Saturday, November 15, 2014

HYMEN IMPERFORATA

  1. DEFINISI
Hymen imperforata/ Atresia hymen merupakan hymen dengan membrane yang solid tanpa lubang. Hymen imperforata merupakan salah satu dari penyebab Pseudoamenorrhea / Cryptomenorrhea (haid ada, tetapi darah haid tidak keluar) yangbersifat kongenital dan abnormalitas ini terjadi pada bagian distal saluran genitalia wanita.

  1. ETIOLOGI
Hymen imperforata merupakan suatu malformasi kongenital tetapi dapat juga terjadiakibat jaringan parut oklusif karena sebelumnya terjadi cedera atau infeksi. Secaraembriologi, hymen merupakan sambungan antara bulbus sinovaginal dengan sinusurogenital, berbentuk membrane mukosa yang tipis. Hymen berasal dari endodermepitel sinus urogenital, dan bukan berasal dari duktus mullerian. Hymen mengalamiperforasi selama masa embrional untuk mempertahankan hubungan antara lumenvagina dan vestibulum. Hymen merupakan lipatan membrane irregular dengan berbagaijenis ketebalan yang menutupi sebagian orifisium vagina, terletak mulai dari dindingbawah uretra sampai ke fossa navikularis.
            Hymen Imperforata terbentuk karena ada bagian yang persisten dari membranurogenital dan terjadi ketika mesoderm dari primitive streak yang abnormal terbagimenjadi bagian urogenital dari membran cloacal. Hymen Imperforata tanpa mukokolposyang berasal dari jaringan fibrous dan jaringan lunak antara labium minora sulitdibedakan dengan tidak adanya vagina. Aplasia dan atresia vagina terjadi karenakegagalan perkembangan duktus mullerian, sehingga vagina tidak terbentuk danlubang vagina hanya berupa lekukan kloaka. Pokorny & Kozinetz (1988) menerangkan bahwa secara anatomi, hymen pada wanita usia prepubertas (anak-anak) dengan masalah organ genitalia, dijumpai konfigurasiberupa hymen fimbrae, sirkumferensial danposterior ring.



  1. GEJALA KLINIS
Sebagian kelainan ini tidak dikenali sebelum menarche, setelah itu akan terjadi molimenia menstrualia (nyeri yang siklik tanpa haid), yang dialami setiap bulan.Sesekali hymen imperforata ditemukan pada neonatus atau anak kecil. Vagina terisi cairan (sekret) yang disebut hidrokolpos. Bila diketahui sebelum pubertas, dan segera diberi penanganan asimptomatik, serta dilakukan hymenektomi, maka dari vagina akan keluar cairan mukoid yang merupakan kumpulan dari sekresi serviks.
            Kebanyakan pasien datang berobat pada usia 13-15 tahun, dimana gejala mulai tampak, tetapi menstruasi tidak terjadi. Darah menstruasi dari satu siklus menstruasi pertama atau kedua yang terkumpul di vagina belum menyebabkan peregangan vagina dan belum menimbulkan gejala.
Darah yang terkumpul di dalam vagina (hematokolpos) menyebabkan hymen tampak kebiru-biruan dan menonjol (hymen buldging ) akibat meregangnya membran mukosa hymen. Keluhan yang timbul pada pasien adalah rasa nyeri, kram pada perut selama menstruasi dan haid tidak keluar. Bila keadaan ini dibiarkan berlanjut maka darah haid akan mengakibatkan over distensi vagina dan kanalis servikalis, sehingga terjadi dilatasi dan darah haid akan mengisi kavum uteri (Hematometra).Tekanan intra uterin mengakibatkan darah dari kavum uteri juga dapat memasuki tubafallopi dan menyebabkan hemotosalfing karena terbentuknya adhesi (perlengketan) pada fimbriae dan ujung tuba, sehingga darah tidak masuk atau  hanya sedikit yang dapat  masuk ke kavum peritoneum membentuk hematoperitoneum. Gejala yang paling sering  terjadi  akibat over distensi  vagina, diantaranya rasa sakit perut bagian bawah, nyeri pelvis dan sakit di punggung bagian belakang.
Gangguan buang air kecil terjadi karena penekanan dari vagina yang distensi ke uretra dan menghambat pengosongan kandung kemih. Rasa sakit pada daerah supra pubik bersamaan dengan gangguan air kecil menimbulkan disuria, urgensi, inkontinensia over flow, selain itu juga dapat disertai penekanan pada rectum yang menimbulkan gangguan defekasi.  Gejala teraba massa di daerah supra pubik karena terjadinya pembesaran uterus,hematometra, distensi kandung kemih, hematoperitoneum, bahkan dapat terjadi iritasi menyebabkan peritonitis. Rock dkk (1997) mengamati 13 pasien hymen imperforata, 10 pasien diantaranya mengalami distensi uterus dan vagina yang luas, setelah diamati sampai usia dewasa,seluruh pasien mengalami endometriosis pelvik, diduga akibat menstruasi retrograde yang terjadi ke dalam rongga abdolmen, saat hymen imperforata belum tertangani

