Friday, November 14, 2014

PREEKLAMSIA BERAT


1.      Definisi
Suatu komplikasi kehamilan yang ditandai dengan timbulnya hipertensi lebih atau sama dengan 160/110 mmHg disertai proteinuria pada umur kehamilan 20 minggu atau lebih.
2.      Gejala klinis
Bila didapatkan hipertensi dalam kehamilandengan satu atau lebih gejala dibawah ini:
a.       Tekanan darah sistolik lebih atau sama dengan 160 mmHg dan diastolik lebih atau sama dengan 110 mmHg. Tekanan darah ini tidak turun walaupun ibu hamil sudah dirawat dan menjalani tirah baring.
b.      Proteinuria lebih dari 5 gram dalam 24 jam atau kualitatif +4.
c.       Oligouria, jumlah produksi urine kurang dari 500 cc dalam 24 jam yang disertai kenaikan kadar kreatinin darah
d.      Adanya keluhan subjektif :
-          Gangguan visus : mata berkunang-kunang
-          Gangguan serebral : kepala pusing
-          Nyeri epigastrium pada kuadran kanan atas abdomen
-          Hiperrefleks
-          Adanya sindroma HELLP (hemolysis, elevatedliver enzyme, low platelet count)
-          Sianosis.
e.       PJT (pertumbuhan janin terganggu)
3.      Diagnosis
-          Umur kehamilan 20 minggu atau lebih
-          Didapatkan satu atau lebih gejala-gejala preeklamsia berat.
4.      Diagnosis banding
-          Hipertensi kronik dalam kehamilan
-          Kehamilan dengan sindroma nefrotik
-          Kehamilan dengan payah jantung.
5.      Penatalaksanaan
A.    Perawatan konservatif
1.      Bila umur kehamilan kurang dari 37 minggu tanpa adanya keluhan subjektif dengan keadaan janin baik.
2.      Pengobatan dilakukan di kamar bersalin (selama 24 jam).
a.       Tirah baring
b.      Infus ringer laktat yang mengandung 5% dekstrose, 60-125 cc/jam.
c.       Pemberian MgSO4
-          Dosis awal MgSO4 40% 10 gr im, dilanjutkan dengan MgSO4 40% 5 gr im tiap 6 jam s/d 24 jam.
-          Dosis pemeliharaan : MgSO4 40% 5 gr tiap 6 jam sampai 24 jam
-          Ingat harus selalu tersedia Ca glukonas 10% sebagai antidotum.
d.      Diberikan antihipertensi, yang digunakan adalah :
-          Bila sistolik lebih atau sama dengan 180 mmHg atau diastolik lebih atau sama dengan 110 mmHg digunakan injeksi satu ampul Clonidine yang dilarutkan dengan 10 cc larutan. Mula-mula disuntikkan 5 cc perlahan-lahan selama 5 menit, 5 menit kemudian tekanan darah diukur, bila belum ada penurunan maka diberikan lagi 5 cc iv dalam 5 menit sampai tekanan darah diastolic normal, dilanjutkan dengan nifedipine 3x10 mg.
-          Bila tekanan darah sistolik kurang dari 180 mmHg dan diastolik kurang dari 110 mmHg antihipertensi yang diberikan adalah nifedipine 3x10 mg.
