Wednesday, November 26, 2014

KEHAMILAN DENGAN ASTHMA

1.1  Kajian Teori
1.1.1    Pengertian
Asthma Bronkiale merupakan salah satu penyakit saluran nafas yang sering dijumpai dalam kehamilan dan persalinan. Pengaruh kehamilan terhadap timbulnya asma tidak sama pada setiap penderita, bahkan pada seorang penderita asma, serangannya tak sama pada kehamilan pertama dan berikutnya. Kurang dari sepertiga penderita asthma akan membaik dalam kehamila, lebih dari 1/3 akan menetap, serta kurang dari 1/3 lagi akan menjadi buruk atau serangan bertambah. Biasanya serangan akan timbul mulai UK 24-36 minggu dan pada akhir kehamilan jarang terjadi serangan. (Sarwono Prawirohardjo, 2002)

1.1.2        Tanda dan Gejala Ibu Hamil Menderita Asthma
1)      Gejala dan tanda yang khas:
·         Wheezing
2)      Gejala dan tanda yang kadamg-kadang ada:
·         Batuk dengan dahak
·         Ronkhi
·         Rales

1.1.3        Masalah
Pemeriksaan yang dilakukan oleh tim ahli asthma Kalifornia (tahun 1983) pada 120 kasus asthma yang hamil, dan terkontrol baik, terdapat 90% dari penderita tidak pernah dapat serangan dalam persalinan, 2,2% menderita serangan ringan dan hanya 0,2% yang menderita asthma berat yang dapat ditasi dengan obat-obat intravena. Pengaruh asma pada ibu dan janin sangat tergantung dari sering dan beratnya serangan, karena ibu dan janin akan kekurangan oksigen (O2) atau hipoksia. Keadaan hipoksia bila tidak segera diatasi tentu akan berpengaruh pada janin dan sering terjadi keguguran, partus premature atau berat janin tidak sesuai dengan usia kehamilan (gangguan petumbuhan janin). (Sarwono Prawirohardjo, 2002)

1.1.4        Etiologi
Factor pencetus timbulnya asma antara lain zat-zat alergi, infeksi saluran nafas, pengaruh udara dan factor psikis. Penderita selama kehamilan perlu mendapat pengawasan yang baik, biasanya penderita mengeluh nafas pendek, berbunyi, sesak, dan batuk-batuk. Diagnosis dapat ditegakkan seperti asma diluar kehamilan.

1.1.5        Penatalaksanaan
Penanganan yang bisa diberikan pada ibu hamil yang disertai dengan penyakit asthma yaitu:
1)      Mencegah timbulnya stress
2)      Pemeriksaan oto thoraks dan laboratorium
3)      Gunakan alat monitor fungsi vital
4)      Menghindari factor resiko/pencetus yang sudah diketahui secara intensif.
5)      Mencegah penggunaan obat seperti aspirin dan semacamnya yang dapat menjadi pencetus timbulnya serangan
6)      Pada asma yang ringan dapat digunakan obat-obat local yang berbentuk inhalasi, atau peroral seperti isoproterenol
7)      Pada keadaan lebih berat penderita harus dirawat dan serangan dapat dihilangkan dengan atau lebih dari obat dibawah ini:
a.       Epinefrin yang telah dilarutkan (1:1000), 0,2-0,5 ml disuntikan SC
b.      Isoproterenol (1:100) berupa inhalasi 3-7 hari
c.       Oksigen
d.       Aminopilin 250-500 mg (6mg/kg) dalam infus glukosa 5 %
e.       Hidrokortison 260-1000 mg IV pelan-pelan atau per infus dalam D10%

Hindari penggunaan obat-obat yang mengandung iodium karena dapat membuat gangguan pada janin, dan berikan antibiotika kalau ada sangkaan terdapat infeksi. Upayakan persalinan secara spontan namun bila pasien berada dalam serangan, lakukan VE atau Forcep. SC atas indikasi asma jarang atau tak pernah dilakukan. Jangan berikan analgesik yang mengandung histamin tapi pilihlah morfin atau analgesik epidural.
Dokter sebaiknya memilih obat yang tidak mempengaruhi ASI. Aminopilin dapat terkandung dalam ASI sehingga bayi mengalami gangguan pencernaan, gelisah, dan ganggguan tidur. Namun obat anti asma lainnya dan kortikosteroid umumnya tidak berbahaya karena kadarnya dalam ASI sangat kecil.

No comments:

Post a Comment