam kavum uteri namun belum keluar dari ruang rongga rahim.
2. Inversio uteri sedang : Terbalik dan sudah masuk ke dalam vagina.
3. Inversio uteri berat : Uterus dan vagina semuanya terbalik dan sebagian sudah keluar vagina.
Penyebab inversio uteri :
1. Spontan : grande multipara, atoni uteri, kelemahan alat kandungan, tekanan intra abdominal yang tinggi (mengejan dan batuk).
2. Tindakan : cara Crade yang berlebihan, tarikan tali pusat, manual plasenta yang dipaksakan, perlekatan plasenta pada dinding rahim.Faktor-faktor yang memudahkan terjadinya inversio uteri :
- Uterus yang lembek, lemah, tipis dindingnya.
- Tarikan tali pusat yang berlebihan.
Frekuensi inversio uteri : angka kejadian 1 : 20.000 persalinan.
Gejala klinis inversio uteri :
- Dijumpai pada kala III atau post partum dengan gejala nyeri yang hebat, perdarahan yang banyak sampai syok. Apalagbila plasenta masih melekat dan sebagian sudah ada yang terlepas dan dapat terjadi strangulasi dan nekrosis.
- Pemeriksaan dalam :
1. Bila masih inkomplit maka pada daerah simfisis uterus teraba fundus uteri cekung ke dalam.
2. Bila komplit, di atas simfisis uterus teraba kosong dan dalam vagina teraba tumor lunak.
3. Kavum uteri sudah tidak ada (terbalik).


E.     Perdarahan Postpartum Akibat Hematoma
Hematoma terjadi karena kompresi yang kuat disepanjang traktus genitalia, dan tampak sebagai warna ungu pada mukosa vagina atau perineum yang ekimotik. Hematoma yang kecil diatasi dengan es, analgesic dan pemantauan yang terus menerus. Biasanya hematoma ini dapat diserap kembali secara alami.


F.      Perdarahan Postpartum akibat Laserasi /Robekan Jalan Lahir
Robekan jalan lahir merupakan penyebab kedua tersering dari perdarahan postpartum. Robekan dapat terjadi bersamaan dengan atonia uteri. Perdarahan postpartum dengan uterus yang berkontraksi baik biasanya disebabkan oleh robelan servik atau vagina.
- Robekan Serviks
Persalinan Selalu mengakibatkan robekan serviks sehingga servik seorang multipara berbeda dari yang belum pernah melahirkan pervaginam. Robekan servik yang luas menimbulkan perdarahan dan dapat menjalar ke segmen bawah uterus. Apabila terjadi perdarahan yang tidak berhenti, meskipun plasenta sudah lahir lengkap dan uterus sudah berkontraksi dengan baik, perlu dipikirkan perlukaan jalan lahir, khususnya robekan servik uteri.
- Robekan Vagina
Perlukaan vagina yang tidak berhubungan dengan luka perineum tidak sering dijumpai. Mungkin ditemukan setelah persalinan biasa, tetapi lebih sering terjadi sebagai akibat ekstraksi dengan cunam, terlebih apabila kepala janin harus diputar. Robekan terdapat pada dinding lateral dan baru terlihat pada pemeriksaan speculum.
- Robekan Perineum
Robekan perineum terjadi pada hampir semua persalinan pertama dan tidak jarang juga pada persalinan berikutnya. Robekan perineum umumnya terjadi digaris tengah dan bisa menjadi luas apabila kepala janin lahir terlalu cepat, sudut arkus pubis lebih kecil daripada biasa, kepala janin melewati pintu panggul bawah dengan ukuran yang lebih besar daripada sirkum ferensia suboksipito bregmatika.
Laserasi pada traktus genitalia sebaiknya dicurigai, ketika terjadi perdarahan yang berlangsung lama yang menyertai kontraksi uterus yang kuat.


