1.
Definisi
Hiperemesis gravidarum merupakan suatu
keadaan mual dan muntah yang berat yang terjadi pada
kehamilan dan dapat berlangsung sampai 4 bulan.
Keadaan umum pasien menurun sehingga mengganggu aktivitas sehari-hari.2
Definisi lain menyatakan bahwa hiperemesis gravidarum merupakan suatu
keadaan muntah yang parah sampai menimbulkan penurunan berat badan, dehidrasi,
asidosis akibat berkurangnya sumber energi, alkalosis akibat hilangnya asam
hidroklorida saat muntah dan hipokalemia.
2.
Epidemiologi
Mual dan muntah terjadi pada 60-80% primigravida
dan 40-60% pada multigravida. Insiden hiperemesis gravidarum bervariasi pada
beberapa studi populasi, antara 50-90% tetapi kebanyakan berkisar antara
70-80%. Pada 20% kasus, hiperemesis gravidarum dapat menetap selama kehamilan. Suatu
penelitian di Klinik Mayo menemukan bahwa insiden hiperemesis gravidarum
terjadi sebanyak 1,6% dari 9500 persalinan. Studi lain menemukan lebih dari 46.000 wanita dan 0,8%
memerlukan perawatan di rumah sakit akibat hiperemesis. Di Amerika Serikat, hiperemesis gravidarum terjadi
antara 0,5-10 kasus per 1000 kehamilan.
Kejadian hiperemesis dapat
berulang pada wanita hamil. J. Fitzgerald (1938-1953) melakukan studi terhadap
159 wanita hamil di Aberdeen, Skotlandia, menemukan bahwa hiperemesis pada
kehamilan pertama merupakan faktor risiko untuk terjadinya hiperemesis pada
kehamilan berikutnya. Berdasarkan penelitian, dari 56 wanita yang kembali
hamil, 27 diantarnya mengalami hiperemesis pada kehamilan kedua dan 7 dari 19
wanita mengalami hiperemesis pada kehamilan ketiga.
3.
Etiologi
Penyebab hiperemesis gravidarum sampai saat ini belum
dapat diketahui secara pasti. Namun demikian ada beberapa faktor predisposisi yang
dapat mempengaruhi timbulnya penyakit ini, diantaranya :
1. Primigravida, mola hidatidosa dan kehamilan
ganda
Frekuensi yang tinggi pada mola hidatidosa dan kehamilan ganda
menimbulkan dugaan bahwa faktor hormon
memegang peranan, karena pada kedua keadaan tersebut hormon khorionik
gonadotropin (hCG) dibentuk secara berlebihan.
2.
Faktor Organik
Masuknya vili korialis dalam sirkulasi maternal dan perubahan metabolik
akibat hamil serta resistensi yang menurun dari pihak ibu terhadap perubahan
ini merupakan salah satu penyebab timbulnya hiperemesis gravidarum.
3.
Alergi
Merupakan respon ibu terhadap jaringan janin yang mulai terbentuk, juga
disebut sebagai salah satu faktor
organik terjadinya hiperemesis gravidarum.
4.
Faktor Psikologi
Faktor ini memegang peranan yang penting pada hiperemesis. Pada rumah
tangga yang retak, kehilangan pekerjaan,
takut terhadap kehamilan dan persalinan, takut terhadap tanggung jawab sebagai
ibu, akanmenimbulkan konflik mental yang dapat memperberat keadaan mual dan
muntah sebagai ekspresi tidak sadar terhadap keengganan menjadi hamil atau
sebagai pelarian dari berbagai masalah hidup.
4. Patofisiologi
Keluhan mual dan muntah terjadi pada trimester pertama
kehamilan sehingga dihubungkaan dengan peningkatan kadar estrogen dalam tubuh
wanita hamil. Pengaruh fisiologik hormon estrogen ini tidak jelas, mungkin
berasal dari sistem saraf pusat atau akibat berkurangnya pengosongan lambung.
