Friday, November 14, 2014

GANGGUAN SERIUS PADA BAYI BARU LAHIR

Beberapa gangguan atau kelainan yang sering terjadi pada bayi baru lahir :
1.      Kelainan Jantung
Insiden 17,9 per 10.000 kelahiran (ONS, 2001).
Masalah jantung dapat menyebabkan pemburukan pada kondisi bayi setelah kelahiran, terutama bila sirkulasi masih bergantung pada duktus arteriosusnya yang masih terbuka (Newel et la., 1997).
Bayi biasanya menunjukan hal – hal sebagai berikut :
·         Tanda gagal jantung :
-          Sesak nafas
-          Takikardia
·         Sianosis, termasuk ketika menyusu atau menangis, gagal menyelesaikan proses menyusu.
2.      Sindrom Down
Insiden 6,0 per 10.000 kelahiran (ONS, 2001)
Meskipun kemampuan tiap bayi bervariasi, bayi dengan sindrom Down akan mengembangkan kepribadian dan ciri khasnya seperti anak lain. Bayi dan anak dengan sindrom Down biasanya agak lambat mencapai tugas perkembangannya dan mereka mengalami berbagai derajat kesulitan belajar juga beberapa ciri khas sindrom Down lainnya (DSA, 2001).
Minoritas bayi tidak dapat bertahan sampai masa baru lahir karena penyakit jantung kongenital mayor, juga kemungkinan menderita kelainan gastrointestinal, seperti atresia esofagus, atresia duodenum, dan/atau anus imperforata.
Diagnosis dicurigai saat lahir, namun darah dapat diambil untuk pemeriksaan kromosom karena hasilnya harus menunggu beberapa saat. Bayi dengan sindrom Down memiliki ciri – ciri sebagai berikut :
·         Mata miring berbentuk buah salmon dengan kelebihan lipatan kulit (lipatan epikantus).
·         Mulut kecil umumnya dengan lidah yang menonjol.
·         Oksiput datar dengan leher kurus.
·         Tangan lebar, jari pendek, jari manis pendek melengkung ke dalam, dan kadang lipatan telapak tunggal (simian).
·         Saat memegang bayi biasanya terasa lunglai. Namun hal ini akan membaik saat bayi semakin besar.
Beberapa bayi dengan sindrom Down tidak memiliki kekuatan dan keinginan menyusu pada hari – hari awal. Masalah ini, dan pengoordinasian antara menyusu dan bernafas, biasanya akan hilang dalam 2 minggu pertama, meskipun bisa juga memerlukan waktu yang lebih lama bila menyusu ASI, dan peningkatan berat badan lambat (DSA, 2001)
3.      Sumbing bibir dan/atau sumbing palatum
Insiden : sumbing bibir hanya 2,2 per 10.000 kelahiran; sumbing palatum hanya 3,2 per 10.000 kelahiran; sumbing bibir dan palatum 3,8 per 10.000 kelahiran (ONS, 2001).
Tindakan pembedahan dilakukan bergantung pada jenis sumbing. Sumbing bibir diperbaiki dalam 6 bulan pertama, beberapa kasus dalam sebulan setelah lahir. Sumbing palatum biasanya diperbaiki saat bayi mencapai umur satu tahun (CLAPA, 2003).
Bayi dengan sumbing palatum mudah tersedak dan berisiko mengalami aspirasi bila dipaksa menyusu. Untuk mencegah tersedak / aspirasi, jangan posisikan bayi terlentang saat menyusu (Martin & Bannister, 2003).
Bayi dengan sumbing palatum mempunyai posisi otot elevator dan tenor Palatine yang salah, akibatnya gerakan langitan lunak tidak efisien untuk menciptakan tekanan negatif dan dapat menyebabkan kesulitan saat menyusu, meskipun tampaknya bayi seperti menyusu dengan baik. Pengatupan bibir harus dibantu agar menjamin bayi mampu menghisap payudara dan tidak lepas, dan memungkinkan bayi benar – benar berhasil menghisap ASI (Martin & Bannister, 2003).
4.      Gastroskisis / Eksomfalos
Insiden gastroskisis 1,8 per 10.000 kelahiran; eksomfalos 1,0 per 10.000 kelahiran (ONS, 2001).
Kelainan ini merupakan herniasi isi abdomen pada umbilikus.
