Wednesday, November 26, 2014

INFEKSI PAYUDARA / MASTITIS

PENGERTIAN
Infeksi payudara atau disebut juga mastitis merupakan peradangan pada payudara infeksi terjadi melalui luka pada puting susu, tapi mungkin juga melalui peredarah darah (Prawirohadjo,2005:701) Penyebab infeksi biasanya Staphylococcus aureus. Mastitis diakibatkan oleh sumbatan saluran susu yang berlanjut. Keadaan ini disebabkan kurangnya ASI dihisap atau dikeluarkan secara tidak efektif. Dapat juga terjadi akibat tekanan BH atau baju. Para wanita yang baru pertama kali menyusui cenderung lebih sering terkena mastitis. Mastitis ini dapat terjadi kapan saja sepanjang periode menyusui, tapi paling sering terjadi antara hari ke-10 dan hari ke-28 setelah kelahiran.
Menurut Sarwono (2005:482) tidak jarang mastitis dibarengi oleh kanker payudara, yang menyebabkan jalannya penyakit menjadi lebih cepat. Mastitis tidak akan membawa dampak negatif bagi bayi karena kuman yang menyebabkan mastitis terdapat pada peredaran darah dan tidak mempengaruhi saluran ASI, sehingga tidak mempengaruhi ASI. 


PENYEBAB
Penyebab terjadinya infeksi payudara yaitu:
  1. Bayi tidak mau menyusu sehingga ASI tidak diberikan secara adekuat.
  2. Lecet pada puting susu yang menyebabkan kuman staphylococcus aureus masuk menyebabkan infeksi mastitis
  3. Personal higiene ibu kurang, terutama pada puting susu
  4. Bendungan air susu yang tidak adekuat di tangani sehingga menyebabkan mastitis (Pelayanan Kesehatan Maternal Dan Neonatal, 2001)

JENIS-JENIS MASTITIS ATAU INFEKSI PAYUDARA

Secara garis besar mastitis dibagi menjadi 2 yaitu:
  1. Non Infektif Mastitis
    Non infektif mastitis terjadi karena saluran air susu yang tersumbat atau juga karena posisi menyusui yang salah.
  2. Infektif Mastitis
    Yaitu yang telah terinfeksi bakteri yang diakibatkan oleh kuman yang masuk ke saluran air susu di puting payudara melalui perantaraan mulut atau hidung bayi. Pada mastitis infeksius, ASI dapat terasa asin akibat kadar natrium dan klorida yang tinggi dan merangsang penurunan aliran ASI. Ibu harus tetap menyusui.

Berdasarkan penyebabnya mastitis dapat dibedakan menjadi 3 yaitu:
  1. Mastitis periductal
    Biasanya muncul pada wanita di usia menjelang menopause (wanita di atas 45 tahun), penyebab utamanya tidak jelas diketahui. Akibat perubahan hormonal dan aktivitas menyusui di masa lalu. Pada saat menjelang menopause terjadi penurunun hormon estrogen yang menyebabkan adanya jaringan yang mati. Tumpukan jaringan mati dan air susu menyebabkan penyumbatan pada saluran di payudara. Penyumbatan menyebabkan buntunya saluran dan akhirnya melebarkan saluran di belakangnya, yang biasanya terletak di belakang puting payudara. Hasil akhirnya ialah reaksi peradangan yang disebut mastitis periductal. Jenis mastitis ini jarang terjadi.
  2. Mastitis puerperalis
    Ini disebabkan karena infeksi pada jaringan payudara. Mastitis ini terjadi pada wanita yang sedang menyusui karena adanya perpindahan kuman dari mulut bayi atau mulut dari suaminya. Kuman yang paling banyak menyebabkan mastitis puerperalis adalah Staphylococcus aureus. Selain itu kuman dapat masuk ke payudara karena suntik silikon atau injeksi kolagen sehingga menyebabkan peradangan. Pada mastitis puerperalis kuman berasal dari luar yang masuk ke dalam payudara.
  3. Mastitis supurativa
    Mastitis jenis ini ialah yang paling sering ditemui. Mirip dengan jenis sebelumnya, mastitis jenis ini juga disebabkan kuman staphylococcus. Selain itu bisa juga disebabkan oleh jamur, kuman TBC, bahkan sifilis. Mastitis jenis ini harus mendapatkan penanganan yang tepat dan cepat agar tidak terjadi abses atau luka bernanah dalam jaringan payudara. Kuman dari mastitis supurative berasal dari dalam tubuh yang masuk ke dalam jaringan payudara lewat aliran darah.

TANDA-TANDA INFEKSI PAYUDARA ATAU MASTITIS

Ada beberapa tanda-tanda infeksi payudara yaitu:
  • Pembesaran payudara hanya pada satu sisi
  • Nyeri dan bengkak pada payudara yang terkena infeksi
  • Demam, mual dan muntah. Semua gejala infeksi payudara hampir disertai dengan demam, adapun gejala mual dan muntah tidak selalu muncul.
  • Keluar cairan dari puting payudara, dapat berupa bening hingga pus (nanah).
  • Bengkak, nyeri, terasa panas dan kemerahan pada payudara yang terkena infeksi
  • Pembesaran jaringan limfe ketiak jika infeksi telah menyebar keluar dari payudara.
  • Rasa panas dingin disertai kenaikan suhu
  • Demam, sakit-sakit seperti flu, serta payudara terasa panas dan lembek.
  • Penderita merasa lesu
  • Tidak ada nafsu makan
  • Mamma membesar/ bengkak dan nyeri
  • Mamma merah
  • Nyeri perabaan
  • Kadang terjadi abses
  • Nanah yang menyebar ke bagian tubuh lain dapat menyebabkan meriang/demam tinggi dan menggigil, keringat banyak, turunnya daya tahan tubuh, bahkan hingga menurunnya kesadaran.