V.            Pemeriksaan Penunjang
a. Golongan darah : menentukan Rh, ABO dan percocokan silang
b. Jumlah darah lengkap : menunjukkan penurunan Hb/Ht dan peningkatan jumlah sel darah putuih (SDP). (Hb saat tidak hamil:12-16gr/dl, saat hamil: 10-14gr/dl. Ht saat tidak hamil:37%-47%, saat hamil:32%-42%. Total SDP saat tidak hamil 4.500-10.000/mm3. saat hamil 5.000-15.000)
c. Kultur uterus dan vagina : mengesampingkan infeksi pasca partum
d. Urinalisis : memastikan kerusakan kandung kemih
e. Profil koagulasi : peningkatan degradasi, kadar produk fibrin/produk split fibrin (FDP/FSP), penurunan kadar fibrinogen : masa tromboplastin partial diaktivasi, masa tromboplastin partial (APT/PTT), masa protrombin memanjang pada KID
f. Sonografi : menentukan adanya jaringan plasenta yang tertahan


 VI.            Terapi
A.      Dengan adanya perdarahan yang keluar pada kala III, bila tidak berkontraksi dengan kuat, uterus harus diurut :
- Pijat atau gosok uterus dengan gerakan melingkar, sambil menyokong segmen uterus bagian bawah untuk menstimulasi kontraksi, lakukan selama satu menit hingga uterus teraba keras, tidak lunak. Waspada terhadap kekuatan pemijatan. Pemijatan yang kuat dapat meletihkan uterus, mengakibatkan atonia uteri yang dapat menyebabkan nyeri. Lakukan dengan lembut. Perdarahan yang signifikan dapat terjadi karena penyebab lain selain atoni uteri.
- Dorongan pada plasenta diupayakan dengan tekanan manual pada fundus uteri. Bila perdarahan berlanjut pengeluaran plasenta secara manual harus dilakukan.
- Pantau tipe dan jumlah perdarahan serta konsistensi uterus yang menyertai selama berlangsungnya hal tersebut. Waspada terhadap darah yang berwarna merah dan uterus yang relaksasi yang berindikasi atoni uteri atau fragmen plasenta yang tertahan. Perdarahan vagina berwarna merah terang dan kontra indikasi uterus, mengindikasikan perdarahan akibat adanya laserasi.
- Berikan kompres es salama jam pertama setelah kelahiran pada ibu yang beresiko mengalami hematoma vagina. Jika hematoma terbentuk, gunakan rendam duduk setelah 12 jam.
- Pertahankan pemberian cairan IV dan mulai cairan IV kedua dengan ukuran jarum 18, untuk pemberian produk darah, jika diperlukan. Kirim contoh darah untuk penentuan golongan dan pemeriksaan silang, jika pemeriksaan ini belum dilakukan diruang persalinan.
- Pemberian 20 unit oksitodin dalam 1000 ml larutan RL atau saline normal, terbukti efektif bila diberikan infus intra vena + 10 ml/mnt bersama dengan mengurut uterus secara efektif
- Bila cara diatas tidak efektif, ergonovine 0,2 mg yang diberikan secara IV, dapat merangsang uterus untuk berkontraksi dan berelaksasi dengan baik, untuk mengatasi perdarahan dari tempat implantasi plasenta.
- Pantau asupan dan haluaran cairan setiap jam. Pada awalnya masukan kateter foley untuk memastikan keakuratan perhitungan haluaran.
- Berikan oksigen malalui masker atau nasal kanula. Dengan laju 7-10 L/menit bila terdapat tanda kegawatan pernafasan.