Eksomfalos adalah herniasi isi perut ke bagian ekstra-embrionik tali pusat sehingga ditutupi oleh kantong membran. Eksomfalos kadang berhubungan dengan efek kromosom lain, seperti sindrom Edward (Hull & Johnston, 1999).
Gastroskisis adalah penonjolan kulit melalui dinding abdomen (biasanya di sebelah kanan tali pusat yang sehat). Usus tidak tertutup sehingga berisiko infeksi dan trauma. Gastroskisis biasanya tidak berhubungan dengan abnormalitas kromosom (Hull & Johnston, 1999).
Keberhasilan pembedahan bergantung pada ukuran dan derajat herniasi yang terjadi karena terkadang terjadi nekrosis usus. Pada saat lahir tutuplah dengan selembar film yang tidak lengket untuk mencegah trauma dan sepsis sampai pembedahan darurat dilakukan. Cairan intravena diberikan untuk mengompensasi kehilangan panas dan cairan (Baston & Durward, 2001).
5.      Hernia diafragmatika
Insiden 1,4 per 10.000 kelahiran (Office for National Statistics, 2003).
Hernia diafragmatika adalah herniasi lambung dan organ disekitarnya, seperti hepar, limpa dan usus melalui diafragma dan ke dalam rongga dada. Bayi mungkin sebelumnya terdiagnosa dengan pemindaian ultrasuara atau diagnosis ditegakan saat lahir. Bila ditemukan dengan derajat berat in utero, paru tidak dapat berkembang baik sehingga prognosisnya sangat buruk.
Beberapa herniasi dapat terjadi saat lahir atau setelahnya, dan semuanya memerlukan penanganan darurat karena paru tidak dapat berkembang dengan sempurna dan jantung tergeser. Bila kondisi ini terdiagnosis sejak hamil, bayi harus dilahirkan di unit spesialis dan diresusitasi dengan intubasi endotrakea saat lahir. Tekanan positif dengan masker harus dihindari. Resusitasi dan masker terbukti fatal karena akan meningkatkan tekanan hernia ke paru dan jantung, serta semakin memperburuk respirasi (Boston & Durward, 2001).
Ciri – ciri bayi dengan hernia diafragmatik :
·         Polihidramnion selama kehamilan
·         Abdomen tampak kosong
·         Distres respirasi berat dan sianosis saat lahir
Pembedahan darurat adalah menyelamatkan nyawa karena hipoksia mengakibatkan mortalitas tinggi, terutama pada bayi prematur, yaitu sebagai berikut :
·         Lakukan intubasi dan ventilasi
·         Masukan selang nasogastrik kaku ke lambung untuk drainase guna menghindari akumulasi udara dalam usus yang mengalami herniasi (Baston & Duward, 2001).
6.      Sindrom Edward
Insiden 1,0 per 10.000 kelahiran (Office for National Statistics, 2003)
Kondisi ini sering terjadi pada bayi wanita (SOFT, 2003) dan biasanya fatal selama Minggu pertama kehidupan karena penyakit jantung kongenital hampir selalu ada dan biasanya merupakan penyebab langsung kematian. Kebanyakan bayi (90%) meninggal pada tahun pertama kehidupan (Baston & Duward, 2001).
Bayi biasanya menunjukan ciri – ciri berikut :
·         Tengkorak sempit panjang dengan letak malformasi telinga rendah
·         Tumit menonjol, kaki “rocker bottom”
·         Abnormalitas jantung dan defisiensi mental umum terjadi
7.      Spina bifida
Insiden 1,0 per 10.000 kelahiran (ONS, 2001)
Spina bifida mmiliki berbagai derajat berat, dan anak yang terkena kondisi ini biasanya cukup mampu memasuki pendidikan umum (ASBAH, 2003). Lesi dapat berkisar dimanapun sepanjang korda spinalis, dengan berbagai derajat mulai dari yang kurang serius dan biasanya spina bifida okulta tidak bergejala (sering hanya tampak sebagai lesung) sampai koda spinalis yang terbuka – spina bifida sistika.  Bila terdapat kantung di atas korda maka dinamakan meningokel atau bila saraf terlibat/terpapar dalam kantung maka dinamakan mielomeningokel dan ini merupakan yang paling serius. Kerusakan neurologis biasanya terjadi di bawah tinggi lesi yang bisa berupa paralisis fisik, kesulitan berjalan, serta masalah kontrol berkemih dan defekasi (ASBAH, 2003).
