1. DEFINISI AKDR
AKDR atau IUD atau spiral adalah suatu
benda kecil yang terbuat dari plastik yang lentur, mempunyai lilitan tembaga
atau juga mengandung hormon dan dimasukkan kedalam rahim melalui vagina dan
mempunyai benang (Handayani, 2010).
AKDR adalah suatu usahah pencegahan
kehamilan dengan menggulungkan secarik kertas yang terbuat dari secarik kertas,
diikat dengan benang lalu dimasukkan kedalam rongga rahim (Handayani, 2010).
AKDR adalah suatu alat atau benda yang
dimasukkan kedalam rahim yang sangat efektif, reversibel dan berjangka panjang,
dapat dipakai oleh semua wanita usia reproduktif (Handayani, 2010).
AKDR atau spiral adalah suatu alat yang
dimasukkan kedalam rahim wanita untuk tujuan kontrasepsi (Handayani, 2010).
AKDR atau IUD adalah suatu alat
kontrasepsi modern yang telah dirancang sedemikian rupa (baik bentuk, ukuran,
bahan, dan masa aktif fungsi kontrasepsinya), diletakkan dalam kavum uteri
sebagai usaha kontrasepsi, menghalangi fertilisasi, dan menyulitkan telur
berimplantasi dalam uterus (Hidayati, 2009).
Intra Uterine Device (IUD) merupakan
alat kontrasepsi yang digunakan dalam rahim sebagai pencegah kehamilan. Cara
kerjanya sebagai benda asing dalam rahim dapat menimbulkan reaksi peradangan
setempat. Tembaga yang terdapat di dalam IUD mempengaruhi reaksi biokimia dalam
rahim yang menyebabkan disfungsi sperma sehingga tidak mampu melakukan
pembuahan. Intra uterine device (IUD) relatif aman dan efektif dalam mencegah
kehamilan (Hidayati , 2009).
2. JENIS AKDR
1. AKDR Non-hormonal
Pada saat ini AKDR telah memasuki
generasi ke-4. Karena itu berpuluh-puluh macam AKDR telah dikembangkan. Mulai
dari generasi pertama yang terbuat dari benang sutra dan logam sampai generasi
plastik (polietilen) baik yang ditambah obat atau tidak.
a. Menurut bentuknya AKDR dibagi menjadi
2:
Bentuk terbuka (Open Device): Misalnya:
Lippes Loop, CUT, Cu-7.Marguiles, Spring Coil, Multiload, Nova-T.
Bentuk tertutup (Closed Device): Misalnya:
Ota-Ring, Altigon, dan Graten Ber Ring.
b.Menurut Tambahan atau Metal
Medicated IUD: Misalnya: Cu T 200 (daya
kerja 3 tahun), Cu T 220 (daya kerja 3 tahun), Cu T 300 (daya kerja 3 tahun),
Cu T 380 A (daya kerja 8 tahun), Cu-7, Nova T (daya kerja 5 tahun), ML-Cu 375
(daya kerja 3 tahun). Pada jenis Medicated IUD angka yang tertera dibelakang
IUD menunjukkan luasnya kawat halus tembaga yang ditambahkan, misalnya Cu T 220
berarti tembaga adalah 220 mm2. Cara insersi: Withdrawal.
Un Medicated IUD: Misalnya: Lippes Loop,
Marguiles, Saf-T Coil, Antigon. Cara insersi Lippes Loop: Push Out. Lippes Loop
dapat dibiarkan in-utero unuk selama-lamanya sampai menopause, sepanjang tidak
ada keluhanan persoalan bagi akseptornya. IUD yang banyak dipakai di Indonesia
dewasa ini dari jenis Un Medicated yaitu Lippes Loop dan yang dari jenis
Medicated Cu T, Cu-7, Multiload dan Nova-T.
2. IUD yang mengandung hormonal
a. Progestasert –T = Alza T
Panjang 36 mm, labar 32 mm, dengan 2
lembar benang ekor warna hitam.
Mengandung 38 mg progesteron dan barium
sulfat, melepaskan 65 µg progesteron setiap hari.