Penyesuaian terjadi pada kebanyakan wanita hamil, meskipun demikian mual dan
muntah dapat berlangsung berbulan-bulan.
Hiperemesis gravidarum merupakan komplikasi mual dan
muntah pada hamil muda, hal ini dapat menyebabkan dehidrasi dan tidak
seimbangnya elektrolit tubuh bila terjadi terus-menerus. Belum jelas mengapa
gejala-gejala ini hanya terjadi pada sebagian kecil wanita, tetapi faktor psikologis
dikatakan merupakan faktor utama di samping faktor hormonal. Pada wanita yang
sebelum kehamilan sudah menderita lambung spastik dengan gejala tidak suka
makan dan mual, akan mengalami emesis gravidarum yang lebih berat.
Hiperemesis gravidarum dapat mengakibatkan cadangan
karbohidrat dan lemak terpakai habis untuk keperluan produksi energi. Karena
oksidasi lemak yang tidak sempurna, terjadilah ketosis sebagai akibat
tertimbunnya asam aseton-asetik, asam hidroksi butirik dan aseton dalam darah.
Kekurangan cairan yang diminum dan kehilangan cairan karena muntah menyebabkan
dehidrasi, sehingga cairan ekstraseluler dan plasma berkurang. Natrium dan
klorida darah menurun, demikian pula klorida urin. Selain itu dehidrasi juga
menyebabkan hemokonsentrasi, sehingga aliran darah ke jaringan berkurang. Hal
ini menyebabkan jumlah zat makanan dan oksigen yang diedarkan ke jaringan
berkurang dan tertimbunnya zat metabolik toksik. Kekurangan kalium sebagai
akibat dari muntah dan bertambahnya ekskresi melalui ginjalakan meningkatkan
frekuensi muntah, dapat timbul kerusakan pada hati, dan terjadilah lingkaran
setan yang sulit dihentikan. Disamping dehidrasi dan terganggunya keseimbangan
elektrolit, dapat terjadi robekan pada selaput lendir esophagus dan lambung
(sindroma Mallory-Weiss), dengan akibat pendarahan gastrointestinal. Pada
umumnya robekan ini ringan dan pendarahan dapat berhenti sendiri, jarang sampai
memerlukan transfusi dan tindakan operatif.
5.
Gejala dan Tanda
Menurut berat ringannya gejala, hiperemesis gravidarum
dapat dibagi dalam 3 tingkatan :
1. Tingkat I
Muntah terus menerus yang mempengaruhi
keadaan umum pasien. Ibu merasa lemah, tidak ada nafsu makan, berat badan
menurun dan nyeri ulu hati. Nadi meningkat hingga 100x/menit, tekanan darah
sistolik menurun, turgor berkurang, lidah mengering dan mata cekung.
2. Tingkat II
Penderia tampak lebih lemah dan
apatis, turgor lebih menurun, lidah kering dan tampak kotor. Nadi kecil dan
cepat, suhu kadang-kadang naik dan mata sedikit ikterus. Berat badan menurun,
mata cekung, tekanan darah menurun, terjadi hemokonsentrasi, oliguria dan
konstipasi. Aseton dapat tercium dari udara pernafasan dan dapat
pula ditemukan dalam urin.
3. Tingkat III
Keadaan umum lebih parah, muntah
berhenti, kesadaran somnolen sampai koma, nadi kecil dan cepat, suhu meningkat
dan tekanan darah menurun. Dapat terjadi komplikasi yang fatal pada susunan
saraf pusat yang dikenal sebagai Ensephalopati Wernickel, dengan gejala nistagmus, diplopia dan
perubahan mental. Keadaan ini diakibatkan oleh penurunan zat makanan, termasuk vitamin B
kompleks.
6. Diagnosis
Diagnosis hiperemesis gravidarum
ditegakkan melalui anamnesis, pemeriksaan fisik, serta pemeriksaan penunjang.