Anak yang terkena spina bifida cenderung lambat duduk berdiri tetapi kebanyakan bisa berjalan dengan bantuan, yang lain mungkin memerlukan kursi roda (ASBAH, 2003).
8.      Atresia trakeo-eksofagus
Insiden atresia esofagus 0,4 per 10.000 kelahiran; fistula esofagus 0,7 per 10.000 kelahiran (ONS, 2001).
Atresia esofagus adalah tiadanya muara esofagus. Biasanya berhubungan dengan polihidramnion pada ibu. Fistula trakeo-esofagus adalah kelainan kongenital antara muara trake dan esofagus bagian bawah.
Bayi biasanya menunjukan hal – hal sebagai berikut :
·         Polihidramnion
·         Liur banyak berbuih yang memerlukan pengisapan untuk membantu bayi membersihkannya.
·         Tersedak, bahkan sianosis akibat pengumpulan lendir.
Penanganan meliputi hal-hal sebagai berikut :
·         Slang nasogastrik kaku dicoba dipasang namun biasanya tidak dapat masuk ke bagian bawah esofagus. Pada kasus fistula, slang harus disinar-x untuk mengidentifikasi posisinya.
·         Bayi tidak boleh disusui dan memerlukan pengisapan berulang.
·         Jangan menidurkan bayi telentang karena dapat mengakibatkan aspirasi
·         Pembedahan korektif diperlukan sesegera mungkin.
9.      Sindrom Pierre Robin
Insiden 0,6 per 10.000 kelahiran (Office for National Statistic, 2003).
Sindrom Pierre Robin merupakan abnormalitas daerah mandibula pada bayi yang normal. Tulang rahang akan tumbuh dan membaik ketika dewasa. Pada hari – hari pertama kehidupannya (dan pada kasus berat berbuloan - bulan), bayi dapat mengalami kesulitan belajar mengoordinasikan minum dan bernafas karena lidah cenderung menggulung ke atas dan jatuh ke belakang, ini dapat mengobstruksi jalan nafas (Patton, 2003). Bayi tidak boleh diletakan tidur telentang karena komplikasi bisa terjadi pada kasus berat. Kebanyakan bayi bisa belajar bagaimana berbaring dan menghindari agar lidahnya tidak terperangkap di celah. Sementara kebanyakan bayi dapat mengatasi dengan baik namun sebagian kecil memerlukan bantuan bernafas yang bisa meliputi penggunaan nasal prong atau trakeostomi.
Biasanya bayi menunjukan hal – hal sebagai berikut :
·         Rahang bawah kecil
·         Sumbing palatum garis tengah tanpa sumbing bibir atau palatum dengan lengkung tinggi
·         Glosoptosis – lidah menonjol
10.  Sindrom Patau
Insiden 0,3 per 10.000 kelahiran (Office for National Statistic, 2003).
Sindrom Patau cukup jarang dan bayi memiliki retardasi mental juga masalah jantung. Mayoritas (82%) bayi tidak akan hidup di atas satu bulan kehidupan.
Bayi biasanya menunjukan hal – hal sebagai berikut :
·         Kepala berbentuk abnormal, hidung pesek dengan malformasi telinga letak rendah, sumbing bibir dan/atau sumbing palatum.
·         Tumpang tindih jari – jari dan kelebihan jari
11.  Agenesis ginjal
Insiden 0,1 per 10.000 kelahiran (Office for National Statistic, 2003).

Banyak bayi yang mengalami Agnesis ginjal lahir mati atau mati saat dilahirkan akibat hipoplasia paru (paru belum berkembang normal). Ibu mengalami oligohidramnion, dengan efek kompresi yang tampak jelas pada bayi – talipes ekwinovarus, dislokasi sendi panggul, wajah terperas, dan hidung pesek. Tanda paling jelas adalah telinga tanpa kartilago besar dan letak rendah.

No comments:

Post a Comment