Tabung insersinya berbentuk lengkung.
Daya kerja 18 bulan.
Tekhnik insersi: Plunging (modified
withdrawal)
b.LNG 20
Mengandung 46-60 mg Levonolgestrel,
dengan pelepasan 20µg per hari.
Sedang diteliti di Finlandia.
Angka kegagalan /kehamilan angka
terendah: <0,5 per 100 wanita per tahun.
Penghentian pemakaian oleh karena
persoalan-persoalan perdarahan ternyata lebih tinggi dibandingkan IUD lainnya,
karena 25% mengalami amenore atau perdarahan haid yang sangat sedikit
(Handayani, 2010).
3. MEKANISME KERJA AKDR/IUD
Mekanisme kerja AKDR menimbulkan reaksi
radang di endometrium, disertai peningkatan produksi prostaglandin dan
infiltrasi leukosit. Reaksi ini ditingkatakan oleh tembaga, yang mempengaruhi
enzim-enzim di endometrium, metabolisme glikogen, dan penyerapan estrogen serta
menghambat transportsi sperma. Pada pemakai AKDR yang mengandung tembaga,
jumlah spermatozoa yang mencapai saliran genetalia atas berkurang. Perubahan
cairan uterus dan tuba mengganggu viabilitas gamet, baik sperma atau ovum yang
diambil dari pemakai AKDR yang mengandung tembaga memeperlihatkan degerasi
mencolok (WHO, 1997).
Pengawasan hormon secara dini
memperlihatkan bahwa tidak terjadi kehamilan pada pemakai AKDR modern yang
mengandung tembaga. Dengan demikian, pencegahan implantasi bukan merupakan
mekanisme kerja terpenting kecuali apabila AKDR yang mengandung tembaga
digunakan untuk kontrasepsi pasca coitus. LNG-IUS menginduksi atrofi dan
produksi mukus serviks antagonis, yang akan meningkatkan efektifitasnya (Anna
dan Ailsa: 2006).
Rincian mekanisme kerja AKDR adalah
sebagai berikut:
Mekanisme kerja AKDR sampai saat ini
belum diketahui secara pasti, ada yang berpendapat bahwa AKDR sebagai benda
asing yang menimbulkan reaksi radang setempat, dengan serbukan leukosit yang
dapat melarutkan blastokist atau sperma.
Sifat-sifat dari cairan uterus mengalami
perubahan-perubahan pada pemakaian AKDR yang menyebabkan blastokist tidak dapat
hidup dalam uterus.
Produksi lokal prostaglandin yang
meninggi, yang menyebabkan sering adanya kontraksi uterus pada pemakaian AKDR
yang dapat menghalangi nidasi.
Pergerakan ovum yang bertambah cepat
dalam tuba fallopii.
AKDR yang mengeluarkan hormon akan
mengentalkan lendir serviks sehingga menghalangi pergerakan sperma untuk
melewati kavum uteri.
Sebagai metode biasa (yang dipasang
sebelum hubungan seksual terjadi) AKDR mengubah transportasi tuba dalam rahim
dan memepengaruhi sel telur dan sperma sehingga pembuahan tidak terjadi.
Sebagai kontrasepsi darurat (dipasang setelah hubungan suksual terjadi) dalam
beberapa kasus mungkin memiliki mekanisme yang lebih mungkin adalah dengan
mencegah terjadinya implantasi atau penyerangan sel telur yang telah dibuahi.
Dari penelitian-penelitian terakhir,
didangka bahwa IUD juga mencegah spermatozoa membuahi sel telur (mencegah fertilitas).
Ini terbukti dari penelitian di Chili: a.Diambil ovum dari 14 wanita pemakai
IUD dan 20 wanita tanpa menggunakanan kontrasepsi. Semua wanita telah melakukan
senggama sekitar waktu ovulasi.; b.Ternyata ovum dari wanita akseptor IUD tidak
ada yang menunjukkan tanda-tanda fertilitas maupun perkembangan embrionik
normal, sedangkan setengah jumlah ovum pada wanita ynag tidak menggunakan
kontrasepsi menunjukkan tanda-tanda fertilisasi dan perkembangan embrionik
normal.; c.Penelitian ini menunjukkan bahwa IUD antara lain bekerja dengan cara
mencegah terjadinya fertilisasi.