DIAGNOSA INFEKSI PAYUDARA

Umumnya diagnosa infeksi payudara sangatlah mudah yaitu dengan adanya gejala – gejala di atas disertai dengan pemeriksaan fisik pada payudara yang mengalami infeksi, seorang dokter sudah bisa mendiagnosa infeksi payudara. Adapun pemeriksaan pelengkap untuk mendiagnosa infeksi payudara adalah dengan kultur bakteri untuk mengetahui jenis bakterinya, dan biopsi untuk mengambil contoh jaringan payudara yang mengalami infeksi dan sudah mengalami abses. Pemeriksaan lainnya adalah mammografi.


PENCEGAHAN

Mastitis atau infeksi payudara dapat dicegah dengan melakukan beberapa hal sebagai berikut:

  1. Perawatan puting susu atau perawatan payudara
    Perawatan ini dilakukan dengan membersihkan puting susu sebelum dan sesudah menyusui untuk menghilangkan kerak dan susu yang sudah mengering. Selain itu bayi juga harus terbebas dari infeksi stafilokokus. Bila ada retak atau luka pada puting, sebaiknya bayi tidak menyusu pada mamma yang bersangkutan sampai luka itu sembuh. Air susu ibu dikeluarkan dengan pijatan. Pengurutan payudara sebelum laktasi merupakan salah satu tindakan yang sangat efektif untuk menghindari terjadinya sumbatan pada duktus. 
  2. Usahakan untuk selalu menyusui dengan posisi dan sikap yang benar. Menggunakan penyangga bantal saat menyusui juga cukup membantu menciptakan posisi menyusui yang lebih baik.
  3. Menggunakan bra atau pakaian dalam yang memiliki penyangga yang baik pada bagian payudaranya.
  4. Susukan bayi setiap saat tanpa jadwal. Susui bayi sesering mungkin dan jangan memperpanjang jarak antar tiap waktu menyusui.
  5. Keluarkan kelebihan ASI dengan segera. ASI yang tidak dikeluarkan akan menumpuk dan menimbulkan penyumbatan di dalam payudara yang dapat berujung peradangan. Jika payudara sudah terasa penuh ASI, bujuklah bayi untuk menyusui. 

KOMPLIKASI INFEKSI PAYUDARA

Jika infeksi payudara sangat berat maka kemungkinan dapat terjadi abses. Jika telah terjadi abses maka pengobatannya adalah dengan melakukan drainase yaitu pembersihan dan pengaliran cairan dan nanah pada payudara yang mengalami abses.


PENANGANAN 

Beberapa tindakan yang dapat dilakukan pada infeksi payudara yaitu :
  1. Istirahat
    Istirahat akan menghilangkan stres dan meningkatkan kekebalan tubuh. 
  2. Kompres payudara.
    Secara bergantian, kompres payudara dengan kompres hangat dan dingin. Kompres dingin menghilangkan rasa nyeri, sedangkan kompres panas membantu memerangi peradangan. 
  3. Pijat daerah yang sakit. Pemijatan akan meningkatkan sirkulasi, mengurangi penyumbatan payudara serta membantu meningkatkan faktor imunitas di payudara. Pijatlah payudara sambil mandi air hangat atau berendam air hangat. 
  4.  Jangan berhenti menyusui meskipun payudara meradang. Penghentian ini dapat menyebabkan terjadinya infeksi kuman penyakit pada payudara yang dapat berlanjut menjadi abses payudara (payudara bernanah). 
  5. Susuilah lebih sering di payudara yang meradang.Susuilah payudara yang meradang sampai kosong, karena apabila ada yang tersisa akan lebih mudah terinfeksi lagi. Sebaiknya langsung susui bayi (jangan dipompa), kecuali jika terpaksa karena bayi menolak menyusu, keluarkan ASI dengan tangan atau dipompa. Mulailah menyusui dengan payudara yang sehat, setelah itu baru ganti ke payudara yang sakit. Cara ini akan mengurangi nyeri saat menyusu.
  6. Apabila bayi menolak untuk menyusu pada payudara yang meradang, ini dapat disebabkan karena peradangan kelenjar susu meningkatkan kadar sodium (garam) pada ASI sehingga rasanya jadi asin. Kebanyakan bayi tidak menyadari rasa asin ini, tetapi ada bayi yang menolak untuk meminumnya. Apabila bayi menolak, mulailah menyusui dari payudara yang sehat, baru selanjutnya tukar ke payudara yang meradang. 
  7. Sangga payudara dengan menggunakan bra atau pakaian dalam yang mampu menyangga payudara dengan baik
  8. Apabila peradangan terus berlanjut atau sudah terjadi abses, sebaiknya payudara yang sakit tidak boleh disusukan karena mungkin memerlukan tindakan bedah dan segeralah periksa ke dokter. 

REFERENSI
Manuaba. 1998. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan Keluarga Berencana untuk Pendidikan Bidan. Jakarta: EGC.
Prawiroharjo, Sarwono. 2008. Ilmu Kandungan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka.
Prawiroharjo, Sarwono. 2007. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka.
Prawiroharjo, Sarwono. 2007. Ilmu Kebidanan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka.
Pusdiknakes WHO, JHPIEGO, 2003. Asuhan Ante Natal.

No comments:

Post a Comment