e.       Dilakukan pemeriksaan laboratorium tertentu (fungsi hati dan ginjal) dan jumlah produksi urine 24 jam.
f.       Konsultasi dengan bagian penyakit dalam, bagian mata, bagian jantung dan bagian lain sesuai dengan indikasi.
3.      Pengobatan dan evaluasi selama rawat tinggal di ruang bersalin (selama 24 jam diruang bersalin).
a.       Tirah baring
b.      Medikamentosa
c.       Pemeriksaan laboratorium :
-       Darah lengkap dan hapusan darah tepi.
-       Hemosistein
-       Fungsi ginjal dan hati
-       Urine lengkap
-       Produksi urine 24 jam, penimbangan BB setiap hari dan indeks gestosis
d.      Diet biasa
e.       Dilakukan penilaian kesejahteraan janin (USG/NST/Doppler USG)
4.      Perawatan konservatif dianggap gagal apabila :
a.       Adanya tanda-tanda impending eklamsia (keluhan subjektif)
b.      Kenaikan progresif dari tekanan darah
c.       Adanya sindroma HELLP
d.      Adanya kelainan fungsi ginjal
e.       Penilaian kesejahteraan janin jelek
5.      Penderita boleh pulan apabila :
Penderita sudah mencapai perbaikan dengan tanda-tanda preeklamsia ringan, perawatan dilanjutkan sekurang-kurangnya selama 3 hari lagi
6.      Bila keadaan penderita tetap, dilakukan pematangan paru dilanjutkan dengan terminasi.
B.     Perawatan aktif
1.      Indikasi :
a.       Hasil penilaian kesejahteraan janin jelek
b.      Adanya keluhan subjektif
c.       Adanya syndrome HELLP
d.      Kehamilan aterm
e.       Apabila perawatan konservatif gagal
f.       Dalam 24 jamsetelah pengobatan konservatif di kamar bersalin tekanan darah tetap lebih atau sama dengan 160/110 mmHg.
2.      Pengobatan medicinal :
a.       Segera rawat inap
b.      Tirah baring miring ke satu sisi
c.       Infuse RL yang mengandung D5% dengan 60-125 cc/jam
d.      Pemberian anti kejang MgSO4, dosis awal MgSO4 20 %, 4 gr (iv) dan MgSO4 40% 10 gr (im), dilanjutkan dengan dosis pemeliharaan, MgSO4 40% 5 gr (im) setiap 6 jam s/d 24 jam pasca persalinan.
e.       Pemberian antihipertensi berupa Clonidine iv dilanjutkan dengan nifedipine 3x10 mg atau metildopa 3x250 mg, dapat dipertimbangkan bila:
-          Sistolik lebih atau sama dengan 180 mmHg
-          Diastolic lebih atau sama dengan 110 mmHg
3.      Pengobatan obstetric
a.       Sedapat mungkin sebelum perawatan aktif, pada setiap penderita dilakukan pemeriksaan kesejahteraan janin
b.      Tindakan SC dikerjakan bila :
-          Hasil kesejahteraan janin jelek
-          Penderita belum inpartu dengan PS jelek
-          Kegagalan drip oksitosin
c.       Induksi dengan drip oksitosin dikerjakan bila NST baik dan PS baik
d.      Pada preeklamsia berat persalinan harus terjadi dalam 24 jam