Untuk IUD yang mengandung Cu:
a.Antagonisme kationic yang spesifik terhadap Zn yang terdapat dalam enzim
carboniyc anhydrase yaitu salah satu enzim dalam traktus genitalia wanita, dimana
Cu menghambat reaksi carboniyc anhydrase sehingga tidak memungkinkan terjadinya
implantasi dan juga mugkin menghambat aktivasi alkali phosphatase.;
b.Mengganggu pengambilan estrogen endogeneuse oleh mukosa uterus.; c.Menganggu
jumlah DNA dalm sel Endometrium.; d.Mengganggu metabolisme glikogen.
Untuk IUD yang mengandung hormon
progesteron. a.Gangguan proses pematangan proliferatif sekretoir sehingga
timbul penekenan terhadap endometrium dan terganggunya proses implantasi
endometrium tetap berada dalam fase decidual/progestational.; b.Lendir serviks
yang menjadi lebih kental/tebal karena pengaruh progestin (Handayani:2010).
4. EFEKTIVITAS IUD
Efektivitas IUD dinyatakan dalam angka
kontinuitas (continuation rate) yaitu berapa lama IUD tetap tinggal in-utero
tanpa: Ekspulsi spontan, terjadinya kehamilan dan pengangkatan/pengeluaran
karena alasan-alasan medis atau pribadi.
Efektivitas dari bermacam-macam IUD
tergantung pada : a.IUD-nya : Bentuk, Ukuran, dan mengandung CU atau
progesteron. b.Akseptor (1). Umur : makin tua usia, makin rendah angka
kehamilan, makin rendah angka ekspulsi dan pengangkatan/pengeluaran IUD. 2).
Paritas : makin muda usia, terutama pada nuligravida, makin tinggi angka
ekspulsi dan pengangkatan/pengeluaran IUD. 3). Frekuensi senggama.
Sebagai kontrasepsi, efektivitasnya
tinggi. Sangat efektif 0,6-0,8 kehamilan per 100 perempuan dalam satu tahun
pertama (1 kegagalan dalam 125-170 kehamilan). (Handayani:2010)
5. KEUNTUNGAN DAN KERUGIAN PENGGUNAAN
IUD
A. KEUNTUNGAN
AKDR dapat efektif segera setelah
pemasangan.
Metode jangka
panjang (10 tahun proteksi dari CuT-308A dan tidak perlu diganti).
Sangat efektif
karena tidak perlu lagi mengingat-ingat.
Tidak mempengaruhi
hubungan seksual.
Meningkatkan kenyamanan seksual, karena
tidak perlu takut hamil.
Tidak ada efek samping hormonal dengan
Cu AKDR (CuT-380A).
Tidak mempengaruhi kualitas ASI.
Dapat dipasang segera setelah melahirkan
atau sesudah abortus (apabila tidak ada infeksi).
Dapat digunakan sampai menopause (1
tahun atau lebih setelah haid terakhir).
Tidak ada interaksi dengan obat-obat.
Membantu mencegah kehamilan ektopik
(Handayani:2010).
AKDR modern bersifat efektif dan bekerja
lama, sementara AKDR tembaga harganya sangat murah. Alat ini menghasilkan
kontrsepsi sampai 10 tahun sehingga sangat efisien dari segi biaya (Anna dan
Ailsa:2006).
LNG-IUS memiliki manfaat tambahan selain
kontrasepsi dan semakin sering digunakan untuk penatalaksanaan masalah-masalah
ginekologis (Sturridge dan Guilebaud: 1997). Alat ini mengurangi secara nyata
jumlah darah menstruasi dan dismenore serta dapat bermanfaat dalam terapi
menorargia (Anderson dan Rybo: 1990). Namun bercak darah yang berulang sering
mendahuluinya oligomenore, terutama selama 3 bulan pertama pemakaian (Anna dan
Ailsa, 2006)
AKDR umumnya sangat mudah dikeluarkan
dan pemulihan kesuburan berlangsung cepat (angka konsepsi 78-88% setelah 12
bulan dan 92-97% pada 3 tahun setelah pengeluaran). Kesuburan cepat pulih
setelah pengeluaran LNG-IUS (Anna dan Ailsa, 2006).