B.       Terapi Perdarahan Postpartum karena Atonia
Bila terjadi perdarahan sebelum plasenta lahir (Retensia plasenta), ibu harus segera minta pertolongan dokter rumah sakit terdekat. Untuk daerah terpencil dimana terdapat bidan, maka bidan dapat melakukan tindakan dengan urutan sebagai berikut:
- Pasang infus.
- Pemberian uterotonika intravena tiga hingga lima unit oksitosina atau ergometrin 0,5 cc hingga 1 cc.
- Kosongkan kandung kemih dan lakukan masase ringan di uterus.
- Keluarkan plasenta dengan perasat Crede, bila gagal, lanjutkan dengan plasenta manual (dilakukan di rumah sakit).
- Periksa apakah masih ada plasenta yang tertinggal.
- Dalam keadaan darurat dapat dilakukan penekanan pada fundus uteri atau kompresi aorta.
Bila perdarahan terjadi setelah plasenta lahir, dapat dilakukan:
- Pemberian uterotonika intravena.
- Kosongkan kandung kemih.
- Menekan uterus-perasat Crede.
- Tahan fundus uteri/(fundus steun) atau kompresi aorta.
Tentu saja, urutan di atas dapat dilakukan jika fasilitas dan kemampuan penolong memungkinkan. Bila tidak, rujuk ke rumah sakit yang mampu melakukan operasi histerektomi, dengan terlebih dahulu memberikan uterotonika intravena serta infus cairan sebagai pertolongan pertama.


C.       Perdarahan postpartum akibat laserasi/ Robekan Jalan Lahir
Perdarahan pasca persalinan yang terjadi pada kontraksi uterus yang kuat, keras, bisa terjadi akibat adanya robekan jalan lahir (periksa dengan spekulum dan lampu penerangan yang baik-red). Bila sudah dapat dilokalisir dari perdarahannya, jahitlah luka tersebut dengan menggunakan benang katgut dan jarum bulat.
Untuk robekan yang lokasinya dalam atau sulit dijangkau, berilah tampon pada liang senggama/vagina dan segera dirujuk dengan terlebih dahulu memasang infus dan pemberian uterotonika intravena.



VII.              Pemeriksaan Fisik
a. Pemeriksaan tanda-tanda vital
1) Suhu badan
Suhu biasanya meningkat sampai 380 C dianggap normal. Setelah satu hari suhu akan kembali normal (360 C – 370 C), terjadi penurunan akibat hipovolemia
2) Nadi
Denyut nadi akan meningkat cepat karena nyeri, biasanya terjadi hipovolemia yang semakin berat.
3) Tekanan darah
Tekanan darah biasanya stabil, memperingan hypovolemia
4) Pernafasan
Bila suhu dan nadi tidak normal, pernafasan juga menjadi tidak normal.

b. Pemeriksaan Khusus
Observasi setiap 8 jam untuk mendeteksi adanya tanda-tanda komplikasi dengan mengevaluasi sistem dalam tubuh. Pengkajian ini meliputi :
1. Nyeri/ketidaknyamanan
Nyeri tekan uterus (fragmen-fragmen plasenta tertahan). Ketidaknyamanan vagina/pelvis, sakit punggung (hematoma)
2. Sistem vaskuler
§ Perdarahan di observasi tiap 2 jam selama 8 jam 1, kemudian tiap 8 jam berikutnya
§ Tekanan darah diawasi tiap 8 jam
§ Apakah ada tanda-tanda trombosis, kaki sakit, bengkak dan merah
§ Haemorroid diobservasi tiap 8 jam terhadap besar dan kekenyalan
§ Riwayat anemia kronis, konjungtiva anemis/sub anemis, defek koagulasi kongenital, idiopatik trombositopeni purpura.
3. Sistem Reproduksi
a. Uterus diobservasi tiap 30 menit selama empat hari post partum, kemudian tiap 8 jam selama 3 hari meliputi tinggi fundus uteri dan posisinya serta konsistensinya
b. Lochea diobservasi setiap 8 jam selama 3 hari terhadap warna, banyak dan bau
c. Perineum diobservasi tiap 8 jam untuk melihat tanda-tanda infeksi, luka jahitan dan apakah ada jahitannya yang lepas
d. Vulva dilihat apakah ada edema atau tidak
e. Payudara dilihat kondisi areola, konsistensi dan kolostrum
f. Tinggi fundus atau badan terus gagal kembali pada ukuran dan fungsi sebelum kehamilan (sub involusi)
4. Traktus urinarius
Diobservasi tiap 2 jam selama 2 hari pertama. Meliputi miksi lancar atau tidak, spontan dan lain-lain
5. Traktur gastro intestinal
Observasi terhadap nafsu makan dan obstipasi
6. Integritas Ego : Mungkin cemas, ketakutan dan khawatir



