Pendahuluan
Metode kalender atau pantang berkala
merupakan metode keluarga berencana alamiah (KBA) yang paling tua. Pencetus KBA
sistem kalender adalah dr. Knaus (ahli kebidanan dari Vienna) dan dr. Ogino
(ahli ginekologi dari Jepang). Metode kalender ini berdasarkan pada siklus
haid/menstruasi wanita.
Knaus berpendapat bahwa ovulasi terjadi
tepat 14 hari sebelum menstruasi berikutnya. Sedangkan Ogino berpendapat bahwa
ovulasi tidak selalu terjadi tepat 14 hari sebelum menstruasi, tetapi dapat
terjadi antara 12 atau 16 hari sebelum menstruasi berikutnya. Hasil penelitian
kedua ahli ini menjadi dasar dari KBA sistem kalender.
Pengertian
Metode kalender atau pantang berkala adalah
cara/metode kontrasepsi sederhana yang dilakukan oleh pasangan suami istri dengan
tidak melakukan senggama atau hubungan seksual pada masa subur/ovulasi.
Manfaat
Metode kalender atau pantang berkala dapat
bermanfaat sebagai kontrasepsi maupun konsepsi.
Manfaat kontrasepsi
Sebagai alat pengendalian kelahiran atau
mencegah kehamilan.
Manfaat konsepsi
Dapat digunakan oleh para pasangan untuk
mengharapkan bayi dengan melakukan hubungan seksual saat masa subur/ovulasi
untuk meningkatkan kesempatan bisa hamil.
Keuntungan
Metode kalender atau pantang berkala
mempunyai keuntungan sebagai berikut:
·
Metode kalender atau pantang
berkala lebih sederhana.
·
Dapat digunakan oleh setiap
wanita yang sehat.
·
Tidak membutuhkan alat atau
pemeriksaan khusus dalam penerapannya.
·
Tidak mengganggu pada saat
berhubungan seksual.
·
Kontrasepsi dengan menggunakan
metode kalender dapat menghindari resiko kesehatan yang berhubungan dengan
kontrasepsi.
·
Tidak memerlukan biaya.
·
Tidak memerlukan tempat
pelayanan kontrasepsi.
Keterbatasan
Sebagai metode sederhana dan alami, metode
kalender atau pantang berkala ini juga memiliki keterbatasan, antara lain:
·
Memerlukan kerjasama yang baik
antara suami istri.
·
Harus
ada motivasi dan disiplin pasangan dalam menjalankannya.
·
Pasangan suami istri tidak
dapat melakukan hubungan seksual setiap saat.
·
Pasangan
suami istri harus tahu masa subur dan masa tidak subur.
·
Harus
mengamati sikus menstruasi minimal enam kali siklus.
·
Siklus
menstruasi yang tidak teratur (menjadi penghambat).
·
Lebih
efektif bila dikombinasikan dengan metode kontrasepsi lain.
Efektifitas
Metode kalender akan lebih efektif bila
dilakukan dengan baik dan benar. Sebelum menggunakan metode kalender ini, pasangan suami istri harus
mengetahui masa subur. Padahal, masa subur setiap wanita tidaklah sama. Oleh
karena itu, diperlukan pengamatan minimal enam kali siklus menstruasi. Selain
itu, metode ini juga akan lebih efektif bila digunakan bersama dengan metode
kontrasepsi lain. Berdasarkan penelitian dr. Johnson dan kawan-kawan di Sidney,
metode kalender akan efektif tiga kali lipat bila dikombinasikan dengan metode
simptothermal. Angka kegagalan penggunaan metode
kalender adalah 14 per 100 wanita per tahun.
Faktor Penyebab Metode Kalender Tidak
Efektif
Hal yang dapat menyebabkan metode kalender
menjadi tidak efektif adalah:
·
Penentuan masa tidak subur
didasarkan pada kemampuan hidup sel sperma dalam saluran reproduksi (sperma
mampu bertahan selama 3 hari).
·
Anggapan bahwa perdarahan yang
datang bersamaan dengan ovulasi, diinterpretasikan sebagai menstruasi. Hal ini
menyebabkan perhitungan masa tidak subur sebelum dan setelah ovulasi menjadi
tidak tepat.
·
Penentuan masa tidak subur
tidak didasarkan pada siklus menstruasi sendiri.
·
Kurangnya pemahaman tentang
hubungan masa subur/ovulasi dengan perubahan jenis mukus/lendir serviks yang
menyertainya.
·
Anggapan
bahwa hari pertama menstruasi dihitung dari berakhirnya perdarahan menstruasi. Hal ini menyebabkan penentuan masa tidak subur menjadi tidak tepat.
Penerapan
Hal yang perlu diperhatikan pada siklus
menstruasi wanita sehat ada tiga tahapan:
·
Pre ovulatory infertility phase
(masa tidak subur sebelum ovulasi).
·
Fertility phase (masa subur).
·
Post ovulatory infertility
phase (masa tidak subur setelah ovulasi).
Perhitungan masa
subur ini akan efektif bila siklus menstruasinya normal yaitu 21-35 hari.
Pemantauan jumlah hari pada setiap siklus menstruasi dilakukan minimal enam
kali siklus berturut-turut. Kemudian hitung periode
masa subur dengan melihat data yang telah dicatat.
Bila haid teratur (28 hari)
Hari pertama dalam siklus haid dihitung
sebagai hari ke-1 dan masa subur adalah hari ke-12 hingga hari ke- 16 dalam
siklus haid.
Contoh:
Seorang wanita/istri mendapat haid mulai
tanggal 9 Maret. Tanggal 9 Maret ini dihitung sebagai hari ke-1. Maka hari
ke-12 jatuh pada tanggal 20 Maret dan hari ke 16 jatuh pada tanggal 24 Maret. Jadi masa subur yaitu sejak tanggal 20
Maret hingga tanggal 24 Maret. Sehingga pada masa ini merupakan masa pantang
untuk melakukan senggama. Apabila ingin melakukan hubungan seksual harus
menggunakan kontrasepsi.
Bila haid tidak
teratur
Jumlah hari
terpendek dalam 6 kali siklus haid dikurangi 18. Hitungan ini menentukan hari
pertama masa subur. Jumlah hari terpanjang selama 6 siklus haid dikurangi 11.
Hitungan ini menentukan hari terakhir masa subur.
Rumus :
Hari pertama masa
subur = Jumlah hari terpendek – 18
Hari terakhir
masa subur = Jumlah hari terpanjang – 11
Contoh:
Seorang wanita/istri mendapat haid dengan
siklus terpendek 25 hari dan siklus terpanjang 30 hari (mulai hari pertama haid
sampai haid berikutnya).
Langkah 1 : 25 – 18 = 7
Langkah 2 : 30 – 11 = 19
Jadi masa suburnya adalah mulai hari ke-7
sampai hari ke-19. Sehingga masa ini, suami istri tidak boleh melakukan
senggama. Apabila ingin melakukan senggama harus menggunakan kontrasepsi.
No comments:
Post a Comment