Salpingitis adalah terjadinya
inflamasi pada tuba fallopi. Tuba fallopi perpanjangan dari uterus, salpingitis
adalah salah satu penyebab umum terjadinya infertitas pada wanita. Apabila
salpingitis tidak ditangani dengan segera, maka infeksi ini akan menyebabkan
kerusakan pada tuba fallopi secra permanen sehingga sel telur yang dikeluarkan
dari ovarium tidak dapat bertemu dengan seperma. Tanpa penanganan yang cepat
infeksi bisa terjadi secara permanen merusak tuba fallopi sehingga sel telur yang
dikeluarkan pada proses menstruasi tidak bisa bertemu dengan sperma
- Tanda &
gejala
Ada pun tanda gejala gejala dari salpingitis adalah :
v Nyeri pada kedua sisi perut
v Demam
v Mual
muntah
v Kelainan pada vagina seperti
perubahan warna yang tidak seperti orang normal atau berbau.
v Nyeri selama ovulasi.
v Sering kencing
v Disminorhoe
- Penyebab gangguan
Salpingitis disebabkan oleh bakteri
penginfeksi. Jenis-jenis bakteri yang biasaya menyebabkan Salpingitis :
Mycoplasma, staphylococcus, dan steptococus. Selain itu salpingitis bisa juga
disebabkan penyakit menular seksual seperti gonorrhea, Chlamydia, infeksi puerperal dan postabortum.
Kira-kira 10% infeksi disebabkan oleh tuberculosis. Selanjutnya bisa timbul radang adneksa sebagai
akibat tindakan (keroksn, laparatomi, pemasangan IUD, dan sebagainya) dan
perluasan radang dari alat yang letaknya tidak jauh seperti appendiks.
- Patofisiologi
Salpingitis adalah salah satu
penyebab terjadinya infertitas pada wanita. Apabila salpingitis tidak ditangani
dengan segera, maka infeksi ini akan menyebabkan kerusakan pada tuba fallopi
sehingga sel telur rusak dan sperma tidak bias membuahi sel telur.Radang tuba
falopii dan radang ovarium biasanya biasanya terjadi bersamaan. Oleh sebab itu
tepatlah nama salpingo-ooforitis atau adneksitis untuk radang tersebut. Radang itu
kebanyakan akibat infeksi yang menjalar ke atas dari uterus, walaupun infeksi
ini juga bias datang dari tempat ekstra vaginal lewat jalan darah dari
jaringan-jaringan di sekitarnya.
Ada dua jenis
dari salpingitis :
·
Salpingitis akut : pada salpingitis akut, tuba fallopi menjadi merah
dan bengkak, dan keluar cairan berlebih sehingga bagian dalam dinding tuba
sering menempel secara menyeluruh. Tuba bisa juga menempel pada bagian intestinal yang
terdekat. Kadang-kadang tuba fallopi penuh dengan pus. Hal yang jarang terjadi,
tuba rupture dan menyebabkan infeksi yang sangat berbahaya pada kavum abdominal
(Peritonitis).
·
Salpingitis Kronis : Biasanya mengikuti gejala akut. Infeksi
terjadi ringan, dalam waktu yang panjang
dan tidak menunjukan banyak tanda dan gejala.
D.Gambaran Klinis
- Penderita mengeluh nyeri perut bagian bawah, unilateral atau bilateral. Nyeri
ini bertambah pada gerakan.
- Kadang terdapat perdarahan di luar siklus dan secret vagina berlebihan.
- Pada yang akut terdapat demam yang kadang disertai keluhan menggigil.
- Terdapat nyeri tekan di abdomen bagian bawah disertai nyeri pada pergerakan
serviks. Parametrium nyeri unilateral atau bilateral.
E.DIAGNOSIS
Diagnosis salpingitis dapat dilakukan dengan :
· Pemeriksaan
pelvis
· Kultur
swab cervix
· Laparoscopy
· Kultur
swab dari laparoscopy
Dapat terjadi kesalahan
diagnosis salpingitis dengan beberapa penyakit yang memiliki
gejala hampir sama seperti
:
· Usus
buntu
· Hamil
diluar kandungan
· Radang
panggul
· Salpingo-ooporitis
· Septic
abortion
· Kista
ovarium koyak
· Abses
di tuba ovary
· Degenerasi
leipmyoma
· Diverticulitis
· Cystitis
·
Tuberculous salpingitis.
Pemeriksaan Fisik
Abdomen dan genetalia
- Nyeri tekan ++
- Tanda-tanda infeksi sistemik
- Mobilitas terbatas – sakit bila untuk berjalan
Pemeriksaan Penunjang
• Kultur
• Darah lengkap
Salpingitis bisa menyebabkan beberapa komplikasi meliputi
:
·
Kehamilan
ektopik.
·
Infeksi
yang terjadi didaerah terdekat dengan tuba fallopi, seperti ovarium atau uterus.
·
Infertilitas.
·
Menginfeksi
orang yang diajak berhubungan seksual.
F.Terapi (treatment)
Perawatan penyakit salpingitis
dilakukan dengan pemberian antibiotic (sesering mungkin sampai beberapa
minggu). Antibiotik dipilih sesuai dengan mikroorganisnya yang menginfeksi.
Pasangan yang diajak hubungan seksual harus dievaluasi, disekrining dan bila
perlu dirawat, untuk mencegah komplikasi sebaiknya tidak melakukan hubungan seksual selama masih
menjalani perawatan untuk mencegah terjadinya infeksi kembali. Perawatan dapat
dilakukan dengan beberapa cara yaitu :
ü Antibiotik : untuk menghilangkan infeksi,
dengan tingkat keberhasilan 85%dari kasus.
ü Perawatan di rumah sakit : memberikan obat antibiotic melalui
Intravena(infuse).
ü Pembedahan : dilakukan jika pengobatan dengan antibiotic menyebabkan
terjadinya resistan pada bakteri.
REFERENSI
Prawirohardjo, Sarwono. 2007. Ilmu
Kandungan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo
No comments:
Post a Comment