B. KERUGIAN
Efek samping yang umum terjadi:
a.Perubahan siklus haid (umumnya pada 3 bulan pertama dan akan berkurang
setelah 3 bulan). b.Haid lebih lama dan banyak. c.Perdarahan (spotting) antar
menstruasi. d.Saat haid lebih sakit (disminorea).
Komplikasi lain: a.Merasakan sakit dan
kejang selama 3 sampai 5 hari setelah pemasangan. b.Perdarahan hebat diwaktu
haid atau diantaranya dapat memungkinkan penyebab anemia. c.Perforasi dinding
uterus (sangat jarang apabila pemasangannya benar).
Tidak mencegah IMS termasuk HIV/AIDS.
Tidak baik digunakan pada perempuan
dengan IMS atau perempuan yang sering berganti pasangan.
Penyakit radang panggul dapat terjadi
setelah wanita dengan IMS memakai AKDR. PRP dapat memicu infertilitas.
Prosedur medis termasuk pemeriksaan
pelvik diperlukan dalam pemasangan AKDR. Seringkali perempuan takut selama
pemasangan.
Sedikit nyeri dan perdarahan (spotting)
terjadi segera setelah pemasangan AKDR. Biasanya menghilang selama 1-2 hari.
Klien tidak dapat melepas AKDR oleh
dirinya sendiri. Petugas kesehatan terlatih yang harus melepas AKDR.
Mungkin AKDR keluar dari uterus tanpa
diketahui (sering terjadi apabila AKDR dipasang sesudah melahirkan).
Tidak mencegah terjadinya kehamilan
ektopik karena fungsi AKDR untuk mencegah kehamilan normal.
Perempuan harus memeriksakan posisi
benang AKDR dari waktu ke waktu. Untuk melakukan ini perempuan harus memasukkan
jarinya ke dalam vagina , sebagian perempuan tidak mau melakuakan ini.
6. INDIKASI DAN
KONTRAINDIKASI IUD
1.Indikasi
Usia reproduksi.
Keadaan nulipara.
Mengiginkan menggunakan
kontrasepsi jangka panjang.
Perempuan menyusui
yang menginnginkan kontrasepsi.
Setelah menyusui dan tidak ingin
menyusui bayinya.
Setelah abortus dan tidak terlihat
adanya infeksi.
Perempuan dengan risiko rendah IMS.
Tidak menghendaki metode hormonal.
Tidak menyukai untuk mengingat-ingat
minum pil setiap hari.
Tidak menghendaki kehamilan setelah 1-5
hari senggama (Handayani, 2010).
AKDR dapat digunakan pada ibu dalam
segala kemungkinan, misalnya :
Perokok.
Pasca abortus.
Sedang memakai obat antibiotik dan anti
kejang.
Pasien obesitas/kurus.
Penderita tumor jinak payudara.
Penderita Ca payudara.
Pusing-pusing atau nyeri kepala.
Varises kaki dan vulva.
Pernah menderita penyaikit seperti
stroke, DM, liver dan empedu.
Menderita hipertensi, jantung, malaria,
skistomiasis (tanpa anemia), penyakit tiroid, epilepsi, atau TBC non pelvis.
Pasca KET.
Pasca pembedahan pelvis (Hidayati,
2009).
2.Kontraindikasi
a). Kontraindikasi
Mutlak
Diketahui atau
dicurigai hamil.
Alergi terhadap
tembaga.
Memiliki IMS yang
aktif atau baru terjadi dalam tiga bulan terakhir.
Perdarhan vaginal
abnormal yang belum didiagnosis.