LAPORAN PENDAHULUAN
EKSTRAKSI FORCEPS

1. Definisi
Ekstraksi forsep adalah suatu persalinan buatan dimana janin dilahirkan dengan suatu tarikan cunam yang dipasang pada kepalanya. (Hanifa W,1991: 88). Cunam atau forceps adalah suatu alat obstetrik terbuat dari logam yang digunakan untuk melahirkan anak dengan tarikan kepala.
Ekstraksi cunam adalah tindakan obstetrik yang bertujuan untuk
mempercepat kala pengeluaran dengan jalan menarik bagian bawah janin
( kepala ) dengan alat cunam.
2. Tujuan
Persalinan dengan ekstraksi forceps  bertujuan:
  1. Traksi yaitu menarik anak yang tidak dapat lahir spontan
  2. Koreksi yaitu merubah letak kepala dimana ubun-ubun
      kecil dikiri atau dikanan   depan atau sekali-kali UUK melintang kiri
     dan kanan atau UUK kiri/kanan belakang menjadi UUK depan ( dibawah
     symphisis pubis)
  3. Kompresor yaitu untuk menambah moulage kepala




  3. Jenis Tindakan Forsep
            Berdasarkan pada jauhnya turun kepala, dapat dibedakan  beberapa
macam tindakan ekstraksi forceps, antara lain:
          1. Forsep rendah
Dilakukan setelah kepala bayi mencapai H IV, kepala bayi mendorong perineum,
forsep dilakukan ringan disebut outlet forceps.
                        2. Forsep tengah
Pada kedudukan kepala antara H II atau H III, salah satu bentuk tengah forceps adalah forceps  percobaan untuk membuktikan disproporsi panggul
dan kepala. Bila aplikasi dan tarikan forceps berat membuktikan
terdapat disproporsi kepala panggul . Forceps percobaan dapat diganti
dengan ekstraksi vaccum.
                        3. Forceps tinggi
Dilakukan pada kedudukan kepala diantara H I atau H II, forceps
tinggi sudah diganti dengan seksio cesaria.( Manuaba,1998: 348)
4. Indikasi
  Indikasi pertolongan ekstraksi forceps adalah :
1.Indikasi ibu
*      Ruptura uteri mengancam, artinya lingkaran retraksi patologik band sudah
setinggi 3 jari dibawah pusat, sedang kepala sudah turun sampai H III- H IV.
*      Adanya oedema pada vagina atau vulva. Adanya oedema pada jalan lahir artinya
partus sudah berlangsung lama.
*      Adanya tanda-tanda infeksi, seperti suhu badan meninggi, lochia berbau.
*      Eklamsi yang mengancam
*      Indikasi pinard, yaitu kepala sudah di H IV,  pembukaan cervix lengkap,
ketuban sudah pecah atau  2 jam mengedan janin belum lahir juga
*      Pada ibu-ibu yang tidak boleh mengedan lama, misal  Ibu dengan
decompensasi kordis ,  ibu dengan anemia berat (Hb 6 gr % atau kurang),  pre eklamsi berat,  ibu dengan asma broncial.
*      Partus tidak maju-maju
*      Ibu-ibu yang sudah kehabisan tenaga.
2. Indikasi janin
*      Gawat janin
Tanda-tanda gawat janin antara lain :
Cortonen menjadi cepat takhikardi 160 kali per menit dan
tidak teratur, DJJ menjadi lambat bradhikardi 160 kali per menit dan
tidak teratur, adanya mekonium (pada janin letak kepala).Prolapsus funikulli, walaupun keadaan anak masih baik 
5. Syarat
Syarat-syarat untuk dapat melakukan ekstraksi forceps antara lain:
  1. Pembukaan lengkap
  2. Selaput ketuban telah pecah atau dipecahkan
              3. Presentasi kepala dan ukuran kepala cukup cunam
              4. Tidak ada kesempitan panggul
  5. Anak hidup termasuk keadaan gawat janin
             6. Penurunan H III atau H III- H IV ( puskesmas H IV atau dasar panggul)
              7. Kontraksi baik
            8. Ibu tidak gelisah atau kooperatif                                     
6. Kontra Indikasi
Kontra indikasi dari ekstraksi forceps meliputi :
1.      Janin sudah lama mati sehingga sudah tidak bulat dan keras lagi sehingga kepala sulit dipegang oleh forceps
2.       Anencephalus
3.      Adanya disproporsi cepalo pelvik
4.      Kepala masih tinggi
5.      Pembukaan belum lengkap
6.      Pasien bekas operasi vesiko vagina fistel
7.      Jika lingkaran kontraksi patologi  bandl sudah setinggi pusat atau lebih
7.   Komplikasi
  Komplikasi atau penyulit ekstraksi forceps adalah sebagai berikut :
          1. Komplikasi langsung akibat aplikasi forceps dibagi menjadi
Komplikasi yang dapat terjadi pada ibu dapat berupa:
ü    Perdarahan
yang dapat disebabkan karena atonia uteri, retensio plasenta serta
trauma jalan lahir yang meliputi  ruptura uteri, ruptura cervix,
robekan forniks, kolpoforeksis, robekan vagina, hematoma luas,
robekan perineum.
ü    Infeksi yang terjadi karena sudah terdapat sebelumnya, aplikasi alat
menimbulkan infeksi, plasenta rest atau membran bersifat asing yang
dapat memudahkan infeksi dan menyebabkan subinvolusi uteri serta
saat melakukan pemeriksaan dalam