Dari anamnesis didapatkan amenorea, tanda kehamilan muda, dan muntah
terus-menerus. Pada pemeriksaan fisik didapatkan keadaan pasien lemah, apatis
sampai koma, nadi meningkat sampai 100 kali/menit, suhu meningkat, tekanan
darah menurun, atau ada tanda dehidrasi yang lain.
Pemeriksaan penunjang dilakukan untuk membantu menegakkan diagnosis dan untuk menyingkirkan diagnosis banding. Pemeriksaan yang dilakukan adalah darah
lengkap, urinalisis, gula darah, elektrolit, USG (pemeriksaan penunjang dasar),
analisis gas darah, tes fungsi hati dan ginjal, serta antibodi Helicobacter
pylori (pemeriksaan penunjang pelengkap). Pada kondisi tertentu dapat pula
diperiksa amilase, lipase, TSH. Pemeriksaan laboratorium umumnya menunjukan
tanda-tanda dehidrasi dan pemeriksaan berat jenis urin, ketonuria, peningkatan blood urea nitrogen, kreatinin dan
hematokrit. Kelainan elektrolit dan asam basa dapat dijumpai seperti
hipokloremia, hiponatremia, dan asidosis. Peningkatan aminotransferase serum
dan kadar bilirubin total juga mungkin dapat ditemukan.
7. Diagnosis
Banding
Penyakit-penyakit yang sering menyertai wanita
hamil dengan gejala muntah-muntah yang hebat harus dipikirkan. Beberapa
penyakit tersebut antara lain :
1. Appendisitis Akut
Pada pasien hamil dengan appendisitis
akut, keluhan nyeri tekan pada perut sangat menonjol sedangkan pada pasien hamil
yang tanpa appendisitis akut keluhan tersebut sedikit bahkan tidak ada.
Tanda-tanda defance musculare dan rebound tenderness juga bisa dijadikan
petunjuk untuk membedakan wanita hamil dengan apendisitis akut dan tanpa
appendisitis akut.
2. Ketoasidosis Diabetes
Pasien dicurigai menderita
ketoasidosis diabetes jika sebelum hamil mempunyai riwayat diabetes atau
diketahui pertama kali saat hamil apalagi disertai dengan penurunan kesadaran
dan pernafasan Kussmaul. Perlu dilakukan pemeriksaan keton urin untuk mendapatkan
badan keton pada urin, pemeriksaan gula darah, dan pemeriksaan gas darah.
3. Gastritis dan Ulkus Peptikum
Pasien dicurigai menderita gastritis
dan ulkus peptikum jika pasien mempunyai riwayat makan yang tidak teratur, dan
sering menggunakan obat-obat analgetik non steroid (NSAID). Keluhan nyeri
epigastrium tidak terlalu dapat membedakan antara wanita hamil yang tanpa
gastritis/ulkus peptikum karena hampir semua pasien dengan hiperemesis
gravidarum mempunyai keluhan nyeri epigastrium yang hebat. Pemeriksaan
endoskopi perlu dihindari karena berisiko dapat menyebabkan persalinan preterm.
Pasien dengan gastroenteritis selain menunjukkan gejala muntah-muntah, juga
biasanya diikuti dengan diare.
4. Hepatitis
Pasien hepatitis yang menunjukkan
gejala mual-muntah yang hebat biasanya sudah menunjukkan gejala ikterus yang
nyata disertai peningkatan SGOT dan SGPT yang nyata.
5. Pankreatitis Akut
Pasien dengan pankreatitis biasanya
mempunyai riwayat konsumsi minuman beralkohol berat. Gejala klinis yang
dijumpai berupa nyeri epigastrium, kadang-kadang agak ke kiri atau ke kanan.
Rasa nyeri dapat menjalar ke punggung, kadang-kadang menyebar di abdomen hingga
ke bagian bawah. Pemeriksaan serum amilase dapat membantu menegakkan diagnosis.