Rongga uterus
mengalami distorsi hebat sehingga pemasangan atau penempatan sulit dilakukan,
fibroid besar (Uliyah, 2010).
Penyakit trofoblas
ganas.
TBC pelvis
(Hidayati, 2009).
b)Kontraindikasi
Relatif
Usia pemakai yang
masih muda dan sangat rawan terjangkit IMS, karena tingkat aktivitas seksual
yang masih sangat tinggi.
Memiliki banyak
pasangan seksual.
Menorargia dan
anemia. ini adalah kontraindikasi relatif untik spiral tembaga tetapi indikasi
untuk LNG-IUS.
Baru mendapat
terapi untuk infeksi panggul.
Penderita penyakit katup jantung
memiliki risiko endokarditis bakterialis subakut terutama saat pemasangan
spiral.
Perempuan yang menderita katup jantung
prostetik harus diberikan antibiotik disaat pemasangan.
Baru mengidap penyakit trofoblas jinak.
Perdarahan yang tidak teratur bisa mempersulit tindak lanjut dan
penatalaksanaan penyakit ini.
Sedang mendapat terapi koagulan.
Pemakaian spiral dari tembaga bisa memperparah perdarahan. Yang cocok untuk
penderita penyakit ini adalah (spiral) LNG-IUS (Uliyah, 2010).
Kelainan uterus
(mioma, polip, jaringan parut bekas SC).
Insufisiensi
serviks.
Tumor ovarium.
Gonorea.
Dismenore.
Stenosis kanalis servikalis.
TFU < 6,5 cm (Indonesia < 5 cm),
(Hidayati, 2009).
7. INSERSI/PEMASANGAN IUD
1. Insersi yang tidak baik dari IUD
dapat menyabakan:
Ekspulsi
Kerja kontrasepsi tidak efektif
Perforasi uterus
2. Untuk sukses/berhasilnya insersi IUD
tergantung pada beberapa hal, yaitu:
Ukuran dan macam IUD beserta tabung
inserternya.
Makin kecil IUD, makin mudah insersinya,
makin tinggi ekspulsinya.
Makin besar IUD makin sukar insersinya,
makin rendah ekspulsinya.
3.Waktu atau saat
insersi.
a. Insersi Interval
Kebijakaan (policy)
lama: Insersi IUD dilakukan selama atau segera sesudah haid. Alasan: Ostium
uteri lebih terbuka, kanalis servikalis lunak, perdarahan perdarahan yang
timbul karena prosedur insersi tertutup oleh perdarahan haid yang normal,
wanita pasti tidak hamil. Tetapi akhirnya ini ditinggalkan karena: Infeksi dan
ekspulsi lebih tinggi bila insersi dilakukan saat haid, dilatasi kanalis
servikalis adalah sama pada saat haid maupun saat mid-siklus, memudahkan calon
akseptor pada setiap ia datang ke klinik KB.
Kebijakan (policy)
sekarang: Insersi IUD dapat dilakukan setiap saat dari siklus haid asal kita
yakin seyakin-yakinnya bahwa calon akseptor tidak dalam keadaan hamil.
b. Insersi
Post-Partum
Inseri IUD adalah
aman dalam beberapa hari post-partum, hanya kerugian paling besar adalah angka
kejadian ekspulsi sangat tinggi. Tetapi menurut penyelidikan di Singapura, saat
yang terbaik adalah delapan minggu post-partum. Alasannya karena antara empat
dan delapan minggu post-partum bahaya perforasi tinggi sekali.
c. Insersi
Post-Abortus
Karena konsepsi
sudah dapat terjadi 10 hari setelah abortus, maka IUD dapat segera dipasang
sesudah:
Abortus trimester
I: Ekspulsi, infeksi, perforasi, dan lain-lain sama seperti pada insersi
interval.
Abortus trimester
II: Ekspulsi 5-10 kali ebih besar daripada abortus setelah trimester I.
d.Insersi
Post-Coital
Dipasang maksimal 5 hari setelah
senggama tidak terlindungi.
4. Tekhnik Insersi, ada tiga cara:
Tekhnik Push-Out (mendorong Lippes Loop,
bahay perforasi lebih besar).