Komplikasi segera pada bayi
ü    Asfiksia
karena terlalu lama di dasar panggul sehingga  terjadi rangsangan
pernafasan menyebabkan aspirasi lendir dan air ketuban. Dan jepitan
langsung forceps yang menimbulkan perdarahan intra kranial, edema
intra kranial, kerusakan pusat vital di medula oblongata atau trauma
langsung jaringan  otak.
ü    Infeksi oleh karena infeksi pada ibu menjalar ke bayi 
ü    Trauma langsung forceps yaitu fraktura tulang kepala dislokasi sutura tulang
kepala, kerusakan pusat vital di medula oblongata, trauma langsung
pada mata, telinga dan hidung, trauma langsung pada persendian tulang
leher, gangguan fleksus brachialis, kerusakan saraf trigeminus dan fasialis serta hematoma pada daerah tertekan.
          2. Komplikasi kemudian atau terlambat
              Komplikasi pada ibu
ü    Perdarahan
yang disebabkan oleh plasenta rest, atonia uteri sekunder serta
jahitan robekan jalan lahir yang terlepas.
ü    Infeksi
ü   Penyebaran infeksi makin luas
ü   Trauma jalan lahir yaitu terjadinya fistula vesiko vaginal,
terjadinya fistula rekto vaginal dan terjadinya fistula utero
vaginal.
Komplikasi terlambat pada bayi dalam bentuk:
ü  Trauma ekstraksi forsep dapat menyebabkan cacat karena aplikasi forsep
ü  Infeksi yang berkembang menjadi sepsis yang dapat menyebabkan kematian serta encefalitis sampai meningitis.
ü  Gangguan susunan saraf pusat
ü  Trauma langsung pada saraf pusat dapat menimbulkan gangguan intelektual.
ü  Gangguan pendengaran dan keseimbangan.
8. Perawatan Setelah Ekstraksi Forceps
Pada prinsipnya tidak berbeda dengan perawatan post partum biasa, hanya
memerlukan perhatian dan observasi yang lebih ketat, karena kemungkinan terjadi trias komplikasi lebih besar yaitu perdarahan robekan jalan lahir dan infeksi.Oleh karena itu perawatan setelah ekstraksi forceps memerlukan profilaksis pemberian infus sampai
tercapai keadaan stabil, pemberian uterotonika sehingga kontraksi
rahim menjadi kuat dan pemberian anti biotika untuk menghindari
infeksi. Yang cukup penting diperhatikan adalah kemungkinan terjadi “fistel” sehingga memerlukan pemasangan dauer kateter selama tiga sampai lima hari. Fistel vesiko-vaginal, rekto-vaginal atau uterovaginal merupakan komplikasi yang serius dan memerlukan tindakan operasi yang sulit.  Persiapan setelah tindakan forceps antara lain :
·         Kamar isolasi : untuk observasi atau pengawasan intensif
·         Mobilisasi : mobilisasi boleh bersama kateter, dauer kateter dibuka setelah 3 hari
·         Pengawasan postpartum sebagaimana lazimnya
Persiapan dilakukan untuk memperkecil komplikasi yang bisa terjadi antara ibu dan bayi.(Manuaba, 1998: 253)



LANDASAN ASKEB VARNEY

I.                  Pengumpulan Data
a.       Data Subyektif
·         Biodata: biasanya terjadi pada perempuan yg masih mampu untuk melahirkan.
·         Alasan datang dan keluhan utama: pasien datang dengan keluhan tidak kuat mengedan, dan mempunyai suatu riwayat penyakit, tinggi badan kurang dari 150 cm.
·         Riwayat menstruasi: sesuai dengan usia menarche biasanya. 
·         Riwayat perkawinan: biasanya pada usia pernikahan suami dan istri biasanya.
·         Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas terdahulu: ibu belum pernah melahirkan dan ini merupakan kehamilan yang pertama.
·         Riwayat KB: ibu yang tidak mengalami gangguan penggunaan KB
·         Riwayat Laktasi: ibu yang tidak pernah meyusui
·         Riwayat gynekologi: ibu yang tidak pernah mengalami riwayat gynekologi
·         Riwayat penyakit ibu dan keluarga: adakah keturunan dari keluarga dengan penyakit seprti jantung,asma
·         Riwayat Bio-Psiko-Sosial-Spiritual:
-          Biologis: jenis makanan yang sering dikonsumsi ibu sehari-hari
Pola aktifitas: apa aktifitas pasien, apakah ada gangguan dengan aktifitasnya sejak menderita penyakit jantung atau asma
-          Psiko: apakah ibu sering mengalami stress atau tidak