VIII.              ASUHAN KEPERAWATAN
A.      Pengkajian
Pengkajian merupakan langkah awal dari proses keperawatan. Pengkajian yang benar dan terarah akan mempermudah dalam merencanakan tinfakan dan evaluasi dari tidakan yang dilakasanakan. Pengkajian dilakukan secara sistematis, berisikan informasi subjektif dan objektif dari klien yang diperoleh dari wawancara dan pemeriksaan fisik.Pengkajian terhadap klien post meliputi :
- Identitas klien
Data diri klien meliputi : nama, umur, pekerjaan, pendidikan, alamat, medical record dan lain – lain
- Riwayat kesehatan
Riwayat kesehatan terdahulu : riwayat penyakit jantung, hipertensi, penyakit ginjal kronik, hemofilia, riwayat pre eklampsia, trauma jalan lahir, kegagalan kompresi pembuluh darah, tempat implantasi plasenta, retensi sisa plasenta.
Riwayat kesehatan sekarang : keluhan yang dirasakan saat ini yaitu: kehilangan darah dalam jumlah banyak (>500ml), Nadi lemah, pucat, lokea berwarna merah, haus, pusing, gelisah, letih, tekanan darah rendah, ekstremitas dingin, dan mual.
Riwayat kesehatan keluarga : adanya riwayat keluarga yang pernah atau sedang menderita hipertensi, penyakit jantung, dan pre eklampsia, penyakit keturunan hemopilia dan penyakit menular.
Riwayat obstetric
a. Riwayat menstruasi meliputi: Menarche, lamanya siklus, banyaknya, baunya , keluhan waktu haid, HPHT
b. Riwayat perkawinan meliputi : Usia kawin, kawin yang keberapa, Usia mulai hamil
c. Riwayat hamil, persalinan dan nifas yang lalu
Riwayat hamil meliputi: Waktu hamil muda, hamil tua, apakah ada abortus, retensi plasenta.
Riwayat persalinan meliputi: Tua kehamilan, cara persalinan, penolong, tempat bersalin, apakah ada kesulitan dalam persalinan anak lahir atau mati, berat badan anak waktu lahir, panjang waktu lahir
Riwayat nifas meliputi: Keadaan lochea, apakah ada pendarahan, ASI cukup atau tidak dan kondisi ibu saat nifas, tinggi fundus uteri dan kontraksi
d. Riwayat Kehamilan sekarang
1. Hamil muda, keluhan selama hamil muda
2. Hamil tua, keluhan selama hamil tua, peningkatan berat badan, tinggi badan, suhu, nadi, pernafasan, peningkatan tekanan darah, keadaan gizi akibat mual, keluhan lain
3. Riwayat antenatal care meliputi : Dimana tempat pelayanan, beberapa kali, perawatan serta pengobatannya yang didapat
4. Pola aktifitas sehari-hari
a. Makan dan minum, meliputi komposisi makanan, frekuensi, baik sebelum dirawat maupun selama dirawat. Adapun makan dan minum pada masa nifas harus bermutu dan bergizi, cukup kalori, makanan yang mengandung protein, banyak cairan, sayur-sayuran dan buah – buahan.
b. Eliminasi, meliputi pola dan defekasi, jumlah warna, konsistensi. Adanya perubahan pola miksi dan defeksi. BAB harus ada 3-4 hari post partum sedangkan miksi hendaklah secepatnya dilakukan sendiri (Rustam Mukthar, 1995 )
c. Istirahat atau tidur meliputi gangguan pola tidur karena perubahan peran dan melaporkan kelelahan yang berlebihan.
d. Personal hygiene meliputi : Pola atau frekuensi mandi, menggosok gigi, keramas, baik sebelum dan selama dirawat serta perawatan mengganti balutan atau duk.