Tekhnik Withdrawal (menarik Cu IUD).
Tekhnik Plunging (mencelupkan
progestasert-T).
5.Langkah-langkah pemasangan AKDR
a). Langkah 1
Jelaskan kepada klien apa yang akan
dilakukan dan mempersilakan klien mengajukan pertanyaan.
Sampaikan kepada klien kemungkinan akan
merasa sedikit sakit pada beberapa langkah waktu pemasangan dan nanti apabila
akan diberitahu bila sampai pada langkah tersebut.
Pastikan klien telah mengosongkan
kandung kencingnya.
b). Langkah 2
Periksa genitalia eksterna untuk
memeriksa adanya ulkus, pembengkakan kelenjar getah bening (bubo), pembengkakan
kelenjar bartholini dan kelenjar skene.
Lakukan pemereiksaan spekulum untuk
memeriksa adanya cairan vagina, servisitis, dan pemeriksaan mikroskopis bila
diperlukan.
Lakukan pemeriksaan
panggul untuk menetukan besar, posisi uterus, konsistensi dan mobilitas uterus.
Untuk memeriksa adanya nyeri goyang serviks dan tumor pada adneksa atau pada
kavum douglasi.
c). Lagkah 3
Lakukan pemeriksaan
mikroskopik bila tersedia dan ada indikasi untuk memeriksa adanya jamur,
trikomonas, bakterial vaginosis (preparat basah Saline dan KOH serta
pemeriksaan pH) untuk memeriksa adanya gonorea atau klamidia.
d). Langkah 4
Masukkan lengan AKDR Copper T-380 A di
dalam kemasan sterilnya.
e). Langkah 5
akan tenakulum
untuk menjepit serviks poada posisi jam 1 atau jam 11.
f). Langkah 6
Masukkan sonde
uterus untuk menentukan posisi uterus dan kedalaman kavum uteri. Memasukkan
sonde sekali masuk dengan tekhnik tanpa sentuh (no touch) dimaksudkan untuk
mengurangi risiko infeksi.
g). Langkah 7
Atur letak leher
biru pada tabung inserter sesuai dengan kedalaman kavum uteri.
Tarik tenakulum
(yang masih menjepit serviks sesudah melakukan sonde uterus) sehingga kavum
uteri, kanalis servikalis dan vagina berada dalam satu garis lurus.
Masukkan dengan pelan dan hati-hati
tabung inserter yang sudah berisi AKDR kedalam kanalis servikalis dengan
mempertahankan posisi leher biru dalam arah horizontal.
Sesuai dengan arah dan posisi kavum
uteri, dorong tabung inserter sampai leher biru menyentuh serviks atau sampai
terasa ada tahanan dari fundus uteri. Pastikan leher biru tetap dalam posisi
horizontal.
Pegang serta tahan tenakulum dan
pendorong dengan satu tangan, sedang tangan lain menarik tabung inserter sampai
pangkal pendorong. Dengan cara ini lengan AKDR akan berada tepat di fundus
(puncak kavum uteri).
Keluarkan pendorong dengan tetap
memegang dan menahan tabung inserter, dorong kembali tabung inserter dengan
pelan dan hati-hati sampai terasa ada tahanan fundus. Langkah ini menjamin
bahwa lengan AKDR akan berada tetap di tempat yang setinggi mungkin dalam kavum
uteri.
Keluarkan sebagian tabung inserter dari
kanalis servikalis. Pada waktu benang tampak tersembul keluar dari lubang
serviks sepanjang 3-4 cm, potong benang tersebut degan menggunakan gunting mayo
yang tajam.
Lepas tenakulum. Bila ada perdarahan
banyak dati tempat bekas jepitan tenakulum, tekan dengan kasa sampai perdarahn
terhenti.
h). Langkah 8
Buang bahan-bahan habis pakai yang
terkontaminasi sebelum melepas sarung tangan. Bersihkan permukaan yang
terkontaminasi.
i). Langkah 9
Lakukan dekontaminasi alat-alat dan
sarung tangan dengan segera setelah selesai dipakai.
j). Langkah 10
Ajarkan pada klien bagaimana cara
memeriksa benang AKDR (dengan model bila tersedia).