6. Tumor serebri
Pasien dengan tumor serebri selain
menunjukkan gejala mual-muntah yang hebat juga disertai keluhan lain seperti
sakit kepala berat yang terjadi hampir setiap hari, gangguan keseimbangan, dan
bisa pula disertai hemiplegia. Pemeriksaan CT-scan kepala pada wanita hamil
sebaiknya dihindari karena berbahaya bagi janin.
8. Penyulit
Akhir-akhir ini kematian maternal
jarang dilaporkan. Namun penyulit yang perlu diperhatikan adalah Ensephalopati
Wernicke. Gejala yang timbul dikenal sebagai trias klasik yaitu paralisis
otot-otot ekstrinsik bola mata (oftalmoplegia), gerakan yang tidak teratur
(ataksia), dan bingung.
Penyulit lainnya yang mungkin timbul adalah ruptur esofagus, robekan Mallory-Weiss
pada esofagus, pneumotoraks dan neuropati perifer. Pada janin dapat ditemukan
kematian janin, pertumbuhan janin terhambat, preterm, berat badan lahir rendah,
kelainan kongenital.
9. Pencegahan
Prinsip pencegahan adalah mengobati emesis agar tidak
menjadi hiperemesis. Hal ini dapat dilakukan dengan beberapa cara, yaitu :
·
Penjelasan
bahwa kehamilan dan persalinan merupakan proses fisiologis.
Dengan memberi keyakinan bahwa mual dan muntah
adalah gejala yang normal terjadi pada kehamilan muda yang akan menghilang
setelah usia kehamilan 4 bulan.
·
Makan
dalam jumlah yang sedikit tapi dengan frekuensi yang lebuh sering. Pasien dapat
diberikan makanan seperti biskuit dan roti kering dengan teh hangat.
·
Menghindari
makanan yang berminyak dan berbau.
·
Melakukan
defekasi secara teratur.
10. Pengobatan
·
Pasien
disendirikan di dalam kamar yang tenang tetapi cerah dan memiliki sirkulasi
udara yang baik.2,4 Sebaiknya hanya dokter dan perawat saja yang
diperbolehkan untuk keluar masuk kamar tersebut. Biasanya hanya dengan
perlakuan tersebut gejala-gejala akan berkurang tanpa pengobatan.
·
Cairan
parenteral
Berikan cairan yang cukup mengandung
elektrolit, karbohidrat, dan protein dengan glukosa 5% dalam cairan garam
fisiologis sebanyak 2-3 liter sehari. Bila perlu dapat ditambahkan kalium dan
vitamin, terutama vitamin B kompleks dan vitamin C dan apabila ada kekurangan
protein dapat ditambahkan asam amino secara intravena.
Dibuat daftar kontrol cairan yang
masuk dan yang dikeluarkan. Urin perlu diperiksa setiap hari terhadap kandungan
protein, aseton, klorida, dan bilirubin. Suhu tubuh dan nadi diperiksa setiap 4
jam dan tekanan darah diukur 3 kali sehari. Dilakukan pemeriksaan hematokrit
pada permulaan dan seterusnya menurut keperluan. Bila dalam 24 jam pasien tidak
muntah dan keadaan umum membaik dicoba untuk memberikan minuman, dan lambat
laun makanan dapat ditambah dengan makanan yang tidak cair.
Daldiyono mengemukakan salah
satu cara menghitung kebutuhan cairan untuk rehidrasi inisial berdasarkan
sistiem poin. Adapun poin-poin gejala klinis dapat dilihat pada tabel berikut
ini.
Daldiyono score
Gejala klinis
|
score
|
Muntah
Voxs Choleric (Suara Parau)
Apatis
Somnolen, Sopor, Koma
T ≤ 90 mmHg
T ≤ 60 mmHg
N ³ 120 x/menit
Frekuensi napas >
30x/menit
Turgor Kulit ¯
Facies Cholerica (Mata Cowong)
Extremitas Dingin
Washer Women’s Hand
Sianosis
Usia 50 – 60
Usia > 60
|
1
2
1
2
1
2
1
1
1
1
1
1
2
-1
-2
|
Semua poin ditulis lalu
dijumlahkan. Jumlah cairan yang akan diberikan dalam 2 jam, dapat dihitung:
Defisit =
jumlah Poin x 10 % BB
x 1 Liter
15
Þ Koreksi 2
jam pertama
Dengan penanganan di atas, umumnya gejala-gejala akan berkurang dan keadaan
akan bertambah baik.