            B. Data Obyektif
·            Pemeriksaan umum: Keadaan Umum (Tekanan Darah,Nadi,            Suhu,Respirasi dan Berat Badan).
·            Pemeriksaan fisik :
-           Kepala dan leher: -
-           Dada dan Axila: -
-           Abdomen, Genetalia         dan Anus, dan Extremitas:-

II.                Interpretasi Data Dasar
Dalam langkah ini, data subjektif dan data objektif yang sudah di kaji kemudian dianalisa menggunakan teori-teori fisiologis dan teori-teori patologis.  Hasil analisis dan interpretasi data menghasilkan rumusan diagnosis dari keadaan pasien
Contoh:
·         diangnosis: G1Poooo uk…letkep U puka/puki JTHIU kala II lama dengan inersia uteri primer
·         Masalah: apa yang dirasakan ibu terhadap keadaannya saat ini, seperti cemas, takut, gelisah, dan lainnya.
Rasionalisasi: contohàibu mengatakan cemas dengan keadaannya saat ini.
·         Kebutuhan: contoh à dukungan spiritual

III.             Merumuskan Diagnosa/Masalah Potensial
Pada bagian ini ditentukan apa diagnose potensial yang terjadi dan biasanya diagnose potensial yang terjadi adalah ekslampsi

IV.             Merumuskan Kebutuhan Akan Tindakan Segera, Tindakan Kolaborasi dan Rujukan
Kebutuhan akan tindakan segera untuk mengantisipasi ancaman yang fatal, sehingga nyawa ibu dan janin dapat terselamatkan. Tindakan segera bisa merupakan intervensi langsung oleh bidan bisa juga merupakan hasil kolaborasi dengan profesi lain.
Biasanya kebutuhan tindakan segera yang diperlukan untuk menangani persalinan dengan forcep

V.                Menyusun Rencana Asuhan Yang Menyeluruh
   Dalam menyusun rencana asuhan yang menyeluruh mengacu kepada diagnosa, masalah asuhan serta kebutuhan yang telah sesuai dengan kondisi klien saat di beri asuhan. Adapun rencana asuhan yang biasa pada persalinan forcep adalah:
·         Jelaskan hasil pemeriksaan
·         Berikan konseling pada ibu agar ibu tidak terlalu cemas dengan keadaanya
·         Berikan KIE tentang kemungkinan tindakan yang akan dilakukan
·         Anjurkan ibu untuk istirahat yang cukup apabila sudah tidak kuat mengedan
·         Lakukan rujukan pada dokter untuk pemeriksaan lebih lanjut

VI. Pelaksanaan Asuhan Sesuai Dengan Perencanaan Secara Efisien
   Disesuaikan dengan rencana asuhan

VII. Evaluasi
   Pada langkah terakhir ini melakukan evaluasi terhadap keefektifan dari asuhan yang sudah diberikan. Hal ini menyangkut apakah kebutuhan klien telah terpenuhi, masalah yang ada terpecahkan, masalah potensial dihindari, klien dan keluarga mengetahui kondisi kesehatannya dan klien mengetahui apa yang harus di lakukan dalam rangka menjaga kesehatannya.


REFERENSI
Prawirohardjo,Sarwono.2006.Ilmu Kebidanan.Jakarta:EGC
Manuaba,IB.1998.Ilmu Kebidanan,Penyakit Kandungan dan KB untuk Pendidikan Bidan.Jakarta: EGC



No comments:

Post a Comment