Minta klien menunggu di klinik selam
15-30 menit setelah pemasangan AKDR.
6. Langkah-langkah
pencabutan AKDR
a). Langkah 1
Menjelaskan kepada klien apa yang akan
dilakukan dan persilakan klien untuk bertanya.
b). Langkah 2
Memasukkan spukulum untuk melihat
serviks dan benang AKDR.
c). Langkah 3
Mengusap serviks dan vagina dengan
larutan antiseptik 2 sampai 3 kali.
d). Langkah 4
Mengatakan kepada klien bahwa sekarang
akan dilakukan pencabutan. Meminta klien untuk tenang dan menarik napas
panjang. Memberitahu mungkin timbul sakit tapi itu normal.
Pencabutan normal. Jepit benang di dekat
serviks dengan menggunakan klem lurus atau lengkung (ekstraktor) yang sudah
didisinfeksi tingkat tinggi atau steril dan tarik benang pelan-pelan, tidak
boleh menarik dengan kuat. AKDR biasanya dapat dicabut dengan mudah. Untuk
mencegah benangnya putus, tarik dengan kekuatan tetap dan cabut AKDR dengan
pelan-pelan. Bila benang putus saat ditarik tetapi ujung AKDR masih dapat
dilihat maka jepit ujung AKDR tersebut dan tarik keluar.
Pencabutan sulit. Bila benang AKDR tidak
tampak, periksa pada kanalis servikalis dengan menggunakan klem lurus atau
lengkung. Bila tidak ditemukan pada kanalis servikalis, masukkan klem atau alat
pencabut AKDR kedalam kavum uteri untuk menjepit benang atau AKDR itu sendiri
Bila sebagian AKDR sudah tertarik keluar
tetapi kemudian mengalami kesulitan menarik seluruhnya dari kanalis servikalis,
putar pelan-pelan sambil tetap menarik selama klien tidak mengeluh sakit. Bola
dari pemeriksaan bimanual didapatkan sudut antara uterus dengan kanalis
servikalis yang sangat tajam, gunakan tenakulum untuk menjepit serviks dan
lakukan tarikan ke bawah dan ke atas dengan pelan-pelan dan hati-hati, sambil
memutar klem. Jangan menggunakan tenaga besar (YBPSP, 2006).
8. PENANGANAN EFEK SAMPING IUD
1. Amenorea
Pastikan hamil atau tidak. Bila klien
tidak hamil, AKDR tidak perlu dicabut cukup konseling saja. Salah satu efek
samping menggunakan AKDR yang mengandung hormon adalah amenorea (20-50%). Jika
terjadi kehamilan kurang dari 13 minggu dan benang AKDR terlihat, cabut AKDR.
Nasihatkan agar kembali ke klinik jika terjadi perdarahan, kram, cairan berbau
atau demam. Jangan mencabut AKDR jika benang tidak kelihatan dan kehamilannya
kurang dari 13 minggu. Jika klien hamil dan ingin meneruskan kehamilannya tanpa
mencaut AKDR-nya, jelaskan kepadanya tentang meningkatnya resiko keguguran,
kehamilan preterm, infeksi, dan kehamilannya harus diawasi ketat.
2. Kram/kejang
Pikirkan kemungkinan terjadi infeksi dan
beri pengobatan yang sesuai. Jika kramnya tidak parah dan tidak ditemukan
penyebabnya, cukup diberi analgetik saja. Jika penyebabnya tidak dapat
ditemukan dan menderita kram berat, cabut AKDR atau cari metode kontrasepsi
lain.
3. Perdarahan vagina yang hebat dan
tidak teratur
Pastikan dan tegaskan adanya infeksi
pelvik dan kehamilan ektopik, rujuk klien bila dianggap perlu. Bila tidak
ditemukan kelainan patologik dan perdarahan masih terjadi, dapat diberi
ibuprofen 3 x 800 mg untuk satu minggu, atau pil kombinasi satu siklus saja.