·
Terapi
Obat-obatan
Apabila dengan cara-cara tersebut di atas
keluhan tidak berkurang maka diperlukan pengobatan namun harus menghindari obat-obatan
yang bersifat teratogenik. Sedativ yang dapat diberikan adalah fenobarbital.
Vitamin yang dianjurkan adalah vitamin B1 dan B6. Pada keadaan yang lebih berat
dapat diberikan antiemetik seperti metokloperamid, disiklomin hidroklorida,
atau klorpromazin. Pada kasus hiperemesis gravidarum yang lebih berat
diperlukan perawatan di rumah sakit.
·
Terapi
Psikologis
Pasien perlu diyakinkan bahwa kehamilan adalah
suatu hal yang wajar dan fisiologis, tidak perlu takut dan khawatir. Yakinkan
bahwa penyakitnya dapat disembuhkan, atasi masalah sosial ekonomi, pekerjaan,
masalah lingkungan, serta menghilangkan masalah dan konflik lainnya yang
melatarbelakangi penyakit ini.
Penatalaksanaan hiperemesis gravidarum menurut
Protap Ginekologi RS Negara :
Hari 0 : Pasien dipuasakan.
Rehidrasi dengan cairan Ringer Laktat
(RL) 1.500cc s/d 2.000cc (3-4 fles) dilanjutkan dengan D 5 % : RL = 4 : 1
sebanyak 28 tetes per menit.
Injeksi Metokloperamid (Primperan) atau
Ondansetron (Incentron atau Vomceran) 3 x 1 amp/hari.
Vit B1, B6, B12 (Neurobion 5000 ) 3 x
1 amp/hari secara intravena (IV) atau drip.
Bila perlu : Antasida,
Ranitidin injeksi.
Monitoring keton urin, berat badan, dan produksi urin
dalam 24 jam.
Hari 1 : Infus D5 % : RL = 4 : 1 sebanyak 28 tetes per menit.
Injeksi Metokloperamid (Primperan) atau Ondansetron
(Incentron atau Vomceran) 3 x 1
amp/hari.
Vit B1, B6, B12 (Neurobion
5000 ) 3 x 1 amp/hari secara intravena (IV) atau drip.
Bila perlu : Antasida,
Ranitidin injeksi.
Diet hiperemesis I (roti kering/bakar).
Monitoring keton urin, berat badan, dan produksi urin
dalam 24 jam.
Hari 2 : Infus D5 % : RL = 4 : 1 sebanyak 28 tetes per menit.
Injeksi Metokloperamid (Primperan) atau Ondansetron
(Incentron atau Vomceran) 3 x 1
amp/hari.
Vit B1, B6, B12 (Neurobion
5000 ) 3 x 1 amp/hari secara intravena (IV) atau drip.
Bila perlu : Antasida,
Ranitidin injeksi.
Diet hiperemesis II (bubur).
Monitoring keton urin, berat badan, dan produksi urin
dalam 24 jam.
USG.
Hari 3 : Up infus
Metokloperamid
(Primperan) atau Ondansetron (Incentron atau Vomceran) 3 x 1 tab per hari
(peroral).
Vit B1, B6, B12 (Neurobion
5000 ) 3 x 1 amp/hari peroral.
Bila perlu : Antasida,
Ranitidine peroral.
Diet hiperemesis III (nasi).
BPL
11. Prognosis
Dengan penanganan yang baik prognosis hiperemesis
gravidarum sangat memuaskan. Penyakit ini dapat sembuh sendiri, namun demikian
pada tingkatan yang berat, penyakit ini dapat membahayakan jiwa ibu dan janin.
No comments:
Post a Comment