  1. PENATALAKSANAAN

a)      PEMERIKSAAN LABORATORIUM
·         Pemeriksaan laboratorium yang perlu dilakukan pemeriksaan darah rutin, dan urinalisa.

b)      PEMERIKSAAN IMAGING  
·         Foto abdomen (BNO-IVP), USG abdomen serta MRI Abdominal dan pelvis dapat memberikan gambaran imaging untuk uterovaginal anomaly.
·         Dengan USG dapat segera didiagnosis hematokolpos atau hematometrokolpos,Selain itu, transrectal ultrasonography dalam membantu delineating complex anatomy. Apabila dengan USG tidak jelas, diperlukan pemeriksaan MRI.
·         USG dan MRI sebagai pemeriksaan penunjang untuk mengetahui apakah ada kongenital anomali traktus urinaria yang menyertai.

c)      PEMERIKSAAN TAMBAHAN LAIN
·         Pemeriksaan Invasif tidak perlu dilakukan untuk membantu menegakkan diagnosis  sampai terapi definitif dilakukan, meningat pasien akan  merasa cemas (kebanyakan pasien usia muda/usia pubertas).
·         Laparoskopi direkomendasikan pada beberapa kasus tertentu untuk mengevakuasi menstruasi retrograde yang memasuki rongga pelvik dan intra-abdominal.  Prosedur ini diharapkan dapat meminimalisir potensi terjadinya endometriosis sekunder pada usia dewasa.





d)     TINDAKAN PEMBEDAHAN
Apabila hymen imperforata dijumpai sebelum pubertas, membran hymen dilakukan insisi/ hymenotomi dengan cara sederhana dengan melakukan insisi silang atau  dilakukan  pada posisi 2, 4, 8 dan 10 arah jarum jam disebut insisi stellate.
Pendapat lain mengatakan, bila dijumpai hymen imperforata pada anak kecil/ balita tanpa menimbulkan gejala, maka keadaan diawasi sampai anak lebih besar dan keadaan anatomi lebih jelas, dengan demikian dapat diketahui apakah yang terjadi hymen imperforata atau aplasia vagina.
Pada insisi silang tidak dilakukan eksisi membrane hymen, sementara pada insisi stellate setelah insisi dilakukan eksisi pada kuadran hymen dan pinggir mukosa hymen di aproksimasi dengan jahitan mempergunakan benang delayed-absorbable. Tindakan insisi saja tanpa disertai eksisi dapat mengakibatkan membrane hymen menyatu kembali dan obstruksi membrane hymen terjadi kembali. Untuk mencegah terjadinya jaringan parut dan stenosis yang mengakibatkan dispareunia, eksisi jaringan jangan dilakukan terlalu dekat dengan mukosa vagina.Setelah dilakukan insisi akan keluar darah berwarna merah tua kehitaman yang kental. Sebaiknya posisi pasien dibaringkan dengan posisi fowler. Selama 2-3 hari darah tetap akan mengalir, disertai dengan pengecilan vagina dan uterus. Selain itu, pemberian antibiotik profilaksis juga diperlukan. Evaluasi vagina dan uterus perlu dilakukan sampai 4-6 minggu paska pembedahan, bila uterus tidak mengecil, perlu dilakukan pemeriksaan inspeksi dan dilatasi serviks untuk memastikan drainase uterus berjalan dengan lancar. Bila hematokolpos belum keluar,instrumen intrauterine jangan dipergunakan karena bahaya perforasi dapat terjadi akibat peregangan uterus yang berlebihan.

REFERENSI
Wiknjosastro,Hanifa prof.dr. 2007. Ilmu Kandungan. Jakarta. Yayasan Bina Pustaka Sarwono      Prawirohardjo


No comments:

Post a Comment