Bila perdarahan banyak beri 2 tablet pil kombinasi untukk 3-7 hari saja, atau
boleh juga diberi 1,25 mg estrogen equin konyugasi selama 14-21 hari. Bila perdarahan terus berlanjut sampai klien anemia,
cabut AKDR dan bantu klien memilih metode kontrasepsi lain.
4. Benang hilang
Periksa apakah klien hamil. Bila tidak
hamil dan AKDR masih ditempat, tidak ada tindakan yang perlu dilakukan. Bila
tidak yakin AKDR masih berada di dalam rahim dan klien tidak hamil, maka klien
dirujuk untuk dilakukan rontgen/USG. Bila tidak ditemukan, pasang kembali AKDR
sewaktu dating haid. Jika ditemukan kehamilan dan benang AKDR tidak kelihatan,
lihat penanganan amenorea.
5. Cairan
vagina/dugaan penyakit radang panggul
Pastikan pemeriksaan untuk IMS. Bila
penyebabnya kuman gonokukus atau klamidia, cabut AKDR dan berikan pengobatan
yang sesuai. Bila klien dengan penyakit radang panggul, berikan antibiotika
selama 2 hari dan baru kemudian AKDR dicabut dan bantu klien untuk memilih
kontrasepsi lain.
DAFTAR PUSTAKA
Alimul, A. Aziz Hidayat. 2010. Metode
Penelitian Kebidanan Dan Tekhnik Analisis Data. Jakarta : Salemba Medika.
Arikunto, Suharsini. 2006. Prosedur
Penelitian. Jakarta : Rineka Cipta.
Glassier, Anna dan
Gebbie Ailsa. 2006. Keluarga Berencana Dan Kesehatan
Reproduksi. Jakarta : EGC.
Hadyani, Sri. 2010. Buku Ajar Pelayanan
Keluarga Berencana. Yogyakarta : Pustaka Rihanna.
Hanafi, Hartanto. 2004. Keluarga
Berencana Dan Kontrasepsi. Jakarta : Pustaka Sinar Harapan.
Hidayati, Ratna. 2009. Metode Dan
Tekhnik Penggunaan Alat Kontrasepsi. Jakarta : salemba Medika,
Hurlock, B. Elizabeth. 1999.
Perkembangan Anak. Jakarta : Erlangga.
Junaidi, Wawan. 2009. Pengertian-minat.
http://mathedu-unila.blogspot.com. (diakses 6 februari 2011).
Mudyahardjo, Redja. 2001. Pengantar
Pendidikan. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada.
Notoatmodjo, Soekidjo. 2010. Metodologi
Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta.
Notoatmodjo, Soekidjo. 2003.
Prinsip-prinsip dasar ilmu kesehatan masyarakat. Jakarta : Rineka Cipta.
Nursalam. 2009. Konsep Dan Penerapan
Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika.
Pendit, U. Brahm.
2007. Ragam Metode Kontrasepsi. Jakarta : EGC.
Rahim, Abdullah. 2011. Detail Rubrik. http://www.bkkbn.go.id/Webs.
(diakses 6 februari 2011).
Sutjipto. 2009. Jurnal.
http.www.depdiknas.go.id. (diakses tanggal 24 februari 2011).
Sutjipto. 2009. Jurnal.
http://www1.bpkpenabur.or.id. (diakses 6 februari 2011).
Qym. 2009. Pengertian-minat. http://qym7882.blogspot.com.
(diakses 6 februari 2011).
Qym. 2010. Konsep-minat.
http://creasoft.wordpress.com. (diakses 6 februari 2011).
Sinclair, Constance. 2009. Buku Saku
Kebidanan. Jakarta : EGC.
Uliyah, Mar’atul. 2010. Panduan Aman Dan
Sehat Memilih Alat KB. Yogyakarta : Insania.
Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo. 2006. Buku Panduan
Praktis Pelayanan Kontra Sepsi. Jakarta : Tridasa
Printer.
No comments:
Post a Comment