B.       Diagnosa Keperawatan yang mungkin muncul
1. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan vaskuler yang berlebihan
2. Perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan hipovelemia
3. Ansietas berhungan dengan krisis situasi, ancaman perubahan pada status kesehatan atau kematian, respon fisiologis
4. Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan trauma jaringan, Stasis cairan tubuh, penurunan Hb
5. Resiko tinggi terhadap nyeri berhubungan dengan trauma/ distensi jaringan
6. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang pemajanan atau tidak mengenal sumber informasi


C.       Rencana Keperawatan pada Pasien Perdarahan Postpartum
a.         Diagnosa Intervensi Rasional 
1. Kekurangan volume cairan berdasarkan kehilangan vaskuler berlebihan
DO:
- Hipotensi
- Peningkatan nadi
- Penurunan volume urin,
- Membran mukosa kering,
- Pelambatan pengisian kapiler
DS:
- Ibu mengatakan urin sedikit
- Ibu mengatakan pusing dan pucat
- Ibu mengatakan kulit kering dan bersisik
Tujuan :
Volume cairan adekuat
Hasil yang diharapkan:
- TTV stabil
- Pengisian kapiler cepat
- Haluaran urine adekuat
Mandiri:
- Tinjau ulang catatan kehamilan dan persalinan, perhatikan faktor-faktor penyebab atau memperberat perdarahan seperti laserasi, retensio plasenta, sepsis, abrupsio plasenta, emboli cairan amnion.
- Kaji dan catat jumlah, tipe dan sisi perdarahan ; timbang dan hitung pembalut ; simpan bekuan darah, dan jaringan untuk dievaluasi oleh dokter.
- Kaji lokasi uterus dan derajat kontraktilitas uterus. Dengan perlahan masase penonjolan uterus dengan satu tangan sambil menempatakan tangan kedua tepat diatas simfisis pubis
- Perhatikan hipotensi / takikardia, perlambatan pengisian kapiler atau sianosis dasar, kuku, membran mukosa dan bibir.
- Pantau parameter hemodinamik, seperti tekanan vena sentral atau tekanan bagi arteri pulmonal, bila ada
- Pantau masukan aturan puasa saat menentukan status/kebutuhan klien
- Berikan lingkungan yang tenang dan dukungan psikologis
- Membantu dalam membuat rencana perawatan yang tepat dan untuk memberikan kesempatan mencegah terjadinya komplikasi
- Perkiraan kehilangan darah, arternal versus vena dan adanya bekuan-bekuan membantu membuat diagnosa banding dan menentukan kebutuhan penggantian (catatan : satu gram peningkatan berat pembalut sama dengan kira-kira 1 ml kehilangan darah)
- Derajat kontraktilitas uterus membantu dalam diagnosa banding. Peningkatan kontraktilitas miometrium dapat menurunkan kehilangan darah. Penempatan satu tangan diatas simfisis pubis mencegah kemungkinan inversi uterus selama messase
- Tanda-tanda ini menunjukkan hipovolemik dan terjadinya syok. Perubahan pada Tekanan Darah tidak dapat dideteksi sampai volume cairan telah menurun sampai 30-50%. Sianosis adalah tanda akhir dari hipoksia (rujuk pada DK : perfusi jaringan, perubahan)
- Memberikan pengukuran lebih langsung dari volume sirkulasi dan kebutuhan penggantian.
- Bermanfaat dalam memperkirakan luas/signifikasi kehilangan cairan. Volume perfusi/sirkulasi adekuat ditunjukkan dengan haluaran 30-50 ml/jam atau lebih besar.
- Meningkatkan relaksasi dapat menurunkan ansietas dan kebutuhan metabolik

2. Perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan hipovolemia
DO:
- Penurunan pulsasi arteri
- Ekstremitas dingin
- Perubahan tanda-tanda vital
- Pelambatan pengisian kapiler
- Penurunan produksi ASI
DS:
- Ibu mengatakan Asi sedikit
- Ibu mengatakan tangan dan kakinya dingin
Tujuan : Tidak terjadi perfusi jaringan
Kriteria hasil :
· Menunjukkan tanda-tanda vital dalam rentang normal
· Ekstremitas hangat
· Kapiler refill <> 35 tahun
§ Paritas > 3 kali
§ Inaktivitas
§ Kelahiran Caesar
§ Diabetes mellitus